commit to user 8
merangsang  vasokontriksi  pembuluh  darah  tepi  dan  kelenjar  keringat sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
panas  yang  akhirnya  menimbulkan  demam  Muntholib  dan  Santoso, 2001.
2. Vaksin DPT
Ada 2 macam vaksin DPT Difteri-Pertusis-Tetanus  yaitu DPaT dan DPT  selular.  Vaksin  DPaT  merupakan  vaksin  yang  menggunakan  aselular
pertusis  dalam  salah  satu  komponennya.  Vaksin  DPaT  tidak  menimbulkan reaksi reaktogenitas dan meminimalisasi efek samping imunisasi pada anak.
Vaksin  DPaT  juga  sangat  bermanfaat  untuk  anak  dengan  riwayat  kejang, demam  dan  kelainan  saraf.  Bahkan,  jenis  vaksin  baru  ini  juga  tidak
menyebabkan demam yang dapat memprovokasi terjadinya kejang. Vaksin DPT selular merupakan vaksin yang menggunakan komponen
selular pertusis utuh sebagai salah satu komponennya, sehingga hal ini dapat menyebabkan  reaktogenitas  proses  terjadinya  reaksi  lokal  dan  sistemik
sehingga  dapat  menimbulkan  demam.  Vaksin  DPT  seluler  digunakan sebagai bahan pirogen Hartono, 1992.
Pada  penelitian,  pemberian  vaksin  pada  tikus  dilakukan  secara intramuskuler  Hartono,  1992.  Dosis  vaksin  DPT  yang  akan  diberikan
ditentukan berdasarkan orientasi dosis, yaitu dosis yang mulai menimbulkan keadaan demam pada tikus putih sebesar 0.2 cc Setiadi, 2000.
commit to user 9
Gambar 1.  Biosintesis Prostaglandin dan Patofisiologi Demam Wilmana, 2003; Murray
et al., 2003
Asam Arakhidonat
Hidroperoksida Endoperoksida
Hipotalamus Anterior
Peningkatan titik termoregulasiset point
Demam
Membran sel
Fosfolipid
Pirogen eksogen toksin,agen infeksius
Pirogen endogen - IL-1
- Faktor Nekrosis Tumor - Interferon Gamma
- IL-6
Prostaglandin Tromboksan A
2
Prostasiklin Leukotrien
Enzim Siklooksigenase
Enzim Lipoksigenase
Enzim Fosfolipase
commit to user 10
3. Parasetamol
Parasetamol  atau  asetaminofen  merupakan  analgetik  antipiretik  yang populer  dan  banyak  digunakan  di  Indonesia  dalam  bentuk  sediaan  tunggal
maupun kombinasi Siswandono, 1995. Di Indonesia, parasetamol tersedia sebagai  obat  bebas.  Parasetamol  merupakan  metabolit  fenasetin  yang
mempunyai  efek  antipiretik  yang  sama.  Dalam  dosis  yang  sama, parasetamol  mempuyai  efek  analgesi  dan  antipiretik  sebanding  dengan
aspirin,  namun  efek  antiinflamasinya  sangat  lemah  Katzung,  2002.  Pada umumnya  parasetamol  dianggap  sebagai  zat  antinyeri  yang  paling  aman,
juga untuk swamedikasi Tjay dan Rahardja, 2002. a.  Farmakokinetik
Asetaminofen  atau  parasetamol  diberikan  secara  oral.  Konsentrasi darah puncak tercapai dalam 60-90 menit. Parasetamol berikatan dengan
protein  plasma  dan  akan  berdifusi  cepat  hampir  ke  semua  jaringan kemudian terkonsentrasi dalam hepar. Hepar mengkonjugasikan sebagian
besar  parasetamol  dengan  asam  glukoronat,  asam  sulfat,  dan  sistein menjadi  bentuk  yang  inaktif  Ganiswara,  2003.  Kurang  dari  5
parasetamol  dieksresikan  dalam  keadaan  tidak  berubah.  Waktu  paruh parasetamol  adalah  2-3  jam  dan  relatif  tidak  terpengaruh  oleh  fungsi
ginjal  Katzung,  2002.  Parasetamol  yang  diekskresikan  melalui  ginjal, dapat
mengalami hidroksilasi
menghasilkan metabolit
yang menyebabkan  terbentuknya  methemoglonin  dan  hemolisis  eritrosit
Ganiswara, 2003.
commit to user 11
b.  Farmakodinamik Efek  analgesik  dan  antipiretik  parasetamol  serupa  dengan  aspirin
karena kemiripan strukturnya. Efek analgesik dan antipiretik parasetamol diperantarai  oleh  rangsangan  terhadap  pusat  pengatur  panas  di
hipotalamus  yang  bekerja  dengan  dua  proses:  1  efek  sentral,    yaitu dengan  menghambat  siklus  COX-2  sehingga  tidak  terjadi  pembentukan
prostaglandin dari asam arakidonat, prostaglandin tidak akan merangsang lagi  termostat  untuk  menaikkan  suhu  tubuh.  2  efek  perifer,  saraf
simpatis  di  kulit  bekerja  mengaktifkan  reseptor-reseptor  panas  di  kulit sehingga  terjadi  vasodilatasi  perifer.  Efek  anti  inflamasi  parasetamol
lemah  karena  hanya  menghambat  COX  secara  tidak  langsung  sehingga tidak  menghambat  produksi  tromboksan  yang  berperan  dalam  agregasi
trombosit.  Aktivitas  penghambatan  COX  ini  tidak  efektif  jika  ada peroksida  oleh  karena  parasetamol  bekerja  efektif  menghambat  COX  di
sistem saraf pusat dan sel endotel tetapi tidak efektif di sel imunitas dan trombosit yang memiliki tingkat peroksida yang tinggi.
c.  Efek Samping Reaksi  alergi  terhadap  parasetamol  jarang  terjadi,  manifestasinya
berupa  eritem  atau  urtikaria  dan  gejala  yang  lebih  berat  berupa  demam dan  lesi  pada  mukosa.  Pada  penggunaan  kronis  dari  3-4  gram  sehari
dapat  terjadi  kerusakan  hati,  pada  dosis  di  atas  6  gram  mengakibatkan nekrose hati yang tidak reversibel Tjay dan Rahardja, 2002.
commit to user 12
d.  Dosis Menurut  Ganiswara  2003,  parasetamol  tersedia  sebagai  obat
tunggal berbentuk tablet 500 mg atau sirup yang mengandung 120 mg 5 ml dapat diberikan sesuai dosis untuk :
1.  Dewasa : 300 mg-1gr, dosis maksimum 4grhari
2.  Anak 6-12 th
: 150-300 mg, dosis maksimum 1,2grhari 3.  Anak 1-6 th
: 60-120 mg, dosis maksimum 6grhari 4.  Anak 1 th
: 60 mg, dosis maksimum 6grhari
4. Rosella Hibiscus sabdariffa L.