Desain Penelitian Instrumen Penelitian Karakteristik Subjek Penelitian

commit to user

G. Desain Penelitian

Gambar 14. Bagan Desain Penelitian Pearson Product Moment Populasi Sampel Keluhan pada bagian Upper Extremity Skor Sampling Jenuh Postur Kerja Skor Lembar Kerja Penilaian RULA Peta Pemetaan Tubuh Skoring 1 7 Tidak Sakit 1 Agak Sakit 2 Sangat Sakit 4 Sakit 3 commit to user

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah : 1. Busur 2. RULA Assesment adalah lembar kerja penilaian untuk menilai postur kerja duduk tenaga kerja. 3. Peta Pemetaan tubuh untuk mengetahui keluhan pada upper extremity. 4. Data sekunder PT Iskandartex Surakarta Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder dalam pelaksanaan penelitian ini meliputi : a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang diteliti. b. Profil perusahaan dan data karyawan. commit to user

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik korelasi pearson product moment yang menggunakan program komputer SPSS versi 12. Interpretasi p value signifikansi, sebagai berikut : 1. Jika p value ”PDNDKDVLOXMLGLQ\DWDNDQVDQJDW signifikan. 2. Jika p value 0,01 tetapi 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan. Riyanto, 2009 Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien relasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi terhadap Koefisiensi Korelasi Interval Koefisiensi Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat Rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat Kuat Sugiyono, 2000 commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan

PT. Iskandartex merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah grey yang kemudian meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau lebih dikenal dengan sebutan batik printing. PT. Iskandartex didirikan pada tanggal 25 Mei 1975, bentuk badan usaha CV Commanditer Vennonschao dengan nama CV Iskandartex, berdasarkan akta perusahaan NO. 98 tanggal 23 Mei 1975, CV Iskandartex memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu pada tahun 1976. Pada awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 mesin tenun, dan kemudian mengalami perkembangan hingga pada tahun 1977 perusahaan memiliki 77 unit mesin tenun. Produksi perusahaan terus meningkat, hal ini dibuktikan pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan mesin kanji dari Taiwan yang fungsinya mengeringkan secara otomatis. Pada tahun yang sama perusahaan juga memperluas bangunan dan menambah mesin tenun hingga 300 unit. Karena permintaan yang semakin meningkat, maka perusahaan merasa perlu menambah kapasitas produksi dengan menambah mesin tenun, hingga pada commit to user akhir tahun 1993 jumlah mesin tenun yang dimiliki perusahaan berjumlah 614 unit. Melihat usaha yang terus berkembang, maka pimpinan perusahaan mengambil kebijakan untuk mengubah bentuk perusahaan dari bentuk CV Commanditer Vennonschap atau persekutuan komanditer menjadi bentuk PT Perseroan Terbatas. Perusahaan bentuk ini didasarkan asalan bahwa dengan bentuk PT, perusahaan lebih mempunyai peluang dalam mengembangkan usahanya. Perusahaan ini resmi menjadi PT. Iskandartex pada tanggal 2 Januari 1991 dengan nomor izin usaha 199II.16PBVIII1991PT. Pergantian nama terjadi sejak bulan Febuari 1996 menjadi PT. Iskandar Indah Printing Textile.

2. Proses Produksi

a. Tahap Persiapan 1 Pembuatan Benang Lusi Benang lusi adalah benang yang membujur dalam proses penenunan. Benang tersebut digulung ke dalam alat yang disebut LOOM Warping. Kelanjutannya pada proses warping adalah proses pengkanjian, yaitu proses pengeringan, untuk meratakan bulu-bulu, menghilangkan kotoran agar benang tidak kaku sehingga tidak mudah putus. Benang lusi agar dapat dipisah-pisahkan dimasukkan ke dalam proses cucuk yang berbentuk dropper, gun, dan sisir. commit to user Gambar 15. Pembuatan Benang Lusi Gambar 16. Pembuatan Benang Lusi Sumber : Data Primer, 2011 Sumber : Data Primer, 2011 Gambar 17. Proses Pengkajian Benang Gambar 18. Proses Cucuk Sumber : Data Primer, 2011 Sumber : Data Primer, 2011 2 Penyisiran Benang cucuk Gulungan benang yang berukuran meter dari bagian LOOM atau benang lusi, akan dimasukkan ke bagian cucuk atau penyisiran benang. Bagian cucuk akan menyisir benang tiap helainya, agar mudah untuk digulung menjadi bagian kecil-kecil pada bagian setelahnya bagian pembuatan benang pakan. Penyisiran benang dilakukan commit to user dengan manual, yaitu benang per helai dimasukkan dalam sisir yang berjumlah ribuan. Urutan benang yaitu ganjil 1 dengan 3 dan genap 2 dengan 4. Setelah benang masuk dalam urutan sisir, kemudian, benang secara bersamaan akan disisir. Gerakan tersebut akan diulang sampai benang dalam gulungan masuk ke dalam sisir. Gambar 19. Proses Penyisiran Benang Sumber : Data Primer, 2011 3 Pembuatan Benang Pakan Benang pakan adalah benang yang menyilang dalam proses penenunan, diproses melalui mesin kelos dan mesin palet bagian winding yang akan menggulung ke dalam kayu klinting. commit to user Gambar 20. Proses Winding Sumber : Data Primer, 2011 b. Tahap Penenunan Penenunan adalah proses penyilangan dari benang lusi dan benang pakan sehingga terbentuk suatu kain yang memenuhi suatu rancangan yang telah ditentukan. Gambar 21. Proses Penenunan Benang Sumber : Data Primer, 2011 commit to user c. Proses Finishing Kain yang telah melalui proses penenunan kemudian menuju proses akhir yaitu finishing. Dalam proses finishing ini kain diperiksa kualitasnya dengan menggunakan mesin. Jika ada yang tidak sesuai dengan ketentuan maka kain diperbaiki. Setelah itu kain dilipat dengan menggunakan mesin dan selanjutnya menuju proses pengepakan. Gambar 22. Proses Finishing Sumber : Data Primer, 2011 Gambar 23. Proses Pelipatan Kain Sumber : Data Primer, 2011 commit to user

3. Jadwal Shift Kerja

PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang sebagian tenaga kerjanya adalah wanita memberlakukaan shift kerja dengan sistem rotasi panjang. Hari kerjanya adalah enam hari selama satu minggu yaitu hari Senin sampai hari Sabtu. Dengan waktu kerja sebagai berikut : a. Shift pagi : 07.00 ± 15.00 WIB b. Shift sore : 15.00 ± 23.00 WIB c. Shift malam : 23.00 ± 07.00 WIB Tenaga kerja dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok A, B, dan C. Khususnya di bagian winding terdapat 86 tenaga kerja wanita dengan rotasi kelompok A shift sore selama 6 hari kerja, kelompok B shift malam selama 6 hari kerja, dan kelompok C shift pagi selama 6 hari kerja. Rotasi kerja tersebut bergantian setelah 6 hari kerja.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur Penyebaran kuesioner pada tanggal 26 April 2011 terhadap 25 subjek penelitian di Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta didapatkan hasil sebagai berikut : commit to user Tabel 4. Data Umur Subjek Pekerja di Bagian Cucuk No Nama Umur Tahun 1 A 55 2 B 37 3 C 34 4 D 41 5 E 42 6 F 42 7 G 39 8 H 41 9 I 48 10 J 50 11 K 40 12 L 40 13 M 58 14 N 44 15 O 43 16 P 38 17 Q 54 18 R 35 19 S 42 20 T 43 21 U 39 22 V 47 23 W 42 24 X 48 25 Y 37 Rerata 43,16 Standar Deviasi 6,15 Sumber : Data Primer, 2011 Data umur dari tabel di atas didapatkan rerata umur sebesar 43,16 ± 6,15. Umur terendah yaitu 34 tahun dan umur tertinggi yaitu 58 tahun. Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji Correlations Pearson Product Moment : commit to user Tabel 5. Hasil Uji Statistik Umur terhadap Upper Extremity Symptoms dengan menggunakan uji Correlations Pearson Product Moment No Parameter Uji N Regresi r Signifikan P 1 Umur 25 0,127 0,685 2 Upper Extremity Symptoms 25 Sumber : Hasil Uji SPSS Hasil uji analisis Correlations Pearson Product Moment antara data umur dan Upper Extremity Symptoms, diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,127 dengan P value = 0,685. 2. Kursi Kerja Pengamatan peneliti di lapangan, kursi yang digunakan tenaga kerja adalah kursi dengan empat kaki dan disertai alas kursi yang terbuat dari papan kayu. Ukuran tinggi kursi bervariasi akan tetapi untuk tebal alas, panjang alas, lebar alas ukurannya sama. Adapun ukuran dari kursi tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 6. Data Pengukuran Kursi yang Digunakan Pekerja Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta. No. Nama Tinggi Kursi cm Lebar Kursi cm Panjang Kursi cm 1 A 44 21 29 2 B 42 24 29 3 C 43 24 28 4 D 45 22 28 5 E 46 21 29 6 F 41 23 27 7 G 45 23 29 8 H 42 24 27 9 I 45 23 28 10 J 42 22 27 11 K 45 23 27 12 L 43 21 27 13 M 44 22 26 14 N 44 22 26 15 O 44 21 28 16 P 45 23 30 HUVDPEXQJ« commit to user 17 Q 45 24 29 18 R 45 21 28 19 S 46 24 27 20 T 40 23 27 21 U 41 24 26 22 V 40 22 28 23 W 44 23 29 24 X 45 22 28 25 Y 42 22 27 Rerata 43,53 22,56 27,76 Standar Deviasi 1,8 1,08 1,09 Presentile 5 40,56 20,78 25,97 Presentile 50 43,53 22,56 27,76 Presentile 95 46,50 24,34 29,55 Sebaran data pada tabel 6 diperoleh rerata X ± SD tinggi kursi adalah 43,53 cm ± 1,8 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 40,56 cm, 43,53 cm dan 46,50 cm. Rerata X ± SD panjang kursi adalah 27,76 cm ± 1,09 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 25,97 cm, 27,76 cm dan 29,55 cm. Rerata X ± SD lebar kursi adalah 22,56 cm ± 1,08 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 25,97 cm, 27,76 cm dan 29,55 cm. Tabel 7. Data Pengukuran Anthropometri Pekerja di Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta No Barhu cm Gihu cm Bargul cm Tinggi Popliteal cm Panjang Buttock- Popliteal cm 1 47 56 38 42 43 2 44 55 39 40 35 3 42 42 40 40 35 4 38 45 34 39 35 5 49 41 40 41 42 6 45 43 42 41 39 7 48 43 41 43 40 8 51 45 42 44 43 9 43 42 40 39 40 10 48 57 41 45 39 11 49 56 42 41 39 6DPEXQJDQ« commit to user 12 45 55 41 43 40 13 48 42 42 44 43 14 51 45 40 39 40 15 43 41 41 45 39 16 48 43 38 42 43 17 47 43 39 40 35 18 44 45 40 40 35 19 42 42 34 39 35 20 38 57 40 41 35 21 49 56 40 41 42 22 45 55 34 41 39 23 48 42 40 43 40 24 51 45 42 44 43 25 43 41 41 39 39 Rerata 45,84 47,08 39,64 41,44 39,12 SD 3,65 6,29 2,41 1,96 2,99 Presentil 5 39,82 36,71 35,67 38,21 34,19 Presentil 50 45,84 47,08 39,64 41,44 39,12 Presentil 95 51,86 57,45 43,61 44,67 44,05 Sumber : Data Primer, 2011 Keterangan : a. Barhu : Lebar bahu b. Gihu : Tinggi bahu c. Bargul : Lebar pinggul d. Tinggi popliteal : dari alas kaki-lekuk lutut e. Panjang buttock-popliteal : dari ujung pantat - lekuk lutut Sebaran data pada tabel 7 diperoleh rerata X ± SD barhu adalah 45,84 cm ± 3,65 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 39,82 cm, 45,84 cm dan 51,86 cm. Rerata X ± SD gihu adalah 47,08 cm ± 6,29 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 36,71 cm, 47,08 cm dan 57,45 cm. commit to user Rerata X ± SD bargul adalah 39,64 cm ± 2,41 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 35,67 cm, 39,64 cm dan 43,61 cm. Rerata X ± SD tinggi popliteal adalah 41,44 cm ± 1,96 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 38,21 cm, 41,44 cm dan 44,67 cm. Rerata X ± SD panjang buttock-popliteal adalah 39,12 cm ± 2,99 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 34,19 cm, 39,12 cm dan 44,05 cm. 3. Lama Kerja Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Juli 2011 terhadap 25 orang subjek penelitian dan didapatkan hasil bahwa seluruh subjek dalam penelitian ini lama kerjanya 8 jam 7 jam kerja dan 1 jam istirahat.

C. Lingkungan Kerja

Dokumen yang terkait

PENGARUH SIKAP KERJA DUDUK PADA KURSI KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS TERHADAP KELUHAN OTOT OTOT SKELETAL BAGI PEKERJA WANITA BAGIAN MESIN CUCUK DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

0 5 60

PERBEDAAN TINGKAT STRESS KERJA PADA TENAGA KERJA YANG MENGALAMIKEBISINGAN DI ATAS NAB BAGIAN MESIN TENUN DAN DI BAWAH NAB BAGIAN MESIN CUCUK DI PT ISKANDARTEX SURAKARTA

1 5 63

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP KELELAHAN TENAGA KERJA DI BAGIAN MESIN TENUN PT. ISKANDARTEX SURAKARTA

0 8 79

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKOKELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Bagian Pemotongan Besi Di Sentra Industri Pande Besi Padas Klaten.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi Tenun PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 3 19

HUBUNGAN ANTARA RISIKO POSTUR KERJA DENGAN RISIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA DI Hubungan Antara Risiko Postur Kerja Dengan Risiko Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Di Bagian Produksi Tenun PT. Kusuma Mulia Plasindo Infitex Klaten.

0 2 16

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe Indonesia Tobako.

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe Indonesia Tobako.

0 3 5

HUBUNGAN POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Dan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe Indonesia Tobako.

2 10 17

PENGARUH SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA BAGIAN PELINTINGAN Pengaruh Sikap Kerja Duduk Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Bagian Pelintingan Rokok Di Pt. Djitoe Indonesia Tobacco.

0 0 16