commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tekstil merupakan material yang penting dan merupakan kebutuhan pokok manusia terutama sebagai pakaian pelindung tubuh. Kain yang baik adalah kain
yang aman bagi kesehatan dan lingkungan. Pakaian yang tidak higienis akan dapat menimbulkan masalah kesehatan, misalnya penyakit infeksi saluran kencing yang
dapat disebabkan tidak higienisnya pakaian dalam atau seringnya iritasi pada bayi karena penggunaan popok pampers dan pakaian yang tidak higienis
http:gresnews.comchHealthclusterDokter , 2010. Salah satu penyebab
pakaian tidak higienis karena banyak bakteri yang tumbuh pada pakaian tersebut. Untuk manghambat dan mencegah pertumbuhan bakteri perlu adanya bahan
antibakteri didalam pakaian tersebut. Dekade terakhir ini, fenomena permintaan pasar terhadap produk tekstil
mulai bergeser dari tekstil konvensional menuju tekstil multifungsi yaitu tekstil yang menghasilkan nilai tambah fungsional baru dengan adanya proses
penambahan menggunakan teknologi Wong et al., 2006; Mahlting et al., 2005. Sebagai ilustrasi, perkembangan pasar produk tekstil multifungsional di Jerman
pada tahun 2002 saja sudah mencapai penjualan sekitar 24,3 Mahlting et al., 2005. Tekstil multifungsi harus mampu memenuhi permintaan konsumen dalam
hal perawatannya, memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan, serta memiliki ketahanan terhadap serangan mekanis, termal, kimia dan biologis. Salah satu nilai
tambah fungsional dari tekstil multifungsi adalah tekstil yang bersifat anti bakteri. Ramachandran 2003 dan Vigo dalam Lee et al. 1999 menyebutkan bahwa
salah satu bahan antibakteri yang digunakan untuk memberikan sifat antibakteri pada kain adalah senyawa ammonium kuartener yang menunjukkan sifat
polikationik. Kitosan 2-amino-deoksi-
β-D-glukosa merupakan polimer kationik alami yang bersifat nontoksik, dapat mengalami biodegradasi dan bersifat
biokompatibel. Kitosan memiliki kegunaan yang sangat luas dalam kehidupan
commit to user 2
misalnya sebagai adsorben limbah logam berat dan zat warna, anti jamur, kosmetik, farmasi, flokulan, antikanker, dan antibakteri Prashanth and
Tharanathan 2007; Liu et al., 2006. Kitosan dapat aktif dan berinteraksi dengan sel, enzim atau matrik polimer yang bermuatan negatif Stephen, 2005. Seperti
diketahui kitosan memiliki gugus amino NH
2
yang akan menjadi ammonium NH
3 +
dalam medium asam. Muatan positif ion ini yang akan berinteraksi dengan dinding sel bakteri yang bermuatan negatif, sehingga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri, baik gram positif maupun gram negatif Zhang et al., 2003. Oleh karena itu, kitosan dapat dijadikan salah satu alternatif bahan antibakteri
yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya dalam pembuatan kain antibakteri. Penelitian Purnawan dkk. 2008 menyebutkan bahwa aktivitas antibakteri
kitosan pada kain katun hanya sekitar 67 sebelum pencucian dan jauh menurun menjadi sekitar 43 setelah pencucian kain dalam waktu kontak 3 jam. Aktivitas
antibakteri kitosan yang relatif kecil ini disebabkan karena interaksi kitosan dengan kain yang masih lemah dan besarnya berat molekul kitosan. Lemahnya
interaksi kitosan dangan kain menyebabkan kitosan mudah lepas, sedangkan besarnya berat molekul kitosan menyebabkan interaksi ammonium kuartener
kitosan yang bermuatan positif dengan bakteri menjadi kurang efektif. Upaya peningkatan sifat antibakteri dalam pembuatan kain antibakteri
dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: 1 Penambahan senyawa pengemban yang dapat memperkuat interaksi dengan kain, seperti penambahan
SiO
2
. Adanya gugus aktif silanol Si-OH pada SiO
2
yang berfungsi sebagai pengemban kitosan dapat memperkuat interaksi dengan kain sehingga kitosan
tidak mudah lepas Li et al., 2007. 2 Penambahan suatu logam yang dapat menghambat bakteri seperti Cd, Ag, Cu Ramachandran, 2003. Adanya ion
logam Ag dalam polietilen dapat meningkatkan sifat antibakteri secara signifikan Zhang et al., 2008. Ahmad et al. 2009 dalam penelitiannya menyatakan bahwa
hasil sintesis bionanokomposit AgLempungkitosan cocok diaplikasikan sebagai bahan antibakteri dan dunia kesehatan meskipun penelitian ini belum menguji
sifat antibakteri hasil sintesis tersebut. Hal ini diharapkan dengan penambahan ion logam Ag ke dalam silika dan kitosan dapat meningkatkan sifat antibakteri kain.
commit to user 3
Keberhasilan penelitian ini akan memberikan peningkatan dalam menciptakan pakaian yang memiliki daya hambat dan daya tahan terhadap
aktivitas bakteri dikulit manusia sehingga kesehatan lebih terjaga. Selain itu, keberhasilan metode penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
pembuatan tekstil antibakteri terhadap masyarakat luas maupun kalangan industri sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
B. Perumusan Masalah