Metode Ekstraksi Obat antihiperurisemia

8

2.2 Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat di dalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, dibedakan menjadi: a. Cara dingin Metode ekstraksi cara dingin dibedakan menjadi: i. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan kamar. ii. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperature ruangan. b. Cara Panas Metode dengan cara panas dibedakan menjadi: i. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik. ii. Soxhletasi Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehinggan terjadi ekstraksi 9 kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. iii. Digesti Digesti adalah maserasi kinetic dengan pengadukan kontinu temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40-50 o C. iv. Infundasi Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90 o C selama waktu tertentu 15-20 menit. v. Dekoktasi Dekoktasi adalah infundasi pada waktu yang lebih lama ≥ 30 menit dan temperature sampai titik didih air.

2.3 Patofisiologis terjadinya asam urat

Asam urat merupakan produk akhir katabolisme purin dalam tubuh Katzung, dkk., 2009. Peningkatan asam urat dalam tubuh dapat disebabkan olehmeningkatnya produksi asam urat atau menurunnya pengeluaran asam urat. Peningkatan produksi asam urat dapat disebabkan oleh tingginya konsumsi bahan pangan yang mengandung purin. Terjadinya penurunan pengeluaran asam urat biasanya disebabkan adanya gangguan ginjal Murray, dkk., 2003. Asam urat pada serum normal pada laki-laki adalah 5,1 ± 1.0 mgdl dan pada perempuan adalah 4,0 ± 1.0 mgdl. Nilai ini akan meningkat sampai 9-10 mgdl pada seseorang yang dengan gout Price dan Wilson, 2006. Kadar normal asam urat yang dimiliki tikus adalah 1,7-3,0 mg\dl Mazzali, dkk., 2001. 10

2.3.1 Mekanisme pembentukan asam urat

Nukleotida purin yang utama pada manusia adalah adenosine monofosfat AMP dan guanosin mono fosfat GMP. Kedua nukleotida tersebut akan dipecah menjadi bentuk nukleotida oleh fosfomonoesterase menjadi adenosine dan guanosin. Adenosine akan mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosine deaminase. Fosforilasi ikatan N-glikosinat inosin dengan guanosin dikatalis oleh nukleotida purin fosforilase sehingga akan dilepas senyawa ribose-1-fosfat dan basa purin. Setelah itu, hipoxantin dan guanin membentuk xantin yang akan kembali dikatalisis oleh xantin oxidase menjadi asam urat Murray, dkk., 2003. Berikut adalah Gambar 2.1 yang menjelaskan tentang metabolism purin menjadi asam urat. Gambar 2.1 Metabolisme purin menjadi asam urat Murray, dkk., 2003 11

2.3.2 Hiperurisemia

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah di atas normal. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah serta merupakan faktor resiko terjadinya hiperurisemia adalah sebagai berikut: a. Peningkatan produksi asam urat overproduction Hal ini dapat disebabkan karena penyebab primer yaitu karena aktivitas berlebih dari PRPP sintetase dan defisiensi HGPRT dan karena penyebab sekunder seperti asupan makanan kaya purin, terjadi peningkatan degradasi ATP. I. Peningkatan aktivitas fosforibosilpirofosfat sintetase PRPP synthetase akan meningkat menyebabkan peningkatan fosforibosilpirofosfat yang merupakan kunci sintesa purin. II. Defisiensi hipoxantin guanin fosforibosil transferase HGPRT akan meningkatkan metabolisme guanin dan hipoxantin menjadi xantin Hawkins, dkk., 2005. b. Penurunan eksresi asam urat underproduction Hal ini dapat terjadi karena penyebab primer idiopatik dan penyebab sekunder yaitu berupa insufiensi ginjal, terjadi inhibisi pengeluaran asam urat ketoasidosis, laktat asidosis. c. Kombinasi antara kedua hal di atas Hal ini dapat terjadi karena produksi dan penurunan ekskresi asam urat dapat terjadi pada kondisi insufiensi akibat konsumsi alkohol.

2.3.3 Gout

Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat hiperurisemia. Gout dapat 12 bersifat primer dan sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu. a. Hiperurisemia asimtomatik Hiperurisemia asimtomatik adalah keadaan hiperurisemia kadar asam urat serum tinggi tanpa adanya manifestasi klinik gout. Hiperurisemia asimtomatik akan berkembang menjadi gout apabila penderita mengalami hiperurisemia asimtomatik dalam beberapa tahun. b. Arthritis gout akut Serangan gout akut terjadi ketika kristal urat mulai terbentuk pada cairan sinovial. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistem berupa demam, menggigil dan merasa lelah. c. Stadium Interkritis Stadium ini merupakan kelanjutan stadium gout akut, dimana secara klinik tidak muncul tanda-tanda radang akut, meskipun pada cairan sendi masih ditemukan kristal urat, yang menunjukkan proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progesif. Stadium ini bisa berlangsung beberapa tahun sampai 10 tahun tanpa serangan akut dan tanpa tata laksana yang adekuat akan berlanjut ke stadium gout kronik. 13 d. Gout kronik Pada tahap ini terjadi kerusakan persendian dan bahkan persendian mengalami kehancuran total oleh adanya deposit kristal monosodium urat, terjadi kerusakan yang ekstensif dan permanen.

2.4 Obat antihiperurisemia

Berikut ini adalah golongan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi kondisi hiperusemia: a. Golongan urikosurik Golongan urikosurik yaitu golongan obat yang dapat meningkatkan eksresi asam urat. Obat-obat ini bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi asam urat ditubulus ginjal sehingga peningkatan eksresi asam urat melalui ginjal. Oleh karena itu, fungsi ginjal yang baik, sangat mendukung mekanisme kerja obat golongan ini. Probenesid dan sulfinpirazon adalah contoh obat golongan urikosurik. Pasien yang menggunakan golongan obat ini memerlukan asupan cairan minimal 1500 mlhari untuk meningkatkan eksresi asam urat Katzung, dkk., 2002; Price dan Wilson, 2006; Wilmana dan Gunawan, 2007. b. Golongan urikostatik Golongan urikostatik yaitu golongan obat yang dapat menghambat pembentukan asam urat obat golongan ini bekerja dengan menghambat pembentukan asam urat obat golongan ini bekerja dengan menghambat aktivitas enzim xantin oksidase yang berperan dalam metabolism hipoxantin mejadi xantin menjadi asam urat. Berdasarkan mekanisme tersebut, produksi asam urat akan berkurang dengan peningkatan xantin dan hipoxantin yang kemudian akan dibuang melalui ginjal. Allopurinol adalah satu-satunya obat 14 golongan urikostatik yang digunakan sampai saat ini Katzung, dkk., 2002; Price dan Wilson, 2006; Wilmana dan Gunawan, 2007. Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol dapat dilihat pada Gambar 2.2 Gambar 2.2 Mekanisme inhibisi sintesis asam urat oleh allopurinol Tjay dan Raharja, 2002

2.5 Kafein