Rancangan Penelitian METODE PENELITIAN

commit to user 24

H. Rancangan Penelitian

Keterangan : S : Sampel R : Purposive Random Sampling K1 : Kelompok aquadest K2 : Kelompok dosis 1 K3 : Kelompok dosis 2 K4 : Kelompok dosis 3 K5 : Kelompok parasetamol U1 : Pengukuran suhu awal rektal V : Pemberian DPT 0,2 cc intra muskuler U2 : Pengukuran suhu rektal 5 menit sebelum perlakuan M M1 : Pemberian aquadest 2,5 ml tikus sebagai kontrol negatif. M2 : Pemberian rebusan kelopak daun Rosella dosis 2 gr300 ml S A K1 U1 K2 K3 K4 K5 U1 U1 U1 V V V V V U2 U2 U2 U2 U2 M1 M2 M3 M4 M5 U3 U3 U3 U3 U3 UI R Gambar 4. Rancangan Penelitian commit to user 25 M3 : Pemberian rebusan kelopak daun Rosella dosis 4 gr150 ml M4 : Pemberian rebusan kelopak daun Rosella dosis 6 gr100 ml M5 : Pemberian parasetamol 6,3 mg100 gr BB tikus sebagai kontrol positif. U3 : Pengukuran suhu rektal setelah perlakuan dengan interval 30 menit sampai 180 menit A : Analisis data dengan uji statistik Anova dan uji post hoc

I. Cara Kerja

1. Membuat air rebusan kelopak bunga Rosella Air rebusan kelopak bunga Rosella merupakan hasil perebusan kelopak bunga Rosella yang telah dikeringkan. Pembuatan sediaan rebusan dilakukan dengan mengambil 2 gram kelopak bunga Rosella kering yang dimasukkan ke dalam 300 ml air lalu direbus menggunakan uap dengan suhu kurang lebih 70-80 o C selama 5-10 menit sampai air rebusan berwarna merah tua. Air rebusan disaring kemudian dibagi dalam 3 beker glass masing-masing beker glass pertama berjumlah 50 ml, beker glass kedua berisi 100 ml, dan beker glass ketiga berisi 150 ml. Beker glass kedua dan ketiga masing-masing direbus kembali menggunakan uap dengan suhu 70- 80 o C sampai volumenya mencapai 50 ml. Kemudian ketiganya dimasukkan dalam wadah, didinginkan, dan disimpan di tempat yang sejuk. 2. Langkah penelitian a. Tikus putih dipuasakan selama ± 6 jam setelah diadaptasikan selama 3 hari ditempat penelitian. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan commit to user 26 pengaruh variabel lain. Selanjutnya 25 ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok secara acak. b. Untuk mengetahui suhu awal, pengukuran suhu rektal dilakukan sebelum disuntik vaksin DPT 0,2 cc i.m V . c. Tikus disuntik vaksin DPT 0,2 cc secara i.m. d. Untuk mengetahui berapa derajat peningkatan suhu tubuh, 2 jam setelah penyuntikkan vaksin DPT, suhu rektal diukur kembali U2 e. Setelah dilakukan pemberian vaksin, masing-masing kelompok mendapat perlakuan sebagai berikut : 1 Kelompok I diberi aquadest 2,5 ml sebagai kontrol negatif. 2 Kelompok II diberi rebusan rosella dosis 2 gr300 ml. 3 Kelompok III diberi rebusan rosella dosis 4 gr150 ml. 4 Kelompok IV diberi rebusan rosella dosis 6 gr100 ml. 5 Kelompok V diberi parasetamol 6,3 mg100 gr BB tikus sebagai kontrol positif. f. Tiga puluh menit setelah perlakuan, suhu rektal diukur lagi sampai percobaan pada menit ke 180 dengan interval 30 menit. commit to user 27 Alat dan bahan disiapkan Mengacak dan mengelompokkan tikus Puasa selama 6 jam Pengukuran suhu rektal awal Penyuntikkan 0,2 cc i.m vaksin DPT Pengukuran suhu rektal 2 jam setelah pemberian 0,2 cc i.m vaksin DPT, 5 menit sebelum perlakuan Pemberian perlakuan sesuai kelompok tikus setelah pemberian vaksin. Kelompok I diberi aquadest 2,5 ml sebagai kontrol negatif. Kelompok II diberi rebusan Rosella dosis 2 gr300 ml Kelompok III diberi rebusan Rosella dosis 4 gr150 ml Kelompok IV diberi rebusan Rosella dosis 6 gr100 ml Kelompok V diberi parasetamol 6,3 mg100 gr BB tikus sebagai kontrol positif Pengukuran suhu rektal tikus 30 menit setelah perlakuan, diulangi setiap 30 menit sampai pada menit ke 180 commit to user 28 3. Penentuan dosis a. Penentuan dosis parasetamol Dosis parasetamol yang dikonsumsi orang dewasa pada umumnya adalah sebesar 500 mg Wilmana, 2003. Menurut Donatus dan Nurlaila 1986 dalam tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai macam hewan dan manusia, nilai konversi untuk manusia dengan BB 70 kg dan tikus dengan BB 200 gr adalah sebesar 0,018. Adapun BB rata-rata untuk orang Indonesia adalah 50 kg, maka dapat dihitung besarnya dosis parasetamol yang akan diberikan pada tikus, yaitu : x 0,018 x 500 mg = 12,6 mg200 gr BB = 6,3 mg100 gr BB b. Penentuan dosis air rebusan Rosella Penentuan dosis dihitung dengan menggunakan rumus kelarutan zat aktif dalam suatu larutan yaitu : M 1 . V 1 = M 2 . V 2 M 1 : kelarutan zak aktif awal M 2 : kelarutan zat aktif akhir V 1 : volume zat awal V 2 : volume akhir Dosis I didapat dari penggunaan secara empiris air rebusan Rosella pada manusia yaitu 2 gr300 ml air. Dosis II didapat dari perhitungan 2 kali kelarutan awal, sebagai berikut : 70 50 commit to user 29 Jadi, dosis II didapat 4 gr150 ml. Dosis III didapat dari perhitungan 3 kali kelarutan awal, sebagai berikut : Jadi, dosis III didapat 6 gr100 ml. Dari perhitungan di atas didapat : · Dosis I kelarutan zat aktif awal = 2 gr300 ml · Dosis II 2 kali kelarutan zat aktif awal = 4 gr150 ml · Dosis III 3 kali kelarutan zat aktif awal = 6 gr100 ml Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah 5 ml100 gr BB. Faktor konversi dosis untuk manusia dengan berat badan 70 kg pada tikus dengan berat badan 200 gr adalah 0,018 Ngatidjan, 1991. Dosis perlakuan didapat dari penggunaan secara empiris air rebusan Rosella pada manusia, yaitu 300 ml Nelistya dan Poppy, 2009, sehingga dosis air rebusan Rosella pada tikus adalah : M 1 . V 1 = M 2 . V 2 2x . 300 ml = 4x . V 2 . 300 ml = V 2 . 300 ml = V 2 V 2 = 150 ml 1 2 2x 4x M 1 . V 1 = M 2 . V 2 2x . 300 ml = 6x . V 2 . 300 ml = V 2 . 300 ml = V 2 V 2 = 100 ml 2x 6x 1 3 commit to user 30 c. Penentuan dosis aquadest Volume cairan maksimal yang dapat diberikan pada tikus putih adalah 5 ml Donatus dan Nurlaila, 1986. Disarankan takaran dosis tidak sampai melebihi setengah kali volume maksimalnya. Volume maksimal tikus = 5 ml. Setengah dosis maksimal = 2.5 ml.

J. Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Krim Ekstrak Kelopak Bunga Rosella {Hibiscus sabdariffa L.)

13 154 140

Manfaat Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) Sebagai Obat Kumur Dalam Menghambat Pertumbuhan Plak Pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2012

9 89 62

Efek Antidiabetes dari Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) terhadap Mencit yang Diinduksi Streptozotocin

7 63 129

Uji efek ekstrak etanol bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan

8 57 98

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus

7 97 50

Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Menggunakan Gelatin Sebagai Bahan Pengikat

1 18 79

Pengaruh pemberian seduhan kelopak rosela (hibiscus SABDARIFFA) terhadap kadar trigliserida darah Tikus putih (rattus NORVEGICUS)

0 8 90

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH DAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

1 12 77

Pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosela (hibiscus sabdariffa l) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih (rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan

1 6 80

EFEK HEPATOPROTEKTIF INFUSA BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) PADA TIKUS JANTAN YANG EFEK HEPATOPROTEKTIF INFUSA BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) PADA TIKUS JANTAN YANG DIINDUKSI PARASETAMOL.

0 1 15