Perjanjian Internasional Status Perjanjian Nuklir Antara Iran dengan E3/EU+3 (Jerman, Perancis, Inggris, China, Rusia, Amerika Serikat, dan Uni Eropa) yang Disahkan DK PBB Ditinjau Dari Hukum Internasional

45 BAB III PERJANJIAN NUKLIR ANTARA IRAN DENGAN E3EU+3 JERMAN, PERANCIS, INGGRIS, CHINA, RUSIA, AMERIKA SERIKAT, DAN UNI EROPA

A. Perjanjian Internasional

a. Pengertian Perjanjian Internasional

Pengertian perjanjian internasional secara luas dapat diartikan kata sepakat antara dua atau lebih subyek hukum internasional mengenai suatu masalah atau obyek tertentu dengan maksud membentuk hukum atau melahirkan hak dan kewajiban yang diatur hukum internasional. Membahas perjanjian internasional tidak lepas dari Konvensi wina 1969 tentang perjanian negara dengan negara dan Konvensi wina 1986 tentang negara dengan organaniasi internasional maupun antara oraganisasi internasional. Menurut Konvensi Wina 1969 sebagaimana yang dimaksud pada pasal 2 ayat 1 butir a menyatakan bahwa : 57 Treaty means an Internasional agreement concluded between States in written form and governed by internasional law, whether embodies in a single instrument or in two or more related instruments and whatever its particular designation. Yang dimaksud perjanjian adalah suatu persetujuan internasional yang diadakan antara negara-negara dalam bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional, baik yang berupa satu instumen tunggal atau berupa dua atau lebih instrument yang saling berkaitan tanpa memandang apapun juga namanya. 57 Lihat Vienna Convention On The Law Of Treaties 1969 46 Sedangkan perjanjian yang dimaksud pada Konvensi Wina 1986 Pasal 2 ayat 1 adalah : 58 Treaty means an internasional agreement governed by internasional law and concluded in written form : i Between one or more State and one or more international organizations; or ii Between international organizations, whether that agrement is embodied in a single instrument or in two or more related instruments and whatever its particular designation. Yang dimaksud perjanjian berarti suatu persetujuan internasional yang diatur oleh hukum internasional dan dirumuskan dalam bentuk tertulis : i antara satu atau lebih negara dan satu atau lebih organisasi internasional; atau ii sesama organisasi internasional, baik persetujuan itu berupa satu instrumen atau lebih dari satu instrumen yang saling berkaitan dan tanpa memandang apapun juga namanya. Menurut I wayan parthiana merumuskan perjanjian internasional kedalam ruang lingkup yang lebih sempit yaitu kata sepakat antara subyek hukum internasional negara, tahta suci, kelompok pembebasan, organisasi internasional mengenai suatu obyek dan tunduk pada atau diatur oleh hukum internasional. 59 Dijelaskan lebih lanjut bahwa unsur atau kualifikasi yang harus dipenuhi agar dapat disebut sebagi perjanjian internasional adalah : 1. Kata sepakat

2. Subyek-subyek hukum

3. Berbentuk tertulis

4. Obyek tertentu

5. Tunduk pada atau diatur oleh hukum internasional 58 Lihat Vienna Convention on the Law of Treaties between States and International Organizations or between International Organizations 1986 59 I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional, mandar maju, Bandung, 2002, hal..15 47

1. kata sepakat

Kata sepakat atau persetujuan, merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah perjanjian termasuk perjanjian internasional. Menurut Subekti, kata sepakat adalah persesuaian kehendak antara dua pihak yaitu apa yang dikehendaki oleh pihak ke satu juga dikehendaki oleh pihak lain dan kedua kehendak tersebut menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik. 60 Tanpa adanya kata sepakat maka akan mustahil bahwa suatu perjanjian akan terjadi. Naskah pasal-pasal yang ada dalam suatu perjanjian merupakan wujud dari kata sepakat.

2. Subyek-subyek hukum

Subyek hukum yang dimaksud disini adalah subyek-subyek hukum internasional yang terikat pada suatu perjanjian. Dalam perjanjian bersifat tertutup atau treaty of contract yaitu perjanjian yang hanya mengikat pada pihak yang memuat perjanjian. 61 Sedangkan dalam perjanjian yang bersifat terbuka atau law making treaty 62 yaitu perjanjian-perjanjian yang membentuk hukum dengan meletakkan ketentuan atau kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional secara keseluruhan. Perjanjian ini tidak hanya mengikat kepada subjek hukum internasional yang membuat perjanjian tersebut, melainkan memungkinkan kepada pihak ketiga untuk bergabung pada perjanjiian tersebut.

3. Berbentuk Tertulis

Bentuk tertulis ini merupakan wujud dari kata sepakat yang dituangkan kedalam teks tertulis. Kata sepakat itu dirumuskan dalam bahasa dan yang 60 Subekti, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1992, hal. 4. 61 Seperti dimuat dalam http:www.artikelsiana.com201502macam-macam-perjanjian- internasional.html terakhir diakses pada tanggal 18 november 2015 pukul 15.00 Wib 62 Menurut Mochtar Kusumaatmadja, law making treaty atau traite-lois selalu terbuka bagi pihak lain yang tadinya tidak turut sera dalam perjanjian, karena yang diatur oleh perjanjian itu merupakan masalah umum mengenai semua anggota masyarakat internasional. 48 dipahami oleh para pihak dengan kesepakatan pihak yang bersangkutan. Ada pula perjanjian yang dirumuskan dalam dua bahasa atau lebih. 63 Semua perjanjian harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Ketika perjanjian tersebut tidak berbentuk tertulis maka belum memenuhi unsur tersebut.

4. Obyek tertentu

Obyek dari perjanjian internasional merupakan obyek yang diatur didalamnya. Tidak ada perjanjian dengan obyek yang tidak pasti. Obyek perjanjian tersebut menjadi nama dari suatu perjanjian, misalnya perjanjian Nuclear Non Proliporation Treaty NPT maka obyek perjanjian tersebut tentang Nuklir.

5. Tunduk pada atau diatur hukum Internasional

Tunduk pada hukum internasional dalam hal ini adalah hukum internasional pada umumnya, maupun hukum perjanjian internasional pada khususnya. Sebagimana secara umum sudah ketahui, bahwa setiap perjanjian melahirkan hubungan hukum berupa hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi para pihak yang terikat pada perjanjian itu. Demikian pula dari sejak perundingan untuk merumuskan naskah perjanjian, seluruhnya tunduk pada hukum internasional maupun hukum perjanjian internasional. Hal ini menunjukkan atau mencirikan, bahwa perjanjian itu memiliki sifat internasional dan oleh karena itu termasuk dalam ruang lingkup hukum internasional. 64 63 Piagam PBB mempunyai enam bahasa resmi yaitu Arab , China, Perancis, Inggris, Rusia, dan Spanyol. Serperti yang dimuat dalam http:www.newworldencyclopedia.org entryUnited_Nations terakhir diakses pada tanggal 19 November 2015 pukul 19.20 64 I Wayan Parthiana, op.cit, hal 17-18. 49 b. Subyek-Subyek Hukum Internasional yang memiliki kemampuan untuk Mengadakan Perjanjian Internasional Subyek-subyek hukum internasional sebagai pemegang hak dan kewajiban berdasarkan hukum internasional, termasuk juga memiliki hak untuk mengadakan atau menjadi pihak atau peserta pada suatu perjanjian internasional. 65 Dalam sejarah perkembangan hukum internasional, awalnya hanya negara yang diakui sebagai subyek hukum internasional. Seiring berjalannya waktu, pada abad 20 setelah Perang Dunia II, dengan semakin meningkatnya hubungan-hubungan internasional dan lahirnya organisasi internasional yang bersifat permanen, mulailah ditinggalkan pandangan tersebut. Muncul pandangan baru, bahwa subyek hukum internasional tidak hanya negara, tetapi juga organisasi internasional dan subjek-subyek hukum internasional lainnya selain negara. Namun , tidak semua subyek hukum internasional memiliki kemampuan untuk mengadakan atau menjadi pihak atau sebagai peserta pada perjanjian internasional. Dengan kata lain, tidak semua subyek hukum internasional mempunyai kapasitas atau kemampuan penuh, ada yang memiliki kemampuan lebih terbatas, bahkan ada yang tidak memiliki kemampuan sama sekali. Subyek-subyek hukum internasional yang memiliki kemampuan untuk mengadakan perjanjian internasional adalah : 66 1. Negara 2. Negara Bagian 65 Ibid, hal. 18 66 Ibid 50 3. Tahta Suci atau Vatikan 4. Wilayah Perwalian 5. Organisasi Internasional 6. Kelompok yang sedang Berperangkaum Belligerensi 7. Bangsa yang sedang Memperjuangkan Haknya.

1. Negara

Negara adalah subyek hukum internasional yang memiliki kemampuan penuhfull capasity untuk mengadakan atau untuk duduk sebagai pihak dalam suatu perjanjian internasional. Istilah negara merupakan terjemahan dari de staat Belanda, I’Etat Prancis, Statum Latin, lo stato Italia, dan der staat Jerman, menurut bahasa sanskerta, nagari atau nagara berarti kota, sedangkan menurut bahasa suku-suku di Indonesia sering disebut negeri atau negara, yakni tempat tinggal. 67 Menurut Soenarko Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai souverien kedaulatan. 68 Hak suatu negara untuk mengadakan mengadakan perjanjian internasional adalah merupakan atribut dari kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara. Negara dapat mengadakan perjanjian mengenai ataupun tanpa ada hak dari pihak lain untuk membatasi maupun melarangnya. Pembatasan-pembatasan bagi negara untuk mengadakan perjanjian internasional lebih bersifat politis daripada yuridis. 67 Chotib, M. Dhazali, Tri suharno, Suardi Abubakar, Muchis Catio, Kewarganegaraan 1 menuju Masyarakat Madani , Yudhistira, Jakarta, 2006, hal.5 68 Seperti yang dimuat dalam http:documents.tipsdocumentssyarat-berdirinya-suatu- negara.html terakhir diakses pada tanggal 21 November 2015 pukul 23.00 Wib 51 Menurut Konvensi montevideo 1933, negara sebagai suatu pribadi hukum internasional seharusnya memiliki kualifikasi-kualifikasi berikut : a penduduk yang permanen; b Wilayah tertentu; c suatu pemerintahan; dan d kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara lain. 69

2. Negara Bagian

Negara bagian hanya terdapat dalam suatu negara yang berbentuk federasi atau disebut juga negara federal. Atau sebuah negara federal dari negara-negara bagian. Negara Malaysia dan Amerika Serikat merupakan pengecualian dalam kasus ini, karena negara-negara bagian di Malaysia dan Amerika memang merupakan negara bagian yang berdaulat secara sendirinya, tetapi memilih secara sukarela untuk menjadi anggota sebuah federasi. Kadangkala mereka diberi nama negeri persekutuan. 70 Menurut Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes mengatakan bahwa pada umumnya negara bagian tidak mempunyai wewenang mengadakan perjanjian internasional. 71 Namun demikian, ada kalanya negara bagian diberi wewenang oleh konstitusi federal negara yang bersangkutan mengadakan perjanjian internasional. Seperti negara Byelo-Rusia Sovyet Republic dan ukraina Sovyet Republik yang turut serta dalam perundingan dalam Konferensi Jenewa tahun 1958 mengenai hukum laut sebagai peserta yang berdiri sendiri dan terpisah dari Uni Sovyet USSR yang juga menghadiri konferensi tersebut sebagai peserta. 69 Lihat Konvensi montevideo tahun 1933 70 Seperti yang dimuat dalam https:id.wikipedia.orgwikiNegara_bagian terakhir diakses pada tanggal 22 November 2015 pukul 13.00 Wib 71 Moctar kusumaatmadja Etty R. Agoes , Op.cit, hal. 125 52 Kewenangan negara federal membuat perjanjian tergantung pada pengaturannya di dalam konstitusi dari negara federal itu masing-masing. Jadi, hal ini adalah masalah dalam negeri dari masing-masing negara federal yang bersangkutan.

3. Tahta Suci atau Vatikan

Vatikan merupakan subjek hukum internasional karena diakui oleh negara- negara di dunia dan menjadi pihak pada perjanjian-perjanjian internasional dan anggota pada beberapa organisasi internasional. Vatikan dikepalai oleh Paus sebagai pemimpin tertinggi dari gereja Katolik. Negara yang pertama mengakui Vatikan sebagai subjek hukum internasional adalah Italia melalui Pakta Lateran yang ditandatangani pada 1929, yang secara historis Pakta Lateran juga menjadi dasar berdirinya negara kota Vatikan Vatican city state. Dalam hubungan internasional negara Vatikan dikenal juga dengan nama “Tahta Suci” Meskipun kerap disebut Vatikan, Tahta Suci tidaklah sama dengan Negara Kota Vatikan, yang baru ada sejak 1929, sedangkan Tahta Suci sudah ada sejak masa-masa permulaan Agama Kristen. Secara resmi para duta besar bukan ditunjuk bagi Negara Kota Vatikan melainkan bagi Tahta Suci, dan wakil-wakil kepausan untuk negara-negara dan organisasi-organisasi internasional disambut sebagai perwakilan dari Tahta Suci, bukan sebagai perwakilan dari Negara Kota Vatikan. 72 Dasar lain yang menjadikan Tahta Suci Holy See sebagai subjek hukum internasional adalah dengan mengacu juga kepada Konvensi Montevideo 72 Seperti yang dimuat dalam https:id.wikipedia.orgwikiTahta_Suci terakhir diakses pada tanggal 22 November 2015 pukul 00.32 Wib 53 1933 yang mana Vatikan merupakan pihak dan memenuhi ketentuan-ketentuan pada Konvensi tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain: 1. Memiliki populasi permanen yang secara faktual penduduk tetap Vatikan adalah 800 orang. 2. memiliki suatu wilayah tertentu yang dalam hal ini Tahta Suci terletak di atas lahan seluas 44 hektar 0,44 Kilometer yang terletak di tengah- tengah Kota Roma, Italia. 3. Terdapat suatu bentuk pemerintahan yang dalam hal ini bentuk negara Vatikan adalah Monarki Absolut yang dikepalai oleh seorang Paus kepala negara yang memiliki kekuasan absolut atas kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif. 4. Serta memiliki kapasitas untuk terlibat dalam hubungan internasional dengan negara lain, dalam hal ini selain Vatikan adalah pihak pada perjanjian-perjanjian internasional seperti “The International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination ” dan “Vienna Convention on Diplomatic Relations ” Selain itu Vatikan adalah anggota pada organisasi-organisasi internasional seperti World Organization of Intellectual Properties WOIP dan UNESCO. Vatikan juga memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara di dunia, sebagai contoh Indonesia yang memiliki perwakilan diplomatik khusus untuk Vatikan begitu juga Vatikan terhadap Indonesia. 73 73 Sebagaimana dimuat dalam http:www.hukumonline.comklinikdetailcl2347vatikan- sebagai-subyek-hukum-internasional terakhir diakses pada tanggal 23 November 2015 pukul 01.22 Wib 54

4. Wilayah Perwalian

Wilayah perwalian trusteeship territory semula merupakan wilayah jajahan dari negara-negara kolonial bekas penjajah yang karena kalah dalam perang dunia pertama, lalu diubah statusnya menjadi wilayah mandat dalam kerangka Liga Bangsa-Bangsa. Menurut Nynda fatmawati di Fasidik ada beberapa wilayah perwalian. Wilayah yang merupakan gugus-gugus kepulauan tersebut semula wilayah jajahan Jerman. Sesudah perang dunia pertama diserahkan sebagai wilayah perwalian oleh liga bangsa-bangsa League of Nations kepada jepang yang termasuk negara sekutu yang menang perang. Setelah perang dunia kedua perwalian itu beralih ketangan Amerika Serikat. Wilayah-wilayah perwalian ini adalah kepualauan Mariana Utara, yang kini berstatus persemakmuran dengan Amerika Serikat. 74 Bab XII pasal 87 United Nation charter secara khusus mengatur tentang sistem perwalian internasional, dengan menetapkan wilayah-wilayah tertentu sebagai wilayah perwalian yang ditempatkan di bawah negara yang dipandang dapat bertindak sebagai walinya, dengan pengawasan Dewan Perwalian. Wilayah- wilayah yang dapat diberikan status sebagai wialayah perwalian adalah : 75 a. Wilayah-wilayah yang dahulu, yaitu pada masa Liga Bangsa-Bangsa dikenal sebagai Wilayah mandat, b. Wilayah-wilayah yang dilepaskan dari negara-negara yang kalah dalam perang Dunia II, 74 Nynda Fatmawati, hukum internasional, sebagaimana dimuat dalam http:nynda. dosen.narotama.ac.idfiles201105Handout-Hukum-Internasional-2-Negara-Menurut-Hukum- Internasional.pdf terakhir diakses pada tanggal 24 November 2015 pukul 02.14 Wib 75 I wayan Parhiana,Op.cit, hal.21 55 c. Wilayah-wilayah yang secara sukarela dijadikan sebagai wilayah perwalian oleh negara-negara yang bertanggung jawab mengaturnya. Meskipun wilayah perwalian ini belum merdeka penuh, tetapi dapat diberikan hak-hak dan kewajiban internasional dalam runag lingkup terbatas, misalnya hak untuk mengadakan atau menjadi pihak dalam suatu perjanjian internasional.

5. Organisasi atau Lembaga Internasional

Dewasa ini semakin banyak organisasi internasional yang bermunculan. Munculnya organisasi atau lembaga internasional yang bersifat permanen dengan memiliki kepribadian internasional yang mandiri terlepas dari negara-negara anggotanya. Menurut Bowett D.W dalam bukunya “Hukum Organiasi Internasional” mengakui tidak adanya batasan yang umum tentang pengertian organisasi internasional. Walaupun demikian ia mencoba memberikan batasan dengan mengatakan bahwa : “... tidak ada suatu batasan mengenai organiasi publik internasional internasional yang dapat diterima secara umum. Pada umumnya organisasi ini merupakan organisasi permanen sebagai contoh, jawatan pos atau KA yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral daripada perjanjian bilateral yang disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya.” 76 Artinya memberikan penjelasan bahwa Organisasi publik internasional merupakan organisasi permanen yang didirikan berdasarkan perjanjian 76 DW. Bowett, Hukum Organisasi Internasional, 1995, hal.3 dalam Ade Maman Suherman , Organisasi Internasional Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi , Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003 hal. 45-46 56 internasional yang bersifat multilateral disertai beberapa kriteria tertentu mengenai tujuannya. Dalam melakukan perjanjian internasional tidak semua organisasi internasional dapat melakukan perjanjian tertentu. Misalnya, World Trade Organization WTO hanya dapat melakukan perjanjian di bidang perdagangan. Akan tetapi ada juga organisasi internasional yang dapat mencakup segala bidang kehidupan, seperti halnya organiasi internasional kawasan ASEAN mencakup berbagai aspek seperti ekonomi, pertahanan, Politik, dan sebagainya. Walaupun Organisasi internasional didirikan oleh negara. Namun demikian kedudukan Organisasi internasional dalam melakukan perjanjian tidaklah tidak sama seperti negara. Contohnya dalam membuat perjanjian dibidang batas wilayah, organisasi internasional tidak dapat melakukannya.

6. Kelompok yang Sedang Berperang atau Kaum Belligerensi

Kadang-kadang dalam kehidupan bernegara terjadi peristiwa-peristiwa seperti pemberontakan sekelompok orang, misalnya karena alasan ras, agama, suku, dan lain-lain. 77 Pemberontakan bertujuan untuk menjatuhkan, memisahkan diri atau bahkan ingin menggantikan pemerintahan tersebut. Setiap pemberontak insurgent tidak dapat disebut sebagai belligerent karena untuk dapat diakui sebagai belligerent sebagai subjek hukum internasional harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana berikut: 77 Iwan parthiana, op.cit, hal. 24 57 1. Pemberontakan telah terorganisasi dalam satu kekuasaan yang benar- benar bertanggungjawab atas tindakan bawahannya dan memiliki organisasi pemerintahan nya sendiri; 2. Pemberontak mempunyai kontrol efektif secara de facto dalam penguasaan atas beberapa wilayah; 3. Pemberontak menaati hukum dan kebiasaan perang seperti melindungi penduduk sipil dan membedakan diri dari penduduk sipil serta memiliki seragam dengan tanda-tanda khusus sebagai peralatan militer yang cukup. 78 Pada umumnya pemberontakan merupakan masalah internal suatu negara, akan tetapi jika persoalannya telah meluas dan melibatkan keamanan negara disekitar daerah tersebut maka tidak dapat dipandang lagi merupakan masalah internal. Dalam banyak kasus, pemerintah yang berkuasa bersedia duduk sederajat dengan kaum belligerensi untuk menandatanagani perjanjian. Demikian pula negara-negara lain yang ada yang bersedia menandatangani perjanjian dengan kaum belligerensi tersebut. contohnya adalah perjanjian perdamaian Paris 1992 yang dihadiri oleh pemerintah yang berkuasa di Kamboja, Kelompok Kmer Merah, dan negara-negara pemrakarsa perdamaian, seperti Perancis dan Indonesia. 79

7. Bangsa yang Sedang Memperjuangkan Hak-Haknya

Menurut Ernest Renan 1823-1892, dalam pidatonya di Universitas Sorbone Paris 11 Maret 1882. Bangsa adalah satu jiwa yang melekat pada 78 Bima Ari Putri Wijata, “Insurgency and Belligerency”, Semarang, 2013, hal 27 79 Iwan parthiana, op.cit, hal 25 58 sekelompok manusia yang merasa dirinya bersatu karena mempunyai nasib dan penderitaan yang sama pada masa lampau dan mempunyai cita-cita yang sama tentang masa depan. 80 Bangsa yang memperjuangkan hak-haknya dapat disamakan sederajat dengan negara apabila telah diakui oleh negara yang berada disekitar atau yang bersimpati terhadapnya. Contohnya adalah Palistine Liberation Organisation Organisasi pembebasan Palestina, yang pernah diproklamasikan menjadi negara Palestina Merdeka tanggal 15 November 1988, dan South West Africa People’s Organisation SWAPO yang kini menjadi negara merdeka bernama Namibia. 81

c. Macam-Macam Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional jika dipandang melaui berbagai sudut maka akan banyak klasifikasi perjanjian internasional. Menurut i wayan parhiana dalam bukunya hukum perjanjian internasional mengklasifikasikan perjanjian internaasional : 1. Perjanjian internasional yang ditinjau dari segi jumlah negara-negara yang menjadi pihak pesertanya. 2. Perjanjian yang ditinjau dari segi kesempatan yang diberikan kepada negara-negara untuk menjadi pihak atau peserta. 3. Perjanjian internasional yang ditinjau dari kaidah hukumnya. 4. Perjanjian internasional yang ditinjau dari segi bahasanya. 5. Perjanjian internasional yang ditinjau dari segi substansi hukumnya. 80 Sebagaimana yang dimuat dalam http:www.lepank.com201502pengertian-bangsa-dan- negara-menurut.html diakses terakhir pada tanggal 27 November 2015 Pukul 09.00 Wib 81 Iwayan Parthiana, Ibid, hal 26 59

6. Perjanjian internasional yang ditinjau dari pemrakarsanya.

7. Perjanjian internasional yang ditinjau dari segi ruang lingkup berlakunya.

1. Perjanjian internasional ditinjau dari segi jumlah negara-negara yang

menjadi pihak atau pesertanya. Berdasarkan segi jumlah negara yang menjadi pihak perjanjian dapat dibedakan menjadi dua: a. perjanjian Bilateral, atau juga disebut bipartite treaty 82 ,yaitu perjanjian Internasional yang pihak-pihak atau Negara pesertanya hanya terdiri dari dua Negara saja.. Contohnya perjanjian RI dengan cina tentang dwikewarganegaraan tahun 1955. b. perjanjian Multilateral multipartite 83 yaitu perjanjian Internasional yang pihak-pihak atau Negara pesertanya pada perjanjian tersebut lebih dari dua Negara, Contohnya adalah NPT

2. Perjanjian Internasional ditinjau dari segi kesempatanyang diberikan

kepada negara-negara untuk menjadi pihak atau peserta Berdasarkan segi kesempatan yang diberikan kepada negara untuk menjadi pihak atau peserta perjanjian dibedakan menjadi dua: a. Perjanjian internasional tertutup, adalah perjanjian internasional yang substansinya merupakan kaidah hukum yang khusus berlaku bagi negara pihak yang bersangkutan saja, oleh karena memang mengatur hukum antara pihak, jadi merupakan kepentingan dari para pihak yang bersangkutan saja. Disebut pula perjanjian internasional tertutup, 82 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Perjanjian Internasional, Jakarta: Tata Nusa, 2008, hal. 13. 83 Ibid., hal. 14. 60 karena pihak ketiga tidak diperkenankan untuk menjadi pihak peserta didalam perjanjian internasional itu. b. Perjanjian internasional terbuka, yaitu perjanjian yang terbuka bagi negara-negara yang semual tidak ikut dalam proses perundingan yang melahirkan perjanjian tersebut. 84

3. Perjanjian internasional yang ditinjau dari kaedah hukumnya.

Berdasarkan pada kaidah hukum yang lahir atau yang timbul dari suatu perjanjian, dapat dibedakan antara : a. Melahirkan kaidah hukum yang khusus berlaku bagi para pihak yang terikat. Perjanjian semacam ini bisa berbentuk perjanjian bilateral maupun multilateral terbatas, sehingga kaidah hukumnya tidak berlaku bagi Negara yang tidak terikat perjanjian. b. Perjanjian internasional yang melahirkan kaidah hukum yang berlaku terbatas dalam satu kawasan, biasanya hal ini terjadi dalam perjanjian Internasional terbuka. Kaidah hukum ini tidak berlaku bagi Negara atau peserta lain yang tidak berada dalam kawasan tersebut. Perjanjian Internasional ini biasa disebut sebagai perjanjian Internasional regional. c. Perjanjian internasional yang melahirkan kaidah hukum yang berlaku umum, perjanjian ini biasanya menyangkut kepentingan Negara diseluruh dunia. Perjanjian ini tidak memandang letak geografis maupun jenis suatu Negara. 84 ibid 61

4. Perjanjian internasional yang ditinjau dari segi bahasanya.

Berdasarkan segi bahasanya perjanjian internasional dapat dibedakan menjadi : a. Perjanjian internasional yang dirumuskan dalam satu bahasa. Bahasa yang dipilih dan disepakati para pihak, misalnya bahasa Inggris ataupun bahasa lainnya. b. Perjanjian internasional yang dirumuskan dalam dua bahasa atau lebih tetapi hanya yang dirumuskan dalam satu bahasa tertentu saja yang sah mengikat para pihak. Penentuan mengenai naskah yang sah, otentik, dan mengikat ini, ditentukan di dalam satu pasal perjanjian itu sendiri. c. Perjanjian internasional yang dirumuskan dalam lebih dari dua bahasa atau lebih dan semuanya merupakan naskah yang sah, otentik, dan mempunyai kekuatan mengikat yang sama.

5. Perjanjian Internasional ditinjau dari segi substansi hukum yang

dikandungnya a. Perjanjian internasional yang seluruh pasalnya merupakan perumusan dari kaidah-kaidah hukum kebiasaan internasional dalam bidang yang bersangkutan. b. Perjajian internasional yang merupakan perumusan atau melahirkan kaidah-kaidah hukum internasional yang sama sekali baru. c. Perjanjian internasional yang substansinya merupakan perpaduan antara kaidah-kaidah hukum internasional dan kaidah-kaidah hukum internasional yang baru sama sekali. 85 85 I wayan Parhiana , loc.cit, hal.46 62

6. Perjanjian internasional yang ditinjau dari pemrakarsanya.

a. Perjanjian internasional yang pembentukannya diprakarsai oleh Negara atau Negara-Negara. Biasanya hanya yang menyangkut objek kepentingan Negara-Negara yang terikat ataupun Negara-Negara yang tidak terikat pada perjanjian. b. Perjanjian internasional yang pembentukannya diprakarsai oleh organisasi Internasional. Biasanya objek dari perjanjian adalah hal yang berkenaan dengan kegiatan dari organisasi Internasional tersebut.

7. Perjanjian internasional yang ditinjau dari ruang lingkup berlakunya

Ditinjau dari segi ruang lingkup berlakunya, perjanjian internasional dapat dibedakan menjadi : a. perjanjian Internasional khusus, perjanjian yang hanya berlaku khusus bagi Negara-Negara yang terikat di dalamnya tanpa memandang letak geografis dari negara-negara itu masing-masing. b. Perjanjian internasional regional atau kawasan, adalah perjanjian internasional yang ruang lingkup berlakunya terbatas pada suatu kawasan saja. Contohnya deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967 tentang ASEAN. c. Perjanjian internasional umum atau universal, yaitu perjanjian internasional yang substansi dan ruang lingkup berlakunya di seluruh muka bumi ini. Contohnya NPT 63

B. Kedudukan