UPAYA DAN SOLUSI YANG DIUSAHAKAN

BAB III UPAYA DAN SOLUSI YANG DIUSAHAKAN

PIHAK III UNTUK MEMPEROLEH AGUNAN YANG MASIH BERADA PADA KREDITUR ATAS NAMA DEBITUR PASCA PELUNASAN KPR DI BANK TABUNGAN NEGARA BTN CABANG PEMUDA MEDAN A. Kedudukan Jaminan Kredit Pemilikan Rumah KPR pada BTN Cabang Pemuda Medan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menegaskan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian ditujukan pada keamanan dan kesehatan lembaga keuangan. 109 Perkembangan ekonomi memberikan suatu masalah besar bila bank tidak ketat dalam menjalankan operasional perkreditan, sehingga bisa menghambat kelancaran ekonomi. Dalam Kredit Pemilikan Rumah KPR pada BTN Cabang Pemuda Medan terjadi banyak kasus debitur yang melakukan pengalihan Kredit Pemilikan Rumah pada pihak ketiga tanpa pemberitahuan kepada BTN artinya dilakukan secara sembunyi,disinilah dibutuhkan Prinsip kehati-hatian oleh bank. Agar tidak terjadi sesuatu hal dikemudian hari maka bank dalam Kredit Pemilikan Rumah membuat jaminan yang berupa sertifikat dan disimpan di bank sampai pembayaran kredit lunas. Dengan adanya jaminan, bank terlindungi dari 109 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 89. Universitas Sumatera Utara kerugian dan wanprestasi dari debitur, karena jaminan yang melindungi bank berupa Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996. Penggunaan Hak Tanggungan memberikan perlindungan yang kuat kepada bank dan memberikan keuntungan pada penerima kredit. Dari segi kepentingan bank segi positifnya adalah sebagai berikut: 110 1. Benda jaminan tetap dalam kekuasaan bank, 2. Mudah dieksekusi bila terjadi sesuatu hal, 3. Lebih menjamin kepastian hukum. Pengertian jaminan kredit dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perkreditan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, menyatakan bahwa dalam memberikan kredit, bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad, kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Sedangkan dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan bank 111 , perjanjian perikatan jaminan dan lain-lain adalah accesoirnya ikutan dari perjanjian kredit sebagai 110 Mariam Darus Barulzaman, Persiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan di Lingkungan Perbankan, Op. Cit., hal. 113. 111 Penjelasan atas Pasal 8 Undang-Undang Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perkreditan sebagaimana telah jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Universitas Sumatera Utara perjanjian pokok. Sebagai accesoirnya ikutan dari perjanjian kredit Keberadaan jaminan merupakan persyaratan untuk memperkecil resiko dalam menyalurkan kredit. Namun secara prinsip jaminan bukan persyaratan utama, bank memprioritaskan dari kekayaan usaha yang dibiayai sebagai jaminan utama bagi pengembalian kredit. 112 Berkaitan dengan JaminanAgunan Pasal 1 butir 23 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, disebutkan bahwa 113 : Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Sehingga yang dimaksud dengan agunan kredit adalah hak dan kekuasaan yang diserahkan oleh debitur kepada bank guna menjamin pelunasan hutangnya apabila debitur tidak dapat melunasi kredit yang diterimanya sesuai ketentuan dan syarat sebagaimana ditentukan dalam perjanjian kredit. Dari uraian tersebut diatas, maka dapat diketahui sebagai berikut: 1. Bahwa pengertian mengenai “jaminan” yang diistilahkan dengan “jaminan pemberian kredit” yaitu diartikan sebagai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya, 112 Ibrahim, Johanes., Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah, Bandung: Refika Aditama, 2004. hal. 71. 113 Pasal 1 butir 23 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara 2. Jaminan kredit yang selama ini kita kenal yang dapat berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak, dalam Undang-Undang Perbankan yang disebut sebagai “agunan”, Sejalan dengan itu Perjanjian kredit merupakan ikatan atau bukti tertulis antara bank dengan debitur sehingga harus disusun dan dibuat sedemikian rupa, agar setiap orang mudah mengetahui bahwa perjanjian yang dibuat itu merupakan perjanjian kredit. 114 Perjanjian kredit harus ditandatangani oleh kedua belah pihak yang berwenang untuk melakukan perbuatan hukum antara bank dengan debitur. Dilakukan penandatanganan perjanjian kredit dengan suatu tujuan agar kedua belah pihak telah mempunyai bukti tertulis bahwa bank telah memberikan pinjaman sejumlah uang yang tertera dalam perjanjian kredit, baik atas namanya sendiri ataupun atas nama perusahaan. Perjanjian kredit, khususnya perjanjian Kredit Pemilikan Rumah bila ditinjau dari Undang-Undang atau peraturan perbankan itu sendiri sangat merugikan debitur, dimana dalam perjanjian kredit terdapat klausula yang secara tidak terinci ditentukan oleh pihak bank. Bahwa perjanjian kredit bank selalu merupakan perjanjian yang bersifat konsensuil yaitu yang jelas-jelas mencantumkan syarat-syarat tangguh atau klausula dan fakta atau peristiwa yang terjadi terlebih dahulu, setelah perjanjian ditanda tangani oleh para pihak sebelum bank berkewajiban untuk menyediakan kredit. 115 114 Sutarno. Op.Cit. hal. 99. 115 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal. 158. Universitas Sumatera Utara Ada beberapa klausula-klausula yang terdapat dalam perjanjian kredit yang merupakan kontrak baku yang berkaitan dengan Kredit Pemilikan Rumah, yaitu: 116 1. Bank berwenang secara sepihak menentukan harga jual dari barang agunan dalam hal penjualan barang agunan karena kredit nasabah debitur macet. 2. Nasabah debitur diwajibkan untuk tunduk kepada segala petunjuk dan peraturan bank yang telah ada dan masih akan ditetapkan kemudian oleh bank. 3. Nasabah debitur harus memberi kuasa yang tidak dapat dicabut kembali kepada bank untuk melakukan segala tindakan yang dipandang perlu oleh bank. 4. Dicantumkan klausula-klausula eksemsi yang membebaskan bank dari tuntutan ganti rugi yang diderita oleh nasabah debitur sebagai akibat dari tindakan bank. 5. Kelalaian nasabah debitur dibuktikan secara sepihak oleh pihak bank semata- mata. 6. Bunga bank ditetapkan dan dihitung secara merugikan nasabah debitur. Bila dilihat dari ketentuan-ketentuan diatas, bahwa debitur yang terlibat dalam perjanjian kredit dengan bank secara formil atau sah secara hukum banyak mengalami kerugian-kerugian dalam perjanjian kredit yang telah disepakati bersama dengan bank. Bilamana kita lihat bagi debitur baru yang menerima pengalihan hak kredit atau melanjutkan angsuran dari pihak debitur lama yaitu dengan membuat akta pengikatan jual beli dan kuasa dimana oleh bank dianggap merupakan perjanjian dibawah tangan, hal ini akan sangat merugikan dan berpengaruh terhadap hak dari agunan kredit tersebut bila mengalami kredit macet, kerugian ini lebih diperjelas 116 Ibid., hal. 199 – 239. Universitas Sumatera Utara dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan pada setiap perjanjian Kredit Pemilikan Rumah dengan bank, dapat dilihat pada Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan yang berbunyi sebagai berikut: “ Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan Pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut” Sebagaimana disyaratkan oleh BTN Cabang Pemuda Medan pada kredit KPR dimana pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah, setiap perjanjian Kredit Pemilikan Rumah selalu atau telah menjadi kewajiban dengan dibuatnya akta pemberian Hak Tanggungan oleh pihak BTN Cabang Pemuda Medan selaku pemberi kredit. Menurut Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, pendaftaran Hak Tanggungan harus terlebih dahulu dibuatkan dengan akta PPAT atau disebut juga Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT. Pembuatan APHT dilakukan di hadapan PPAT, didahului dengan perjanjian utang piutang yang merupakan perjanjian pokok. APHT wajib memuat nama dan identitas pemberi dan penerima Hak Tanggungan, domisili pihak yang bersangkutan, penunjukan secara jelas utang yang dijamin, nilai tanggungan, cara pembayaran, bunga dan uraian yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan serta kewajiban dan hak para pihak. Dalam pembuatan APHT, menurut ketentuan Pasal 114 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1997, PPAT wajib selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja setelah penandatanganan akta tersebut menyerahkan kepada Kantor Pertanahan berkas yang diperlukan terdiri dari: Universitas Sumatera Utara a. Surat pengantar dari PPAT yang dibuat rangkap 2 dua dan memuat daftar- daftar jenis surat-surat yang disampaikan, b. Surat permohonan pendaftaran Hak Tanggungan dari penerima Hak Tanggungan, c. Fotokopi surat bukti identitas pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, d. Sertifikat asli Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi obyek Hak Tanggungan, e. Lembar ke-2 Akta Pemberian Hak Tanggungan, f. Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan yang sudah diparaf oleh Ppat yang bersangkutan untuk disahkan sebagai salinan oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk pembuatan Sertifikat Hak Tanggungan, g. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, apabila pemberian Hak Tanggungan dilakukan melalui kuasa. Petugas Kantor Pertanahan yang ditunjuk membubuhkan tandatangan, cap, dan tanggal penerimaan berkas untuk selanjutnya diperiksa oleh petugas. Apabila dalam pemeriksaan berkas ternyata bahwa berkas tersebut tidak lengkap, harus diberitahukan secara tertulis selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja kepada PPAT yang bersangkutan. Jika berkas sudah lengkap Kepala Kantor Pertanahan mendaftar Hak Tanggungan yang bersangkutan dengan membuatkan buku Tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya pada buku tanah dan sertifikat hak atas tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan, yang tanggalnya adalah tanggal hari ketujuh setelah tanggal tanda terima berkas, apabila hari ketujuh tersebut jatuh pada hari libur, buku Universitas Sumatera Utara tanah Hak Tanggungan dan pencatatan di atas diberi bertanggal hari kerja berikutnya. 117 Adapun yang menjadi Subjek dari Hak Tanggungan tercantum dalam Pasal 8 dan 9 Undang-Undang Hak Tanggungan. Subjek Hak Tanggungan adalah mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian hak tanggungan yang terdiri dari pemberi dan pemegang Hak Tanggungan. Pasal 8 Undang-Undang Hak Tanggungan disebutkan yang dapat menjadi pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang dapat mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek Hak Tanggungan. 118 Objek Hak Tanggungan menurut Pasal 4 Undang-Undang Hak Tanggungan adalah hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai atas Negara, maka subjek dari masing-masing hak tersebut dapat dilihat dari Undang-Undang Pokok Agraria. Subjek-subjek dari masing-masing hak atas tanah digabungkan menjadi subjek Hak Tanggungan yaitu: 1. Warga Negara Indonesia, 2. Badan-Badan Hukum yang ditetapkan pemerintah, Badan-badan hukum keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan dalam bidang keagamaan yang secara rinci diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1963 tersebut. 117 Muhammad Yamin Lubis dan Abdulah Rahim Lubis, OP.Cit, hal 338 118 Mariam Darus Badrulzaman, Persiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan di Lingkungan Perbankan,Op. Cit., hal. 129 Universitas Sumatera Utara 3. Badan-badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, 4. Badan-badan hukum Indonesia yang bermodal asing demi pembangunan nasional 5. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia, 6. Badan-badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia. Namun demikian tidak semua pemegang hak atas tanah berhak menjadi subjek Hak Tanggungan karena untuk menjadi subjek Hak Tanggungan, hak atas tanahnya harus dapat beralih dan dialihkan serta terdaftar. Contohnya badan keagamaan yang dapat memiliki hak milik atas tanah, walaupun didaftarkan memenuhi prinsip publisitas terdaftar akan tetapi ia tidak memenuhi prinsip dapat dipindahtangankan. Asas-Asas Hak Tanggungan terdiri dari: 119 a. Hak Tanggungan Memberikan Kedudukan yang Diutamakan Bagi Kreditur Pemegang Hak Tanggungan Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Hak Tanggungan, Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Kreditur tertentu adalah yang memperoleh atau yang menjadi pemegang Hak Tanggungan tersebut. Dalam angka 4 penjelasan umum UUHT yang dimaksud dengan “memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain” ialah: 119 Mariam Darus Badrulzaman, Persiapan Pelaksanaan Hak Tanggungan di Lingkungan Perbankan,Op. Cit., hal. 121 Universitas Sumatera Utara “ bahwa jika debitur cidera janji, kreditur pemegang Hak Tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahulu daripada kreditur-kreditur yang lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu tidak mengurangi preferensi piutang-piutang Negara menurut ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.” 120 Dari Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Hak Tanggungan ditentukan yakni, Apabila debitur cidera janji, maka berdasarkan; Hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak Tanggungan. Objek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tatacara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahulu daripada kreditur-kreditur lainnya atau dikenal dengan asas droit de preference. 121 b. Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-Bagi Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, demikian ditentukan dalam Pasal 2 Undang-Undang Hak Tanggungan, artinya Hak Tanggungan membebani secara utuh objek Hak Tanggungan dan setiap bagian dari padanya. Telah dilunasinya sebagian dari utang yang dijamin tidak berarti terbebasnya sebagian objek Hak Tanggungan dari beban Hak Tanggungan, melainkan Hak 120 Sutan Remy Sjahdeini, Op.Cit., hal. 16 121 Ibid. hal. 19. Universitas Sumatera Utara Tanggungan tetap membebani seluruh objek Hak Tanggungan untuk sisa utang yang belum dilunasi penjelasan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Hak Tanggungan. c. Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan pada Hak Atas Tanah yang telah ada. Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan pada hak atas tanah yang telah dimiliki oleh pemegang Hak Tanggungan. Jadi hak atas tanah yang baru akan dipunyai di kemudian hari tidak dapat dijaminkan dengan Hak Tanggungan bagi pelunasan suatu utang. Hak atas tanah disini dalam Perjanjian Kredit sebagai jaminan hutang disebutkan luas dan dimana letak tanah itu berada. d. Hak Tanggungan Mengikuti Objeknya dalam tangan Siapapun Objek Hak Tanggungan itu Berada. Pasal 7 Undang-Undang Hak Tanggungan menetapkan asas, bahwa Hak Tanggungan tetap mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada. Dengan demikian, Hak Tanggungan tidak akan berakhir sekalipun objek Hak Tanggungan itu beralih kepada pihak lain oleh karena sebab apapun juga. Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Hak Tanggungan ini merupakan asas yang disebut droit de suite. Asas ini juga merupakan asas yang diambil dari Hipotik yang diatur dalam Pasal 1163 ayat 2 dan Pasal 1198 KUHPerdata. e. Hak Tanggungan Bersifat Memaksa Undang-Undang Hak Tanggungan tidak menyatakan secara eksplisit sebagai ketentuan yang memaksa, tapi dari ketentuan yang diatur dalam berbagai pasal dalam Undang-Undang Hak Tanggungan dersifat memaksa Seperti dalam Pasal 6: Universitas Sumatera Utara Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut. f. Hak Tanggungan dapat beralih atau dipindahkan Hak Tanggungan bersifat assesoir, yang mengikuti perikatan pokok, yang merupakan utang. Hak Tanggungan dapat beralih, dengan terjadinya peralihan atau perpindahan Hak Milik atas piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan tersebut Pasal 16 Undang-Undang Hak Tanggungan. Surat Perjanjian Kredit menyebutkan bahwa debitur dilarang untuk mengalihkan pada pihak lain tanpa sepengetahuan bank. Tetapi bila sepengetahuan bank Hak Tanggungan dapat beralih, tetapi dibuat dahulu surat permohonan alih debitur. g. Hak Tanggungan Bersifat Individualiteit Individualiteit adalah bahwa yang dapat dimiliki sebagai kebendaan adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat ditentukan terpisah. Meskipun atas sebidang tanah tertentu telah diletakkan lebih dari satu Hak Tanggungan, namun masing- masing Hak Tanggungan tersebut berdiri sendiri, terlepas dari yang lainnya Pasal 18 dan Pasal 19 Undang-Undang Hak Tanggungan. h. Hak Tanggungan Bersifat Menyeluruh Totaliteit Hak Tanggungan dengan segala ikutannya yang melekat dan menjadi satu kesatuan dengan bidang tanah yang dijaminkan atau diagunkan dengan Hak Tanggungan, maka eksekusi Hak Tanggungan atas sebidang tanah tersebut Universitas Sumatera Utara meliputi segala ikutannya, yang melekat dan menjadi satu kesatuan dengan bidang tanah yang dijaminkan atau diagunkan dengan Hak Tanggungan tersebut. Pasal 4 Undang-Undang Hak Tanggungan. Dalam Surat Perjanjian Kredit disebutkan segala harta kekayaan penerima kredit baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari menjadi jaminan bagi pelunasan jumlah kredit yang timbul karena perjanjian kredit ini. Jadi Hak Tanggungan yang melekat pada jaminan ini dan bersifat keseluruhan. i. Hak Tanggungan Berjenjang Ada Prioritas yang Satu atas yang Lainnya Penentuan peringkat Hak Tanggungan hanya dapat ditentukan berdasarkan pada saat pendaftarannya. Dan dalam hal pendaftaran dilakukan pada saat yang bersamaan, barulah peringkat Hak Tanggungan tersebut ditentukan berdasarkan pada saat pembuatan Akta Pembebanan Hak Tanggungan Pasal 5 Undang- Undang Hak Tanggungan j. Hak Tanggungan Harus Diumumkan Asas Publisitas Sistem pendaftaran tanah memakai torrens system atau disebut juga registration of titles. Dalam system ini setiap penciptaan hak baru, peralihan hak, termasuk pembebanannya harus dapat dibuktikan dengan suatu akta. Akta tersebut tidak didaftar melainkan haknya yang dilahirkan dari akta tersebut yang didaftar. Dalam Pasal 13 Uupa disebutkan secara tegas bahwa saat pendaftaran beban Hak Tanggungan adalah saat lahirnya Hak Tanggungan tersebut. Sebelum pendaftaran Hak Tanggungan itu tidak pernah ada. Hak Tanggungan lahir dengan Universitas Sumatera Utara dilaksanakannya pendaftaran pemberian Hak Tanggungan. Surat Perjanjian Kredit menyebutkan bukti-bukti kepemilikan, akta-akta pengikatan jaminan atau sekurang-kurangnya Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT dalam hal jaminan berupa benda tak bergerak harus sudah diterima bank sebelum dilakukan penarikan kredit, jadi dengan adanya Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT ini bank terlindungi sebagai pemberi pinjaman. Hal ini untuk mencegah debitur menolak untuk pelunasan pinjaman dengan alasan hak atas tanah telah habis, karena hak atas tanah yang dimiliki biasanya Hak Guna Bangunan. Sehingga hal ini dapat dihindari. k. Hak Tanggungan mengikuti bendanya Droit De Suite Dengan droit de suite, seorang pemegang hak kebendaan dilindungi. Ketangan siapapun kebendaan yang dimiliki dengan hak kebendaan tersebut beralih, pemilik dengan hak kebendaan tersebut berhak untuk menuntutnya kembali dengan atau tanpa disertai ganti rugi. Pasal 18 dan Pasal 19 Undang-Undang Hak Tanggungan. l. Hak Tanggungan Bersifat Mendahulu Droit De Preference Droit De Preference adalah sifat khusus yang dimiliki oleh hak kebendaan. Hak ini memperoleh landasannya melalui ketentuan Pasal 1132 Kuh Perdata, Pasal 1133 KUHPerdata,dan Pasal 1134 Kuh Perdata. Hak Tanggungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 Pasal 1 ayat 1 yang dikenal dengan Undang-Undang Hak Tanggungan, yaitu: “Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang Universitas Sumatera Utara selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.” 122 Dari rumusan diatas dapat diketahui bahwa pada dasarnya suatu Hak Tanggungan adalah suatu bentuk jaminan pelunasan utang, dengan hak mendahulu, dengan objek jaminannya berupa hak-hak atas tanah yang diatur dalam Undang- Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria. 123 Dalam Undang-Undang Hak Tanggungan ditetapkan bahwa yang dapat dijadikan jaminan hutang kredit dengan dibebani Hak Tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan sebagai hak-hak atas tanah yang wajib didaftarkan dan dapat dipindahtangankan. 124 Undang-Undang Hak Tanggungan sebagai satu-satunya Undang-Undang yang mengatur perihal tentang Hak Tanggungan unifikasi hukum tanah nasional yang merupakan salah satu tujuan utama Undang-Uundang Pokok Agraria, tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, maka keberadaan Undang-Undang Hak Tanggungan harus dapat memenuhi kebutuhan atas 122 Kartini Muljadi-Gunawan Widjaja, Seri Hukum Harta Kekayaan: Hak Tanggungan, Jakarta : Prenada Media, 2005, hal. 75. 123 Ibid, hal. 77. 124 Ibid. hal. 79. Universitas Sumatera Utara perlindungan dan kepastian hukum khususnya bagi krediturbank yang dalam hal ini sebagai penyandang dana agar tidak ragu-ragu dalam mengucurkan dananya bagi kepentingan debitur. 125 Undang-Undang Hak Tanggungan bukan saja hanya memberikan perlindungan hukum bagi kreditur saja, melainkan perlindungan dan kepastian hukum yang seimbang kepada krediturpemegang Hak Tanggungan, debiturpemberi Hak Tanggungan dan pihak ketiga pihak lain yang ada kaitannnya dengan obyek Hak Tanggungan. Juga dalam penyelesaian pengalihan kredit, jika terdapat wanprestasi yang dilakukan oleh debitur, demi kepentingan debitur itu sendiri dan demi kepentingan pihak ketiga yang mungkin dalam hal ini dirugikan oleh akibat yang timbul dalam penyelesaian pengalihan hak tersebut, maka diperlukan juga suatu perlindungan hukum dan jaminan adanya suatu kepastian hukum bagi mereka danatau bagi semua pihak yang berkaitan dengan hal tersebut. Pemberian Hak Tanggungan dalam hal ini, dimana pihak-pihak yang berkepentingan adalah pihak kreditur, debitur dan pihak ketiga. Pihak kreditur sebagai pihak yang memberi kredit penyandang dana menghendaki agar uang yang yang dipinjamkan dapat dikembalikan pada waktunya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan, begitu juga dengan debitur debitur yang baikyang mempunyai itikad baik pada umumnya selalu berusaha untuk memenuhi apa-apa yang telah diperjanjikan dengan pihak kreditur, namun ada kalanya karena ada alasan-alasan tertentu menyebabkan debitur tidak dapat melunasi hutang tersebut. 125 Ibid., hal. 15 Universitas Sumatera Utara Untuk menghadapi hal-hal seperti itu Undang-Undang Hak Tanggungan menyediakan perlindungan hukum kepada kreditur sesuai dengan ciri-ciri Hak Tanggungan yaitu Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang Hak Tanggungan asas Droit de Preference, Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Hak Tanggungan, Hak Tanggungan mengikuti obyeknya dalam tangan siapapun obyek Hak Tanggungan itu berada asas Droit de Suite, Pasal 7 Undang-Undang Hak Tanggungan, Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu dan wajib didaftarkan asas Spesialitas dan asas Publisitas, Pasal 8 dan Pasal 11 ayat 1 huruf e Undang-undang Hak Tanggungan dan pelaksanaan eksekusi Hak Tanggungan mudah dan pasti Pasal 6 Undang- Undang Hak Tanggungan, kesemuanya itu adalah merupakan keistimewaan yang dimiliki oleh lembaga Hak Tanggungan, yang maksud dibentuknya Undang-undang Hak Tanggungan adalah untuk memberi perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi kreditur dan debitur sehingga bisa memacu perkembangan ekonomi pembangunan nasional. 126 Hak Tanggungan merupakan accessoir dari perjanjian pokok yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum hutang piutang yang dijamin pelunasannya. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan hukum tersebut dapat berupa perorangan atau badan hukum. 127 126 HS. Salim, Op. Cit., hal. 95. 127 Ibid, hal. 98. Universitas Sumatera Utara Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan hutang tertentu yang dituangkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang dibuat oleh pejabat yang berwenang. Menurut Pasal 16 Undang-Undang Hak Tanggungan dimungkinkan terjadinya peralihan Hak Tanggungan dari satu kreditur kepada kreditur lain. Peralihan Hak Tanggungan dapat terjadi karena: 1. Novasi yaitu perbuatan hukum mengalihkan piutang oleh kreditur pemegang Hak Tanggungan kepada pihak lain. 2. Subrogasi yaitu penggantian kreditur oleh pihak ketiga yang melunasi hutang- hutang debitur. 3. Pengambilalihan atau penggabungan perusahaan sehingga menyebabkan beralihnya piutang dari perusahaan semula kepada perusahaan yang baru 4. Karena pewarisan. Hak tanggungan beralih apabila piutang yang dengan Hak Tanggungan itu beralih kepada pihak ketiga. Peralihan piutang itu dapat terjadi karena novasi, subrogasi, pewarisan atau sebab-sebab lain. Demikian ditentukan dalam Pasal 16 Undang-Undang Hak Tanggungan. Dengan kata lain, Hak Tanggungan itu beralih karena hukum kepada kreditur yang baru apabila piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu beralih kepada kreditur yang baru itu. Peralihan hak milik sebagai suatu benda harus memenuhi ketentuan Pasal 584 Kitab Undang-undang Hukum Perdata: Universitas Sumatera Utara “ Hak Milik atas sesuatu kebendaan tidak dapat diperoleh dengan cara lain melainkan dengan pemilikan pendakuan, karena perlekatan, karena kadaluarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat dank arena penunjukan atau penyerahan berdasar suatu peristiwa perdata untuk memindahkan Hak Milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan”. 128 Dalam hal peralihan Hak Milik didahului dengan suatu peristiwa perdata yang bertujuan untuk mengalihakan Hak Milik, maka ketentuan ini diatur dalam Pasal 613 dan Pasal 616 KUHPerdata Menurut Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang Hak Tanggungan, karena beralihnya Hak Tanggungan yang diatur dalam ketentuan ini terjadi karena hukum, hal tesebut tidak perlu dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT. Pencatatan beralihnya Hak Tanggungan ini cukup dilakukan berdasarkan akta yang membuktikan beralihnya piutang yang dijamin kepada kreditur yang baru. Pencantuman ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Hak Tanggungan tesebut menghindarkan keraguan dan sekaligus ketidakpastian mengenai apakah Hak Tanggungan ikut beralih bila piutangnya dijamin dengan Hak Tanggungan itu beralih. Ketentuan Pasal 16 Undang-Undang Hak Tanggungan ini adalah sejalan dengan sifat Hak Tanggungan sebagai perjanjian ikutan atau accesoir dari perjanjian utang-piutangnya. 129 Namun, dalam praktik perbankan bukan hanya penggantian kreditur bank saja yang sering terjadi, tetapi juga penggantian debitur. Dalam hal ini yang terjadi 128 Kartini Muljadi-Gunawan Widjaja, Op.Cit., hal. 228. 129 Ibid, hal 302. Universitas Sumatera Utara adalah kredit bank, dalam arti sebagai utang nasabah debitur, diambil alih oleh debitur lain,dengan kata lain, terjadi penggantian debitur dengan kreditur bank yang sama. Menurut KUHPerdata, terjadinya penggantian debitur dapat dilakukan dengan menggunakan lembaga novasi pembaruan utang. Menurut Pasal 1381 Kuh Perdata, perjanjian lama berakhir karena dibuatnya perjanjian baru atau novasi. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Hak Tanggungan, Hak Tanggungan hapus karena hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan itu. Jadi, karena perjanjian yang baru yang mengakhiri perjanjian lama, Hak Tanggungan menjadi berakhir pula . Menurut Pasal 1422 KUHPerdata, penggantian debitur tidak mengakibatkan beralihnya Hipotik atas benda milik debitur lama kepada benda milik debitur baru. Dikatakan oleh Pasal 1422 KUHPerdata, apabila pembaruan utang diterbitkan dengan penunjukan seorang debitur baru yang menggantikan debitur lama, maka Hak-hak Istimewa dan Hipotik-hipotik yang dari semula mengikuti piutang, tidak berpindah atas barang-barang debitur baru. 130 Dalam perjanjian kredit dapat diperjanjikan bahwa bila terjadi kredit menjadi bermasalah, bank berhak dengan atau tanpa persetujuan debitur meng- alihkan kredit tersebut kepada pihak lain yang akan menggantikan kedudukan debitur dan dengan demikian membebaskan debitur dari sebagian atau seluruh 130 Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa Masalah Hukum dalam Perjanjian Kredit Bank dengan Jaminan Hypoteek serta Hambatannya Dalam Praktek di Medan, Bandung: Alumni, 1976, hal. 211. Universitas Sumatera Utara kewajiban untuk melunasi kredit, sedangkan debitur baru terikat dengan segala syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dari perjanjian kredit yang bers a n g kut a n. Se da n gk a n di d a l a m A kt a Pembebanan Hak Tanggungan diperjanjikan dimuat janji bahwa pemegang Hak Tanggungan kreditur dapat menunjuk pihak lain sebagai pengganti dari debitur untuk menjadi debitur baru atau sebaliknya debitur dapat menunjuk pihak lain untuk menggantikan kedudukannya sebagai debitur baru, sedangkan apabila terjadi penggantian debitur sebagaimana yang demikian itu, maka Hak Tanggungan tetap berlaku. Peralihan piutang itu dapat dilakukan dengan melakukan perjanjian subrogasi atau novasi antara bank dengan perusahaan sehingga dengan demikian Hak Tanggungan yang menjamin Kredit Pemilikan Rumah itu ikut beralih dengan peralihan Kredit Pemilikan Rumah yang bersangkutan. Tetapi Pasal 16 Undang-Undang Hak Tanggungan itu, seperti telah diterangkan dimuka, belum dapat menampung peralihan utang dari nasabah debitur yang menikmati Kredit Pemilikan Rumah kepada pihak lain yang bermaksud untuk mengambil alih fasilitas utangnya apabila mekanismenya ditempuh melalui lembaga novasi. 131 Sesuai dengan asas publisitas dari Hak Tanggungan, beralihnya Hak Tanggungan tersebut wajib didaftarkan oleh kreditur yang baru kepada Kantor Pertanahan Pasal 16 ayat 2 Undang-Undang Hak Tanggungan Beralihnya Hak Tanggun gan tersebut mulai berlaku bagi pihak ketiga pada 131 Suharnoko Hartati Endah, Op. Cit., hal. 133. Universitas Sumatera Utara hari tanggal pencatatannya Pasal 16 ayat 5 Undang-Undang Hak Tanggungan. Seperti telah disebutkan bahwa tindakan nasabah debitur untuk mengalihkan hak kreditnya atau pelimpahan kewajiban angsurannya kepada pihak lain, salah satunya adalah untuk menghindari terjadinya wanprestasi pada debitur tersebut sehingga mencari jalan keluarnya dengan menjual atau mengalihkan kewajiban angsuran kreditnya tersebut kepada pihak lain debitur baru yang sanggup, ataupun akan melanjutkan angsuran kreditnya. Bila pengalihan hak kredit ataupun pelimpahan kewajiban angsuran dilakukan sesuai dengan peraturan bank pemberi kredit yaitu dengan cara alih debitur maka segala hambatan yang akan timbul adalah merupakan hal yang dapat diselesaikan secara prosedural bank pemberi kredit yaitu menjadi tanggung jawab debitur itu sendiri. Yang terjadi dalam praktek, dimana sebagian masyarakat masih menggunakan cara pengalihan dan oper kredit dengan cara pengikatan jual beli dan kuasa. Maka segala resiko masih melibatkan debitur yang pertama yang terikat dengan bank dan pada debitur yang kedua yang menerima pelimpahan kewajiban tersebut. Bank sebelum memberikan persetujuan alih debitur ataupun memberikan kredit pemilikan rumah pada nasabah melalui beberapa tahap yang bertujuan untuk mendapatkan nasabah yang mempunyai integritas tinggi untuk dapat menyelesaikan kreditnya sampai lunas, seperti disebutkan pada Pasal 8 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan yang berbunyi: Universitas Sumatera Utara “ Dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”. Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 8 dikemukakan antara lain: “ Kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko sehingga dalam pelaksanannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan, debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap, watak, kemampuan modal, agunan dan prospek usaha dari debitur”. 132 Dengan melihat petunjuk tersebut diatas dan melihat persyaratan-persyaratan untuk kredit pemilikan rumah yang begitu teliti, maka bank mengharapkan debitur yang mempunyai integritas tinggi dalam keuangannya, sehingga diharapkan dapat melunasi angsuran kreditnya sampai selesai tanpa ada masalah yang timbul, hal ini akan sangat jauh berbeda dengan tindakan debitur yang mengalihkan hak kreditnya atau melimpahkan kewajiban angsurannya kepada pihak lain dimana dalam pengalihan hak ini pihak debitur tidak melihat kemampuan atau kesanggupan lebih lanjut lagi dari debitur yang akan mengambil alih angsuran kreditnya. Yang dilihat hanya kemampuan awal pembayarannya saja dimana bila telah sepakat mengenai 132 Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan Universitas Sumatera Utara harga dan kondisi serta status rumah dan surat-suratnya maka pengalihan hak kredit tersebut dapat dilaksanakan diantara para pihak. Jika debitur tidak memberitahukan telah mengalihkan kewajiban angsuran kreditnya pada pihak lain, maka bank dapat meminta pertanggungjawabannya dari debitur yang pertama yang terikat dengan perjanjian kredit tersebut. Dengan adanya pengalihan hak kredit maka tanggung jawab pembayaran angsuran tersebut menjadi tanggung jawab pihak yang menerima pelimpahan kredit tersebut. Karena pengalihan kredit tersebut dilakukan dengan menggunakan pengikatan jual beli dan kuasa maka pihak kedua yang menerima pelimpahan ini tidak dapat lagi mengalihkan ataupun melimpahkan kewajiban angsuran kreditnya atas rumah tersebut atau bila tetap tidak membayar maka akan disita oleh bank. Bertolak belakang dengan hal tersebut apabila Peralihan Kredit Kepemilikan Rumah terjadi tanpa sepengetahuan bank secara sembunyi maka otomatis peralihan hak tidak terjadi, karena bank hanya kenal baik secara administratif ataupun secara fisik dengan Debitur pertama. Sebagaimana hasil wawancara interview dengan Staff Bagian Legal Bank Tabungan Negara Cabang Pemuda Medan Bapak. Sawaluddin Siregar frekuensi kasus ahli debitur secara sembunyi ini terjadi di Btn selama dua tahun terakhir ini yakni 2010 sd 2011 Persentasinya kira-kira 0,2 dari 29.000 debitur . Universitas Sumatera Utara 5.Upaya dan Solusi yang Diusahakan Pihak III Untuk Memperoleh Sertifikat Rumah Umumnya pada Perjanjian Kredit disebutkan selama kredit belum lunas tanpa persetujuan tertulis dari kreditur, debitur dilarang memindah tangankan, menyewakan, meminjamkan danatau memberikan hak kepada pihak lain atas barang jaminan tersebut baik seluruh atau sebagian menjadi dibawah penguasaan pihak lain.” Pengalihan kredit Kepemilikan rumah secara sembunyi dan tanpa sepengetahuan Bank merugikan pihak ketiga sebagaimana didukung keterangan yang didapat dari Hasil wawancara interview dengan Staff Bagian Legal Bank Tabungan Negara Pemuda Cabang Medan Bapak Sawaluddin Siregar walaupun setelah Kredit Pemilikan Rumah lunas BTN tidak akan mau menyerahkan sertifikat jika diambil orang lain selain nama dalam sertifikat debitur pertama kecuali ada surat kuasa Notarial. 133 Berdasarkan Proses dan syarat yang ditetapkan BTN supaya orang yang meneruskan kredit memperoleh sertifikat rumah yang masih berada pada pihak bank atas nama debitur pertama pada pihak debitur, apabila telah dialihkan pada pihak lain maka BTN tidak dengan serta merta menyerahkan sertifikat pada pihak lain tanpa ada syarat-syarat yang harus dipersiapkan, debitur lain tersebut harus membawa surat kuasa notarial, surat peralihan. Dalam kuasa Notaris tersebut harus disebutkan ada membayar cicilan, melunasi, mengambil sertifikat, mengalihkan dan lain-lain. 134 133 Hasil Wawancara interview dengan Staff Bagian Legal Bank Tabungan Negara Pemuda Cabang Medan Bapak.Sawaluddin, hari Selasa, Tanggal 12-7-2011 134 Hasil Wawancara interview dengan Staff Bagian Legal Bank Negara Pemuda Cabang Medan Bapak.Sawaluddin, hari Selasa, Tanggal 12-7-2011. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Hasil wawancara interview dengan Staff Bagian Legal Bank Bank Tabungan Negara Pemuda Cabang Medan Bapak Sawaluddin Siregar,yang intinya menolak tegas Peralihan Kredit Kepemilikan Rumah secara sembunyi “Pada dasarnya tidak boleh pengalihan kredit secara sembunyi, tapi BTN tidak mau tahu, sebelum Kredit Kepemilikan Rumah belum lunas sertifikat tidak boleh diambil dan siapa yang melunasi Kredit, BTN pun tidak mau tahu, yang penting pada saat pengambilan sertifikatnya nanti diambil langsung oleh yang bersangkutan debitur pertama” 135 . Artinya kreditur tidak menyetujui pengalihan hak kredit secara sembunyi tanpa pemberitahuan kepada Bank walaupun banyak alasan yang menyebabkan orang memilih peralihan Kredit Kepemilikan Rumah tanpa sepengetahuan kreditur. Undang-Undang, khususnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bentuk perlindungan hukum yang berkaitan dengan asas-asas dalam hukum perjanjian Indonesia, yaitu antara lain asas ketertiban umum, asas kepatutan dan asas itikad baik sebagaimana tercantum dalam Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi sebagai berikut : 136 “ Suatu Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.” 135 Ibid. 136 Pasal 1339 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata . Universitas Sumatera Utara Berkaitan dengan jaminan Kredit Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mengemukakan bahwa semua harta seseorang baik yang sudah ada maupun yang akan diperoleh dikemudian hari menjadi tanggungan untuk pembayaran utang yang bersangkutan 137 . Hal ini merugikan pihak ketiga karena tidak ada perlindungan hukum yang dapat diberikan kepadanya, apalagi bila bukti tertulisnya tidak lengkap, ini hanya akan menimbulkan masalah dikemudian hari. Dengan dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan pada perjanjian Kredit Pemilikan Rumah, sehingga bila dilihat menurut Undang-Undang Hak Tanggungan, jika debitur telah dinyatakan wanprestasi ataupun dalam kondisi Non Performance Loan Npl, maka pihak bank akan mengambil tindakan untuk melaksanakan apa yang telah ditetapkan dalam Pasal 6 Undang-undang tersebut. Pasal ini pun masih diperkuat dengan janji yang disebut dalam Pasal 11 ayat 2 huruf e Undang-Undang Hak Tanggungan yaitu janji bahwa pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek hak tanggungan apabila debitur cidera janji. Tata cara eksekusi tersebut adalah yang paling singkat karena kreditur tidak perlu mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan atau Ketua Pengadilan Negeri. 138 Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut, maka kedudukan debitur semakin lemah sehingga untuk debitur yang menerima pengalihan hak kredit atau 137 Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 138 Ibid. hal. 143. Universitas Sumatera Utara melanjutkan angsuran dimana pada bank namanya tidak terdaftar dan tidak mempunyai kewenangan sama sekali atas agunan yang menjadi obyek perjanjian kredit. Hasil wawancara dengan dengan Staff Bagian Legal Bank Tabungan Negara Pemuda Cabang Medan Bapak Sawaluddin Siregar mengenai sikap dan tindakan BTN Cabang Pemuda Medan jika Kredit Kepemilikan Rumah yang masih terikat pada BTN tersebut menjadi kredit macet sedangkan debitur telah beralih tanpa diketahui Bank, maka pihak BTN pertama-tama akan menghubungi pihak debitur, dipanggil melalui alamat yang tertera pada surat pengajuan Kredit, No.teleponnya dan juga dihubungi developer yang bersangkutan 139 . Artinya Bank hanya kenal dengan debitur pertama. Adapun kerugian-kerugian yang menyangkut agunan dan kepemilikan rumah yang dilakukan secara sembunyi tanpa sepengetahuan Bank, pihak III penerima pengalihan hak kredit juga mengalami beberapa kerugian, yaitu : 1. Bilamana mengalami wanprestasi tidak dapat mengalihkan lagi baik secara dibawah tangan atau melalui alih debitur. 2. Tidak dapat melakukan penjualan agunan secara dibawah tangan. 3. Alternatif penyelesaian dengan bank bilamana telah disita atau masuk dalam Badan Urusan Piutang Negara BUPN dan Badan Urusan Piutang Lelang BUPLN, masih harus menghadirkan nasabah debitur yang pertama untuk 139 Hasil Wawancara interview dengan Staff Bagian Legal Bank pada Tabungan Negara Cabang Medan Bapak Sawaluddin, hari Selasa, Tanggal 12-7-2011. Universitas Sumatera Utara menerima pengembalian uangnya dari bank. Sedangkan pihak nasabah debitur pertama belum tentu diketahui tempat tinggalnya yang terakhir. 4. Tidak adanya jaminan kepemilikan rumah dari pihak bank sampai dengan kreditnya dilunasi. 5. Tdak dapat memanfaatkan asuransi yang berkaitan dengan agunan rumah tersebut. 6. Dengan lamanya kredit dan pelunasannya maka akan semakin naik atau tinggi pajak-pajak yang harus dibayar yaitu Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan BPHTB karena harus menanggung pajak penjual dan pembeli. Dari kerugian-kerugian tersebut diatas yang paling fatal yang diderita oleh nasabah debitur penerima pengalihan hak kredit adalah bilamana telah masuk dalam kategori Non Performance Loan Npl dari bank sehingga bank akan mengambil tindakan-tindakan sebagai berikut: 1. Menyita asetbangunan, 2. Perintah pengosongan agunan dengan segera, 3. Dimasukkan dalam Bada Urusan Piutang Lelang Negara BUPLN. 4. Tidak dapat mewakili menerima pembayaran untuk pengembalian sisa uang pelunasan dari bank bila agunan terjual karena tidak dibuat kuasa untuk itu. Jadi, jual beli Kredit Pemilikan Rumah yang dialihkan pada pihak ketiga pada saat ini belum ada perlindungan hukum bagi pihak ketiga yang beritikad baik. Maksudnya disini, apabila jual beli Kredit Pemilikan Rumah yang dialihkan kepada pihak ketiga tanpa melibatkan Notaris hanya dengan kwitansi maka perlindungan Universitas Sumatera Utara hukum belum dapat diberikan pada mereka. Padahal jual beli yang terjadi antar mereka bila dilihat dari akibat hukum perjanjian, yang memenuhi keabsahan memiliki kekuatan mengikat bagi para pihak karena: 140 4. Para pihak terikat pada isi perjanjian dan juga berdasarkan kepatutan, kebiasaan dan Undang-Undang Pasal 1338, 1339 dan 1340 KUHPerdata, 5. Perjanjian dilaksanakan dengan itikad baik sesuai pasal 1338 ayat 3 KuhPerdata, 6. Kreditur dapat memintakan pembatalan perbuatan debitur yang merugikan kreditur Pasal 1341 KuhPerdata. Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung tentang Jual beli, Putusan Mahkamah Agung Nomor: 350KSip1968 menyatakan “Jual beli adalah bersifat obligatoir sedangkan hak milik atas barang yang diperjualbelikan baru berpindah bila barang tersebut telah diserahkan secara yuridis.Menurut Mariam Darus Badrulzaman, jika ditinjau dari sistem Uupa dan sejarah pembentukannya, maka putusan Mahkamah Agung tersebut dapat dipertanggungjawabkan 141 Pada Bank Tabungan Negara BTN Cabang Pemuda Medan, dimana agunannya yakni SHM dari rumah yang dikreditkan itu sendiri masih atas nama debitor mulai dari perjanjian kredit dimana nama pada sertifikat Hak Milik sampai dengan Hak Tanggungan pada SHM sebagai jaminan masih atas nama pihak debitor dan pihak yang menerima pengalihan hak secara sembunyi atas Kredit Kepemilikan Rumah pada BTN berada diposisi lemah dan dirugikan. 140 Mariam Darus Badrulzaman, Beberapa masalah Hukum dalam Perjanjian Kredit Bank dengan Jaminan Hypotheek Serta Hambatannya d alam Praktek di Medan, Bandung: Alumni, 1978, hal 118 . 141 Ibid. hal. 123. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara Interview dengan Staff Bagian Legal BTN Cabang Pemuda Medan, pada dasarnya peralihan kredit tanpa sepengetahuan BTN tidak boleh, tapi BTN tidak mau tau, sebelum Kreditnya lunas sertifikat tidak boleh diambil walaupun oleh yang melunasi Kreditnya. Bagi pihak Bank BTN yang penting adalah pada saat pengambilan sertifikatnya nanti harus yang mengambil orang yang bersangkutan yang namanya tertera pada saat proses dan syarat yang ditetapkan BTN, supaya orang yang meneruskan kredit memperoleh sertifikat rumah yang masih berada pada pihak bank “apabila telah dialihkan pada pihak lain maka BTN tidak dengan serta merta menyerahkan sertifikat pada pihak lain tanpa ada syarat-syarat yang harus dipersiapkan, Debitur lain tersebut harus membawa surat kuasa notarial, surat peralihan pengikatan jual beli kuasa Notaris tersebut harus disebutkan ada membayar cicilan, melunasi, mengambil sertifikat, dan mengalihkan 142 . Sebagaimana Penelitian Penulis pada BTN Cabang Pemuda Medan Upaya Dan Solusi yang Diusahakan Pihak III Untuk Memperoleh Agunan yang Masih Berada Pada Kreditur Atas Nama Debitur Pasca Pelunasan Kredit di Bank Tabungan Negara BTN Cabang Pemuda Medan yaitu dengan Kuasa Pengambilan Sertifikat. Pihak BTN Cabang Pemuda Medan memberi kesempatan dalam pengambilan sertifikat agunan Kredit Kepemilikan Rumah yang sudah lunas yakni dengan kuasa pengambilan sertifikat dari debitur kepada Pihak ke III yang melanjutkan kredit 142 Hasil wawancara interview dengan Staff Bagian Legal pada Bank Tabungan Negara Pemuda Cabang Medan Bapak Sawaluddin, hari Selasa, Tanggal 12-7-2011. Universitas Sumatera Utara tersebut, artinya Pihak ke III yang melanjutkan kredit bisa mendapatkan sertifikat dari bank setelah pelunasan apabila melibatkan Notaris dalam peralihan Kredit Kepemilikan Rumah tersebut yakni dengan akta pengikatan jual beli dan kuasa pengambilan sertifikat serta balik nama di kemudian hari. Dalam akta jual beli dan kuasa untuk mengambil sertifikat yang menjadi agunan pada kreditur, karena sering terjadi dilapangan pada saat angsuran Kredit Pemilikan Rumah telah lunas, pihak pertama sudah sulit untuk dijumpai sehingga ini menimbulkan permasalahan baru bagi pihak ketiga pada saat pengambilan sertifikat tersebut. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi hal tersebut maka pada saat pengikatan jual beli dihadapan notaris disebutkan juga kuasa untuk mengambil sertifikat apabila Kredit Pemilikan Rumah tersebut telah lunas. 143 Jika tidak melakukan pengikatan jual beli di hadapan Notaris hanya berdasarkan kwitansi pembayaran saja, pada saat Kredit Pemilikan Rumah lunas dan waktu pengambilan sertifikat, kreditur tidak akan memberikan sertifikat tersebut. Kreditur hanya akan memberikan sertifikat pada pihak pertama,jadi seandainya pihak pertama tidak diketahui keberadaannya, maka pengambilan sertifikat tidak akan terjadi, tanpa ada penyelesaian. Akta pengikatan jual beli dan kuasa bagi para pihak yang dibuat dihadapan Notaris tersebut berfungsi mengikat kedua belah pihak dan membuktikan telah adanya suatu pengikatan jual beli yang disertai pembayaran dari pihak pertama kepada pihak kedua. Tujuan pembuatan akta ini untuk memberi kepastian hukum 143 Ibid. Universitas Sumatera Utara bagi debitur baru, dalam hal berurusan dengan pihak bank pemberi kredit,dan disitu juga disebutkan tentang kuasa untuk mengambil sertifikat yang asli, sehingga pihak pertama tidak perlu hadir untuk mengambil sertifikat tersebut. Hasil wawancara Interview peneliti dengan NotarisPPAT Medan Bapak Rubianto Tarigan, S.H Dalam surat kuasa Notaris harus disebutkan objek perumahannya, atau agunannya. Dalam Surat Kuasa Notaris yang dibuat ada menyebut: -Selanjutnya pemberi kuasa menguasakan juga untuk: a mengangsur rumah tersebut setiap bulannya ke PT. Bank Tabungan Negara persero” cabang Medan, sampai lunas kreditnya; b menerima asli sertifikat beserta dokomen-dokumen dari P.T. Bank Tabungan Negara persero ”cabang Medan, setelah dilunasinya angsuran kredit di bank tersebut; c Menjual atau dengan cara lain memindah tangankan tanah dan bangunan tersebut kepada siapa saja atau kepada dan untuk kepentingan yang dikuasakan sendiri dengan harga dan syarat-syarat yang ditetapkan oleh penerima kuasa. -- Untuk keperluan tersebut menghadap dihadapan Pembesar-pembesar pemerintah dan swasta antara lain penjabat pembuat Akta tanah dan atau Notaris dan kantor pertahanan dan atau bagian-bagiannya serta lain-lain instansi yang berwajib, memberikan Keterangan-keterangan, Universitas Sumatera Utara membuat atau suruh membuat, menanda tangani segala surat-surat dan akta- akta yang diperlukan, menetapkan besarnya uang harga penjualan menyerahkan apa yang dijual tersebut kepada pembelinya, memilih tempat tinggal kediaman dan selanjutnya melakukan segala perbuatan dan tindakan yang berkenaan dengan tanah dan bangunan tersebut diatas tidak ada tindakan yang dikecualikan dengan ketentuan : 1. Pemberi kuasa menjamin bahwa tanah dan segala sesuatu yang tumbuh dan berdiri serta dibangun diatas tanah tersebut adalah hak dan miliknya pemberi kuasa; 2. Kuasa ini diberikan dengan hak untuk memindahkannya Kepada pihak lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Secara etimologi, surat kuasa dapat diartikan sebagai surat yang berisi pemberian sebagian kekuasaan atau hak yang dimiliki oleh subjek hukum kepada subjek hukum lainnya untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, tetapi undang- undang telah memberikan batasan yang diatur dalam pasal 1792 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa memberikan kekuasaan kepada seseorang lain, yang menerimanya untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. 144 Batasan tersebut mempunyai 4 empat unsur penting: 1. Adanya persetujuan, 2. Antara pemberi kuasa kepada orang lain pemberi kepada penerima kuasa, 144 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia,Bogor: Ghalia Indonesia, 2006 hal.47. Universitas Sumatera Utara 3. Untuk bertindak atas namanya pemberi kuasa. 4. Untuk menyelenggarakan suatu urusan. 145 i. Adanya Persetujuan, Unsur ini merupakan unsur dasar dalam suatu perikatan yang lahir oleh karena adanya persetujuan vide pasal 1233 jo pasal 1313 KuhPerdata. Pasal 1313 KuhPerdata menyatakan suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan orang lain atau lebih. Hal lain yang penting berkaitan dengan persetujuan ini adalah pasal 1320 KuhPerdata yang mengatur mengenai syarat-syarat sahnya suatu persetujuan, yaitu: 146 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk membuat perikatan, 3. Suatu hal tertentu, 4. Suatu sebab yang halal. ii. Antara pemberi kuasa kepada pihak lain. Surat kuasa diberikan oleh pemberi kuasa kepada pihak lain,ketentuan ini maksudnya adalah surat kuasa tersebut diberikan dari dan untuk subjek hukum, baik orang atau badan. Dimaksudkan dengan subjek hukum tersebut harus memenuhi unsur kecakapan dan punya kewenangan bertindak. Berkaitan dengan badan ini, perlu diperhatikan aspek hukum 145 Ibid. 146 Ibid. Universitas Sumatera Utara korporasi, yakni hukum yang mengatur mengenai berbagai badan, baik badan hukum maupun bukan badan hukum. 147 iii. Bertindak atas nama pemberi kuasa. Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa pemberian kuasa dalam surat kuasa dapat melakukan perbuatan hukum sendiri, oleh karerna itu diwakili oleh pihak lain. Perwakilan itu memberi konsekuensi bahwa seakan-akan pemberi kuasa tersebut hadir dalam melakukan perbuatan hukum tersebut. Kehadiran penerima kuasa tersebut mewakili pemberi kuasa, sebatas dengan kuasa atau kewenangan yang diberikan oleh pemberi kuasa, maka pihak penerima kuasa harus bertanggung jawab sendiri. 148 Berdasarkan pasal 1870 KuhPerdata, bahwa suatu akta otentik memberikan di antara pihak beserta ahli warisnya atau orang yang mendapat hak daripada mereka suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya,sedangkan berdasarkan pasal 1875 KuhPerdata, bahwa suatu tulisan dibawah tangan yang diakui oleh orang terhadap siapa tulisan itu hendak dipakai atau yang dengan cara menurut undang-undang dianggap sebagai diakui, memberikan terhadap orang-orang yang menandatanganinya serta para ahli warisnya dan orang-orang yang mendapat hak dari pada menurut undang-undang dianggap sebagai diakui, memberikan terhadap orang-orang yang menandatanganinya serta para ahli warisnya dan orang-orang yang 147 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia,Bogor: Ghalia Indonesia, 2006 hal.49. 148 Ibid. Universitas Sumatera Utara mendapat hak dari pada mereka bukti yang sempurna, seperti suatu akta otentik dan demikian pula berlakulah ketentuan pasal 1871 KuhPerdata untuk tulisan itu. 149 Secara formal, akta otentik mempunyai pembuktian bahwa terjamin kebenarankepastian tanggal dari orang-orang yang hadir komparisinya, demikian juga tempat dimana akta itu dibuat. Dengan demikian, suatu akta otentik sebagai alat bukti mempunyai kekhususan, yaitu apabila dipergunakan di muka pengadilan, hakim tidak perlu untuk meminta tanda pembuktian lainnya, namun pembuktian biasa, yang diperoleh untuk itu menurut undang-undang berdasarkan KuhPerdata, jika suatu akta otentik tidak memenuhi persyaratan tersebut, akta otentik tersebut berubah menjadi akta di bawah tangan jika ditandatangani oleh para pihak. 150 a. Ditentukan oleh undang-undang. Surat kuasa dapat berakhir demi hukum sebagaimana diatur dalam suatu undang-undang. Sebagai contoh, dalam Skmht, surat kuasa berakhir dalam waktu 1satu bulan jika tanah yang akan dijadikan jaminan sudah terdaftar punya sertifikat dan brakhir dalam waktu 3 tiga bulan, jika tidak yang akan dijadikan jaminan berupa tanah yang belum terdaftar. 151 b. pasal 1813 KuhPerdata menyatakan bahwa pemberian kuasa berakhir karena: 149 Ibid. 150 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia,Bogor: Ghalia Indonesia, 2006 hal.51. 151 Ibid, hal.52. Universitas Sumatera Utara i. dengan ditariknya kembali kuasanya si penerima kuasa; ii. pemberitahuan penghentian; iii. meninggalnya, pengampuannya, pailitnya pemberi kuasa atau penerima kuasa; c. pasal 1814 KuhPerdata menyatakan bahwa pemberi kuasa dapat menarik kuasanya jika hal itu dikehendakinya dan jika ada alasan untuk itu, dan memaksa si penerima kuasa untuk mengembalikan kuasa yang dipegangnya. 152 d. pasal 1816 KuhPerdata mengatakan bahwa pengangkatan seorang kuasa baru untuk menjalankan suatu urusan yang sama menyebabkan ditariknya kembali kuasa yang pertama, terhitung mulai hari diberitahukannya kepada orang yang belakangan ini tentang pengangkatan tersebut. 153 Adapun Isi Pengikatan untuk melakukan Jual Beli intinya Sebagaimana hasil wawancara Interview peneliti dengan NotarisPPAT Medan Bapak Rubianto Tarigan, S.H 154 : Isi perjanjian jual beli Pada Pasal 1: --Pihak pertama berjanji dan dengan ini mengikat diri Sekarang ini untuk pada waktunya dikemudian hari, untuk menjual dan menyerahkan kepada dan untuk dimiliki oleh pihak kedua, yang menerangkan ini untuk nanti pada waktunya di 152 Ibid. 153 Ibid.hal.53. 154 Wawancara NotarisPPAT Medan Bapak Rubianto Tarigan, S.H Universitas Sumatera Utara kemidian hari, untuk membeli dan menerima penyerahan untuk dimiliki dari pihak pertama, yaitu: sebidang tanah seluas 120M² seratus duapuluh meter Persegiyang terletak dalam wilayah propinsi Sumatera Utara, kabupaten deli serdang, kecamatan pancur batu, desa Sembahe baru sebagaimana diuraikan dalam sertipikat Tanda bukti hak Hak milik Nomor 340, surat ukur nomor: 345sembahe baru2008, Tanggal 7tujuh April 2008 duaribu delapan, menurut Pembukaan tertanggal 22 dua puluh dua April 2008 dua ribu delapan, yang dikeluarkan oleh kepala kantor pertahanan Kabupaten Deli Serdang, terdaftar atas nama ………………...…………... -Demikian berikut sebuah bangunan rumah tinggal Permanen, beserta segala turutannya yang ada didirikan Serta dibangun diatas tanah tersebut tidak ada yang Dikecualikan, setempat dikenal sebagai komplek perumahan Puri Anom Asri,Blok Aa Nomor 45. Pasal 2: --Harga jual beli dari tanah dan bangunan tersebut yang akan dilakukan jual belinya di kemudian hari antara kedua belah pihak, ditetapkan sekarang ini untuk di kemudian hari oleh Kedua belah pihak sebesar Rp.27.000.000, dua puluh tujuh juta rupiah, jumlah uang mana menurut keterangan pihak pertama telah diterima semuanya dengan tunai dan dengan sempurna dari pihak kedua sebelum penanda tangan akta ini, untuk tanda penerimaan uang tersebut akta ini juga berlaku sebagai kwitansinya. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya isi Pasal 5: --Guna menjamin pelaksanan penyerahan nyata dan benar mengenai atas tanah dan bangunan tersebut, maka pihak pertama dengan ini memberi hakwewenang dan kuasa kepada pihak kedua untuk menepati danatau menguasai tanah dan bangunan tersebut selama perjanjian ini berlaku dan berjalan antara kedua belah pihak, maka pihak pertama tidak berhak untuk menjual atau dengan cara lain memindah tangankan tanah dan bangunan tersebut ataupun untuk memberatinya dengan bahan-bahan lain, jika tidak memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak kedua. Kemudian Pasal 6 isinya sebagai berikut: -Apabila dikemudian hari ternyata pihak pertama kerena alasan apapun , tidakbersedia atau tidak dapat memberikan bantuannya dalam melangsungkan penjualan dari tanah dan bangunan tersebut diatas, maka pihak pertama dengan ini memberi kuasa kepada pihak ke dua dan baik bersama-sama maupun sendiri untuk nanti dipergunakan setelah syarat-syarat jual beli yang disebut diatas telah dipenuhi, untuk mewakili dan karenanya bertindak untuk dan atas nama pihak pertama guna melangsungkan penjualan dari tanah dan banguna tersebut terhadap pihak kedua di hadapan pejabat yang dimaksud diatas untuk kepereluan tersebut pihak kedua berhakberwenang menghadap dimana perlu, memberikan surat-suratketerangan Keterangan yang diperlukan, membuat atau suruh membuat serta menanda tangani segala surat dan akta yang diperlukan, dan selanjutnya melakukan segala perbuatan Universitas Sumatera Utara yang perlu dan dan berguna untuk mencapai maksud pemberian kuasa ini, suatu dan lain tidak ada tindakan hukum yang dikecualikan; Selanjutnya isi Pasal 7: --Kuasa yang diberikan oleh pihak pertama kepada pada pihak kedua berdasarkan akta ini, adalah kuasa yang tidak dapat di cabut kembali dan tidak akan batal atau berakhir karena alasan apapun teermasuk karena sebab-sebab yang mengakhiri Pemberian sesuatu kuasa yang dimaksud dalam pasal 1813 kitab undng-undang hukum perdata. Pengikatan jual beli dan kuasa bila dilihat dari kekuatan akta yang dibuat dihadapan Notaris: a. Kekuatan Pembuktian Lahiriah Yaitu maksudnya bahwa kemampuan dari akta pengikatan jual beli dan kuasa yang dibuat dihadapan Notaris membuktikan sebagai akta otentik kemampuan mana menurut Pasal 1875 KUHPerdata tidak diberikan kepada akta dibawah tangan, hal ini berhubungan erat dengan perjanjian pengikatan jual beli dan kuasa walaupun menurut pendapat pihak bank bahwa perjanjian tersebut dianggap perjanjian dibawah tangan, akan tetapi menurut ketentuan Undang-Undang Akta Pengikatan Jual Beli dan Kuasa tersebut adalah merupakan suatu akta yang otentik atau yang membuktikan sendiri keabsahannya. Universitas Sumatera Utara b. Kekuatan Pembuktian Formal Bahwa apa yang tercantum dalam akta itu adalah merupakan hal yang benarberlaku sebagai hal yang benar, isinya mempunyai kepastian sebagai yang sebenarnya, sehingga akta otentik dapat menjadi bukti yang sah diantara pihak dan ahli waris serta para penerima hak mereka, dengan pengertian bahwa: 1 Akta itu, bila dipergunakan dimuka pengadilan adalah cukup dan bahwa hakim tidak diperkenankan untuk meminta tanda pembuktian lainnya disamping itu. Dalam hal akta otentik, Undang-Undang mengikat hakim pada alat bukti itu. 2 Pembuktian sebaliknya senantiasa diperkenankan dengan alat-alat pembuktian biasa yang diperbolehkan untuk itu menurut undang-undang. Di dalam akta pengikatan jual beli itu sendiri akta yang dibuat dihadapan Notaris memberikan perlindungan dan kepastian hukum akan akibat dari yang telah dilakukannya pengikatan jual beli tersebut. Dengan demikian tidak akan mempersulit debitur yang menerima pelimpahan kewajiban kredit yang dalam salah satu pasalnya berbunyi: “ Pihak PertamaPenjual sekarang untuk nanti pada waktunya setelah segala persyaratan yang diperlukan telah dipenuhi atas tanah tersebut maka Pihak PertamaPenjual memberi kuasa kepada Pihak KeduaPembeli dan -baik bersama-sama maupun masing-masing kuasa mana tidak dapat ditarik kembali dan tidak akan berakhir karena sebab-sebab yang tercantum dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara untuk mewakili Pihak PertamaPenjual sepenuhnya dalam segala hal urusan atau tindakan tidak ada yang dikecualikan mengenai tanah tersebut antara lain menandatangani surat, akta penyerahanjual belinya dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan melakukan permohonan balik nama atas tanah tersebut keatas nama pihak keduapembeli. -Selanjutnya pihak pertama menerangkan dengan ini juga sekarang akan tetapi untuk nantinya setelah segala persyaratan yang diperlukan dipenuhi atas tanah tersebut, memberi kuasa kepada Pihak KeduaPembeli selama hak atas tanah tersebut belum dipindahkan keatas nama pihak keduapembeli atau selama pengalihan bagian hak atas tanah tersebut belum terjadi, untuk mewakili pihak pertamaPenjual sebagai yang berhak sepenuhnya dalam segala hal sehingga Pihak keduaPembeli berhak untuk melakukan dan mengerjakan apa saja yang berkaitan dengan tanah tersebut. Pihak pertamapenjual dengan ini memberi kuasa kepada Pihak KeduaPembeli dan -baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri dengan hak untuk memindahkannya kepada orang lain, kuasa mana tidak dapat dicabut atau dibatalkan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini dan tanpa kuasa mana perjanjian ini tidak akan dibuat dan karenanya tidak akan berakhir sebab apapun juga. Universitas Sumatera Utara -Untuk keperluan itu, membuat dan menandatangani surat-surat permohonan dan lain-lain yang diperlukan, membuat atau suruh membuat surat ukurnya menyetujui batas-batasnya, membayar segala bea yang dikenakan, meminta kwitansinya, menghadap dimana perlu, memberikan keterangan dan laporan, menandatangani akta jual belinya dihadapan Pejabat Pembuat Akta tanah dan seterusnya melakukan dan mengerjakan segala perbuatan apa saja yang diperlukan tidak ada yang dikecualikan. 155 Maksud dan ketentuan dari pasal tersebut adalah memberi jaminan dan kepastian kepada debitur yang menerima pengalihan hak kredit dengan cara melanjutkan angsuran bilamana angsurannya telah lunas atau dilunasi lebih cepat dan sertifikat tanda bukti haknya telah diambil dari pihak bank, maka dengan sendirinya tanpa harus menghadirkan pihak pertama lagi telah dapat melakukan jual beli dihadapan pejabat yang berwenang. Dalam hal ini Pejabat Pembuat Akta tanah PPAT, sehingga dengan adanya pengikatan jual beli dan kuasa tersebut pihak penerima pengalihan hak tersebut tidak akan mendapat kesulitan untuk proses balik nama sertifikat Proses peralihan hak pada BPN Dengan berlakunya UUPA, proses terjadinya peralihan hak milik yang sudah dibukukan sebagai berikut: 1. Fase pertama: fase yang mendahului akta PPAT, berupa perjanjian konsensuil, yang merupakan causa title dari penyerahan hak; 155 Akta Pengikatan Jual Beli yang dibuat pada Kantor NotarisPPAT Rubianto Nomor 25 tanggal 2 Februari 2010. Universitas Sumatera Utara 2. Fase kedua: Akta PPat, pihak penjual dan pembeli harus menuangkan kehendak tentang penyerahan itu dalam akta PPAT; Fase ketiga: Pendaftaran di Kantor Pertanahan. Hasil wawancara Interview dengan Staff Bagian Legal pada BTN Cabang Pemuda Medan, Setiap hari kerja rata-rata 10-15 orang yang ambil sertifikat secara umum jadi rata-rata per bulan sekitar 25-40 orang, dari jumlah tersebut yang mengambil sertifikat dengan surat kuasa sekitar 20, 10 yang ambil ahli waris jadi totalnya 30, jadi dari 100, 70mengambil secara resmi, kalau yang mengambil debitur resmi sendiri sertifikatnya maka syarat yang harus dibawa hanya KTP saja 156 156 Hasil wawancara interview dengan Staff Bagian Legal Bank Tabungan Negara Cabang Medan Bapak.Sawaluddin, hari Selasa, Tanggal 12-7-2011. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN