c. Mata Air Mata air adalah air tanah yang ke luar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Mata air yang berasal dari dalam tanah, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas. Berdasarkan keluarnya munculnya permukaan tanah terbagi atas
rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng dan umbul dimana air ke luar ke permukaan pada suatu dataran Sutrisno, 2010.
2.2. Air Bersih 2.2.1. Pengertian Air Bersih
Air yang bersih mutlak diperlukan, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 416 Tahun 1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari- hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak.
2.2.2. Persyaratan Biologi
Menurut Slamet 2009, sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air hujan air angkasa, air permukaan maupun air tanah.
Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Bakteri yang bersifat patogen berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penyakit yang ditransmisikan melalui fecal material dapat disebabkan virus, bakteri, protozoa dan metazoan. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-
hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli Coliform bakteri merupakan bakteri flora normal di usus manusia yang membantu proses pembusukan
sisa-sisa makanan dan memadatkannya menjadi feses, namun bakteri ini juga
Universitas Sumatera Utara
merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen seperti Salmonella typhi, dan lain-lain.
Selain bakteri patogen, bakteri non-patogen juga sebaiknya tidak terdapat di dalam air khususnya air minum. Bakteri non-patogen merupakan jenis bakteri yang
tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh. Namun, dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak, lendir dan kerak pada pipa. Beberapa bakteri non-patogen yang berada di
dalam air antara lain Actinomycetes Moldlikose bacteria, Fecal streptococci, dan Bakteri Besi Iron Bacteria.
Menurut Permenkes RI No. 416 Tahun 1990, total coliform yang diperbolehkan dalam air perpipaan adalah 10 per 100 ml air sedangkan untuk non
perpipaan adalah 50 per 100 ml air.
2.2.3. Persyaratan Fisik
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 416MenkesperIX1990, menyatakan bahwa air yang layak pakai sebagai sumber air bersih antara lain harus
memenuhi persyaratan secara fisik yaitu tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh dan tidak bewarna.
Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut:
1. Suhu Air yang baik mempunyai temperatur normal, 8º dari suhu kamar 27ºC.
Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan indikasi terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup besar misalnya, fenol atau belerang atau
sedang terjadi proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme. Menurut
Universitas Sumatera Utara
Permenkes No. 416 tahun 1990, suhu air yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebesar suhu udara ± 3 ºC.
2. Bau dan Rasa Bau dan rasa air merupakan dua hal yang mempengaruhi kualitas air secara
bersamaan. Bau dan rasa dapat dirasakan langsung oleh indra penciuman dan pengecap. Biasanya, bau dan rasa saling berhubungan. Air yang berbau busuk
memiliki rasa kurang tidak enak. Bau dan rasa biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme mikroskopik,
serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti fenol. Bahan-bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa
dapat meningkat bila di dalam air dilakukan klorinasi. Karena pengukuran bau dan rasa itu tergantung pada reaksi individual, maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak.
Untuk standard air bersih dan air minum ditetapkan oleh Permenkes RI No. 416 Tahun 1990, yaitu tidak berbau dan tidak berasa Depkes RI, 1997.
3. Warna Banyaknya air permukaan khususnya yang berasal dari rawa-rawa dan daerah
pasang surut, seringkali bewarna. Warna pada air terjadi karena adanya zat-zat substansi yang terlarut dalam air, dimana zat-zat tersebut dapat terjadinya karena
proses dekomposisi dalam berbagai tingkat, asam humus dan bahan yang berasal dari bahan humus serta dekomposisi lignin dianggap sebagai bahan yang memberi warna
yang paling utama, demikian juga unsur besi yang berkaitan dengan zat organik dapat menghasilkan warna sedemikian tinggi, warna yang disebabkan oleh bahan-bahan
kimia yang tersuspensi dikatakan sebagai apparent colour yang berbahaya bagi tubuh
Universitas Sumatera Utara
manusia, sedangkan yang disebabkan oleh mikroorganisme atau kekentalan organis atau tumbuh-tumbuhan yang merupakan kolodial disebut sebagai true colour.
Untuk mengukur tingkat warna digunakan satuan TCU True colour Unit. Berdasarkan Permenkes RI No. 416 tahun 1990 tingkat warna untuk air bersih
dianjurkan 15 TCU dan yang diperbolehkan 50 TCU Depkes RI, 1997. 4. Zat Padat Terlarut
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103ºC-105ºC. Kebanyakan bahan padat terdapat dalam bentuk
terlarut dissolved dalam air yang berupa bahan-bahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan daripada penyimpangan
standart dari total solit padatan terlarut yakni akan mengakibatkan air tidak enak pada lidah, rasa mual terutama yang disebabkan oleh natrium sulfat dan magnesium
sulfat, penyebab serangan jantung cardiacdisease serta dapat menyebabkan toxemia pada wanita hamil. Standar untuk zat padat terlarut ditetapkan oleh Permenkes No.
416 Tahun 1990, yaitu dianjurkan 500 mgl dan diperbolehkan 1500 mgl Depkes RI, 1997.
5. Kekeruhan Kualitas air yang baik adalah jernih bening dan tidak keruh. Kekeruhan air
disebabkan oleh partikel-partikel yang tersuspensi di dalam air yang menyebabkan air terlihat keruh, kotor, bahkan berlumpur. Bahan-bahan yang menyebabkan air keruh
antara lain tanah liat, pasir dan lumpur. Air keruh bukan berarti tidak dapat diminum atau berbahaya bagi kesehatan. Namun, dari segi estetika, air keruh tidak layak atau
tidak wajar untuk diminum.
Universitas Sumatera Utara
Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi
segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi Sutrisno, 2010.
Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter. Untuk standar air bersih ditetapkan oleh Permenkes RI
No. 416 Tahun 1990, yakni kekeruhan yang dianjurkan 5 NTU Nephelometric Turbidy Unit dan yang diperbolehkan hanya 25 NTU Depkes RI, 1997.
2.2.4. Persyaratan Kimia