commit to user Hasil uji analisis Correlations Pearson Product Moment data
penerangan dan Upper Extremity Symptoms, diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,012 dengan P value = 0, 953.
D. Postur Kerja Duduk
Pengukuran postur kerja duduk pada pekerja di Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil Pengukuran Postur Kerja Duduk No. Nama
Skor RULA
1 A 5
2 B 6
3 C 5
4 D 6
5 E 6
6 F 5
7 G 6
8 H 4
9 I 3
10 J 6
11 K 5
12 L 6
13 M 4
14 N 5
15 O 6
16 P 4
17 Q 6
18 R 5
19 S 4
20 T 4
21 U 3
22 V 3
23 W 5
24 X 5
25 Y 6
Rerata 4,92 Standar Deviasi
1,03
Sumber : Data Primer, 2011
commit to user Hasil pengukuran postur kerja duduk dengan menggunakan Lembar
Kerja Penilaian RULA, didapatkan rerata, 4,92 ± 1,03. Dari hasil pengukuran postur kerja duduk dengan skor, didapatkan hasil skor 3 sebanyak 3 tenaga kerja,
skor 4 ada 5 tenaga kerja, skor 5 sebanyak 8 tenaga kerja, skor 6 sebanyak 9 tenaga kerja. Hasil terbanyak yaitu penilaian dengan skor 6 yang berarti
dilakukan pemeriksaan atau segera dilakukan perubahan dengan postur kerja duduk.
E. Upper Extremity Symptoms 1. Hasil Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja
Pengukuran Upper Extremity Symptoms pada tanggal 2 Juli 2011 yang dilakukan pada pekerja di Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta
didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 15. Hasil Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja Bagian
Cucuk PT. Iskandartex Surakarta No. Nama
Skor Upper Extremity Symptoms
1 A 34
2 B 38
3 C 35
4 D 40
5 E 40
6 F 36
7 G 42
8 H 29
9 I 24
10 J 38
11 K 32
12 L 30
13 M 34
commit to user 14 N
39 15 O
31 16 P
37 17 Q
30 18 R
26 19 S
40 20 T
45 21 U
33 22 V
24 23 W
24 24 X
35 25 Y
36 Rerata 34,08
Standar Deviasi 5,78
Sumber :Data Primer, 2011
2. Presentase Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja
Hasil pengukuran Upper Extremity Symptoms pada pekerja di Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta didapatkan hasil presentase sebagai
berikut : Tabel 16. Hasil Presentase Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja
Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta No
Jenis Keluhan N
Skor Total Skor
Persentas e
1
Sakit kaku di leher bagian atas?
25 34
64 53.1
2
Sakitkaku di leher bagian bawah?
25 42
64 65.6
3
Sakit di bahu kiri?
25 44 64 68.7
4
Sakit di bahu kanan?
25 50 64 78.1
5
Sakit di lengan atas kiri?
25 25 64 39.0
6
Sakit di lengan atas kanan?
25 25
64 39.0
7
Sakit di punggung?
25 48 64 75
8
Sakit di pinggang?
25 40 64 62.5
9
Sakit di siku kiri?
25 16 64 25
10
Sakit di siku kanan?
25 16 64 25
commit to user 11
Sakit di lengan bawah kiri?
25 18
64 28.1
12
Sakit di lengan bawah kanan?
25 20
64 31.2
13
Sakit di pergelangan tangan kiri?
25 32
64 50
14
Sakit di pergelangan tangan kanan?
25 34
64 53.1
15
Sakit di jari-jari tangan kiri?
25 16
64 25
16
Sakit di jari-jari tangan kanan?
25 16
64 25
Sumber :Data Primer, 2011
Hasil presentase pengukuran Upper Extremity Symptoms pada pekerja Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta hasil tertinggi pertama
yaitu presentase 78,1 dengan keluhan pada bahu kanan. Hasil tertinggi kedua yaitu dengan presentase sebesar 75 dengan keluhan di punggung. Dan
presentase antara 62,5 - 68,7 yaitu keluhan pada leher bagian bawah, pinggang, dan bahu bagian kiri.
F. Hasil Pengujian Postur Kerja Duduk dengan Upper Extremity Symptom
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji Correlations Pearson Product Moment :
Tabel 17. Hasil Uji Hubungan Postur Kerja Duduk dengan Upper Extremity Symptoms dengan menggunakan uji Correlations Pearson Product
Moment No Parameter
Uji N Regresi r
Signifikan P 1
Postur Kerja Duduk 25
0,320 0,022
2 Upper Extremity Symptoms 25
Sumber : Hasil Uji SPSS
commit to user Berdasarkan tabel 17 dapat dijelaskan bahwa antara postur kerja duduk
dan Upper Extremity Symptoms diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,320 dengan nilai P value sebesar 0,022 0,01 tetapi 0,05 hal ini berarti bahwa
ada hubungan signifikan antara postur kerja duduk dengan Upper Extremity Symptoms pada tenaga kerja di Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta.
commit to user
BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Gambaran Umum Perusahaan
PT. Iskandartex merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah grey yang kemudian
meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau lebih dikenal dengan sebutan batik printing.
Proses produksi di PT. Iskandartex mengandung berbagai potensi bahaya, diantaranya yaitu :
1. Pembuatan Benang Lusi a. Pada saat proses penggulungan benang di LOOM warping untuk
pengkanjian tenaga kerja terpapar panas dari uap mesin. b. Pada saat penggulunga pekerja terpapar kebisingan.
2. Penyisiran Benang Cucuk a. Pada proses penyisiran benang atau cucuk banyak tenaga kerja yang
mengeluh sakit pada bagian bahu sebanyak 78,1, punggung sebanyak 75 dan pinggang sebanyak 62,5 karena postur dan kursi kerja yang
tidak ergonomis. b. Tenaga kerja terpapar panas yang diakibatkan oleh paparan dari ruangan
bagian pengkanjian benang, karena tidak adanya pintu penghalang antara dua ruangan tersebut.
commit to user 3. Pembuatan Benang Pakan Winding
a. Tenaga kerja banyak yang mengeluhkan kelelahan karena diberlakukannya rotasi kerja di bagian winding.
b. Ruang winding yang dekat dengan ruang proses penenunan benang mengakibatkan tenaga kerja terpapar kebisingan.
c. Tenaga kerja terpapar panas dari ruangan yang tidak dilengkapi dengan ventilasi yang memadai.
d. Tenaga kerja terpapar debu dari benang yang beterbangan. c. Proses penenunan
a. Tenaga kerja merasakan kelelahan karena diberlakukannya rotasi kerja di bagian tersebut.
b. Tenaga kerja terpapar kebisingan dari mesin tenun. c. Tenaga kerja terpapar debu dari benang yang beterbangan.
d. Tenaga kerja terpapar panas karena ruangan dilengkapi dengan fasilitas yang kurang memadai.
d. Proses finishing a. Tenaga kerja terpapar debu kapas.
b. Tenaga kerja terpapar panas
commit to user
B.
Analisis Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur Menurut Bridger 2003, sejalan dengan meningkatnya usia akan
terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan
jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.
Pendek kata, semakin tua seseorang semakin tinggi resiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya
keluhan otot. Chaffin 1979 dan Gue et al 1995 menyatakan bahwa pada umurnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25 - 65
tahun. Menurut Rihimaki et. al 1989 menjelaskan umur mempunyai hubungan sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan
beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot. Granjean 1993, menyebabkan umur 50 - 60 tahun
kekuatan otot menurun sebesar 25, kemampuan sensoris motoris menurun sebanyak 60.
Berdasarkan hasil penelitian subjek penelitian yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini berumur antara 34 - 58 tahun, dengan
rerata X ± SD adalah 43,16 tahun ± 6,15 dan berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment diketahui bahwa nilai
commit to user signifikansi = 0,685, sehingga signifikansi 0,05. Hal ini berarti tidak ada
hubungan antara umur dengan Upper Extremity Symptoms. Menurut Kusrini 2005 dalam penelitian Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal Petugas Cleaning Service Rumah Sakit X Kota Semarang, hasil penelitian menyebutkan P 0,05 yang
berarti tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan muskuloskeletal pada petugas cleaning service.
2. Kursi Kerja Analisa ukuran kursi kerja dengan Anthropometri tenaga kerja :
a. Tinggi Kursi Tinggi tempat duduk harus sesuai dengan tinggi popliteal. Dari
hasil pengukuran antara tinggi kursi dengan tinggi popliteal didapatkan rerata
X ± SD tinggi kursi adalah 43,53 cm ± 1,8 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 40,56 cm, 43,53 cm dan 46,50 cm. Berdasarkan hasil disimpulkan
bahwa tinggi kursi lebih tinggi dari tinggi popliteal 43,53 41,44 sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi kursi yang digunakan oleh pekerja di bagian
cucuk di PT. Iskandartex Surakarta tidak ergonomis. b. Panjang Kursi
Panjang kursi harus sesuai dengan panjang buttock-popliteal. Dari hasil pengukuran antara panjang kursi dengan panjang buttock-
popliteal adalah didapatkan rerata X ± SD panjang kursi adalah 27,76
commit to user cm ± 1,09 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 25,97 cm, 27,76 cm dan
29,55 cm. Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa panjang kursi lebih
rendah dari panjang buttock-popliteal 27,76 39,12 sehingga dapat dikatakan bahwa panjang kursi yang digunakan oleh pekerja di bagian
cucuk di PT. Iskandartex Surakarta tidak ergonomis. c. Lebar Kursi
Lebar kursi harus sesuai dengan lebar pinggul. Dari hasil pengukuran antara lebar kursi dengan lebar pinggul adalah didapatkan
rerata X ± SD lebar kursi adalah 22,56 cm ± 1,08 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 25,97 cm, 27,76 cm dan 29,55 cm. Berdasarkan hasil
disimpulkan bahwa lebar kursi lebih rendah dari lebar pinggul 22,56 39,64 sehingga dapat dikatakan bahwa panjang kursi yang digunakan
oleh pekerja di bagian cucuk di PT. Iskandartex Surakarta tidak ergonomis.
3. Lama Kerja Dalam penelitian ini menggunakan lama kerja 8 jam 7 jam
NHUMDGDQMDPLVWLUDKDWNDUHQD6XPD¶PXUPHQJDWDNDQODPDQ\D seorang bekerja sehari pada umumnya 6 - 8 jam. Semakin panjang waktu
kerja maka semakin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja dari
delapan seperempat jam ke delapan jam disertai meningkatnya efesiensi kerja dengan kenaikan produktivitas 3 sampai 10. Dalam penelitian ini
commit to user lama kerja antara kelompok subjek penelitian sebelum dan sesudah
perbaikan adalah sama yaitu 8 jam 7 jam kerja dan 1 jam istirahat. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji korelasi
Pearson Product Moment diketahui bahwa nilai signifikansi = 25 sehingga signifikansi 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara
lama kerja dengan Upper Extremity Symptoms. Menurut Ifadah 2010 dalam penelitian Faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Operator Komputer Studi Pada Karyawan PT. Telkom Indonesia Tbk. Dcs V Jawa Timur
Gedung Opmc Ketintang, hasil penelitian menyebutkan bahwa P 0,05, berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja
terhadap munculnya keluhan muskuloskeletal.
C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja