113 GGRM Gudang Garam Tbk
S79
114 HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
S80 115
RMBA Bentoel International Investama Tbk
S81
116 DVLA
Darya Varia Laboratoria Tbk
- -
117 INAF
Indofarma Tbk
S82 118
KAEF Kimia Farma Tbk
S83
119 KLBF
Kalbe Farma Tbk
S84 120
MERK Merck Tbk
S85
121 PYFA
Pyridam Farma Tbk
- -
122 SCPI
Schering Plough Indonesia Tbk
S86 123
SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia
Tbk
- -
124 TSPC
Tempo Scan Pasific Tbk
S87 125
MBTO Martina Berto Tbk
S88
126 MRAT
Mustika Ratu Tbk
S89 127
TCID Mandom Indonesia Tbk
S90
128 UNVR
Unilever Indonesia Tbk
S91 129
KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
S92
130 KICI
Kedaung Indag Can Tbk
S93 131
LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk
-
- 3.7 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan manufaktur tahun
2012. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data-data tersebut diperoleh dari
situs BEI yaitu www.idx.co.id
.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal
Universitas Sumatera Utara
maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Sedangan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber-
sumber data dokumenter seperti laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian.
3.9 Metode Analisis
Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan analisis kuantitatif dan menggunakan software SPSS 18,0. Analisis kuantitatif disebut
pula analisis statistik Sopiah, 2010:199. Prosesnya dapat dibagi menjadi tiga tahap yang satu sama yang lain berkaitan erat. Tahap pertama adalah tahap
pendahuluan yang disebut tahap pengolahan data. Tahap berikutnya adalah tahap utama, yaitu yang disebut dengan tahap pengorganisasian data. Adapun tahap
yang terakhir adalah tahap penentuan hasil. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan
pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
3.9.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang diteliti terbebas dari gangguan mulitikolinearitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan
normalitas.
3.9.1.1 Uji Normalitas
Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
Universitas Sumatera Utara
variabel penggangu atau residu memiliki distribusi normal Erlina, 2008:102. Jika data normal maka statistik parametik yang akan digunakan, dan jika data
tidak normal maka statistik non-parametik atau melakukan treatment agar data menjadi normal.
Model regresi yang baik memiliki data distribusi yang normal atau mendekati normal. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah model regresi terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. a. Analisis Grafik
Untuk melakukan pengujian normalitas dengan analisis grafik dapat dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya, dan sebaliknya jika pola distribusi tidak normal dan terlihat titik- titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya jauh dari garis
diagonal, hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi normalitas.
b. Analisis Statistik Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah uji statistik
non parametic one Kolmogorov Smirnov. Jika angka probabilitas �= 0,05 maka
variabel tidak terdistrubusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas �
= 0,05 maka variabel terdistribusi secara normal.
Universitas Sumatera Utara
3.9.1.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya Erlina, 2008:105. Pengujian
ini bermaksud untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen, model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat dideteksi dengan,
Ghozali dalam Erlina, 2008:105
:
a. Nilai deskriminasi yang sangat tinggi dan diakui dengan nilai F test yang sangat tinggi, serta tidak atau hanya sedikit nilai t test yang signifikan.
b. Meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variable dependent dengan menggunakan Variance Inflating Factor VIF dan
Tolerance Value. Batas VIF adalah 10 dan Tolerance Value adalah 0.10 jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0.10
maka terjadi multikolinearitas dan harus dikelompokkan dari model. Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu:
a. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkolerasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang
dikeluarkan dari model regresi. b. Menggunakan metode lanjut seperti regresi Bayesian atau regresi
Ridge.
3.9.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Universitas Sumatera Utara
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas Erlina, 2008 : 106. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model
dapat dilihat dari gambar scatterplot model tersebut Nugroho, 2005:62. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak
terdapat heteroskedastisitas jika: a. Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali. d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3.9.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 atau sebelumnya Erlina, 2008:106. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu times series
Universitas Sumatera Utara
karena ”ganguan” pada seorang individukelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada individu kelompok yang sama pada periode berikutnya.
Pada data crossection silang waktu, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena ”gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu.
Kelompok yang berbeda berasal dari invidu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi di antaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku stastistik relevan. Menurut Sunyoto
2009:91, Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1 angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif, 2 angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3 angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif 3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda
multiple regression analysis. Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen tingkat risiko perusahaan, ukuran
perusahaan, dan jenis industri terhadap variabel dependen pengungkapan risiko perusahaan. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis
yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah: MLABA
= α + β
1
KM + β
2
BOC + β
3
AC + e Keterangan :
Universitas Sumatera Utara
MLABA = manajemen laba α
= konstanta β
1,2,3,4,5
= koefisien variabel KM = kepemilikan saham oleh manajer
BOC = proporsi komisaris independen dari total anggota dewan komisaris AC = persentase anggota komite audit dari luar terhadap seluruh anggota
komite audit KAP = ukuran kantor akuntan publik
e = residual of error
3.9.3 Uji Hipotesis 3.9.3.1 Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien Determinasi R
2
digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien determinasi R
2
adalah antara nol dan satu. Nilai R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Jika koefisien
determinasi sama dengan nol, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika besarnya koefisien determinasi mendekati angka
1, maka variabel independen berpengaruh sempurna terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan model ini, maka kesalahan penganggu diusahakan
minimum sehingga R
2
mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan lebih mendekati keadaan yang sebenarnya.
` 3.9.3.2 Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F
Universitas Sumatera Utara
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika
nilai sig.F 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F 0,05
artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai F
hitung
dan nilai F
tabel.
Dimana jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5 artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
3.9.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Dengan menggunakan tingkat sign ifikan α 5, jika nilai sig. 0,05 artinya
tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas terhadap variabel terikat. Nilai t
hitung
juga dapat dibandingkan dengan nilai t
tabel
. Dimana jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Data dalam penelitian ini mengunakan data sekunder yang diperoleh dari situs
www.idx.co.id dengan mendownload laporan keuangan sampel perusahaan
manufaktur
tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif pada tahun
2012. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan, terdapat sejumlah 93 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dan diamati pada periode 2012.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan model persamaan regresi berganda yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari beberapa variabel bebas atau independen terhadap variabel tidak bebas atau dependen. Analisis data
dimulai dengan mengolah data menggunakan Microsoft Excel dan juga software SPSS, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis
yang dilakukan dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
Universitas Sumatera Utara
terkumpul Sugiyono, 2004: 142. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean, dan nilai
standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel dependen.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation KM
93 .00
.81 .0569
.15341 BOC
93 .20
1.00 .3967
.11925 AC
93 .43
.86 .6586
.05961 KAP
93 .00
1.00 .4624
.50128 MLABA
93 -1.16
.56 .0472
.23705 Valid N listwise
93
Sumber : Hasil Olahan SPSS 17.0, 2013 Tabel 4.1 dapat menampilkan beberapa hal yang dijelaskan di bawah ini.
a. Variabel kepemilikan manajerial KM memiliki nilai minimun 0.00 dan nilai maksimum 0,81 dengan rata-rata sebesar 0,0569 dan standar deviasi 0,15341
dengan jumlah pengamatan sebanyak 93 perusahaan. b. Variabel board of commissioner BOC atau komposisi anggota dewan
komisaris memiliki nilai minimun 0,20 dan nilai maksimum 1,00 dengan rata- rata sebesar 0,3967 dan standar deviasi 0,11925 dengan jumlah pengamatan
sebanyak 93 perusahaan. c. Variabel audit commite AC atau komite audit memiliki nilai minimun 0.43
dan nilai maksimum 0,86 dengan rata-rata sebesar 0,6586 dan standar deviasi 0,05961 dengan jumlah pengamatan sebanyak 93 perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
d. Variabel ukuran kantor akuntan publik KAP memiliki nilai minimun 0.00 dan nilai maksimum 1,00 dengan rata-rata sebesar 0,4624 dan standar deviasi
0,50128 dengan jumlah pengamatan sebanyak 93 perusahaan. e. Variabel manajemen laba MLABA memiliki nilai minimun -1,16 dan nilai
maksimum 0,56 dengan rata-rata sebesar 0,0472 dan standar deviasi 0,23705 dengan jumlah pengamatan sebanyak 93 perusahaan.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk melakukan pengujian normalitas dengan
analisis grafik dapat dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi
data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya, dan sebaliknya jika pola distribusi tidak normal dan
terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya jauh dari garis diagonal, hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi
normalitas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Histogram Dependen Manajemen laba PLABA
Sumber: hasil olahan spss 17.0, 2013 Gambar 4.1 menunjukkan kurva histogram yang memiliki kemiringan
seimbang kekiri dan kekanan, atau tidak condong ke kiri maupun ke kanan, melainkan ke tengah dengan bentuk seperti lonceng. Hal ini memenuhi salah satu
syarat uji normalitas data bahwa data berdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Normal P-Plot of Regresion Standarized Residual
Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013
Gambar 4.2 merupakan kurva P-Plot yang menunjukkan penyebaran titik-titik data di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini
berarti data pada variabel yang digunakan, yaitu variabel Manajemen laba berdistribusi normal.
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini juga menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S. Jika angka probabilitas
Universitas Sumatera Utara
�= 0,05 maka variabel tidak terdistrubusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas
� = 0,05 maka variabel terdistribusi secara normal.
Tabel 4.2 Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 93
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .23228419
Most Extreme Differences Absolute
.137 Positive
.125 Negative
-.137 Kolmogorov-Smirnov Z
1.318 Asymp. Sig. 2-tailed
.062 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013 Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai
Kolomogorov-Smirnov adalah 1,318 dan signifikan pada 0,062. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, hal ini berarti data residual berdistribusi normal. Setelah
data berdistribusi normal dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya Erlina, 2008:105. Pengujian
ini bermaksud untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen, model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
Universitas Sumatera Utara
terdapat problem multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat dideteksi dengan,
Ghozali dalam Erlina, 2008:105
:
a. Nilai deskriminasi yang sangat tinggi dan diakui dengan nilai F test yang sangat tinggi, serta tidak atau hanya sedikit nilai t test yang signifikan.
b. Meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variable dependent dengan menggunakan Variance Inflating Factor VIF dan
Tolerance Value. Batas VIF adalah 10 dan Tolerance Value adalah 0.1 jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai Tolerance Value lebih kecil dari 0.10
maka terjadi multikolinearitas dan harus dikelompokkan dari model.
Tabel 4.3 Hasil Uji Mulkolinearitas
Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013 Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel
independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 yaitu 0,903; 0,990; 0,901; 0,988 yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Hasil
perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant -.165
.306 -.539
.592 KM
.277 .170
.179 1.631
.107 .903
1.108 BOC
.014 .209
.007 .067
.947 .990
1.010 AC
.322 .438
.081 .735
.464 .901
1.110 KAP
-.045 .050
-.095 -.906
.368 .988
1.013 a. Dependent Variable: MLABA
Universitas Sumatera Utara
memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu 1,108; 1,010; 1,110; 1,013. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen.
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan yang lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas Erlina, 2008 : 106. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model
dapat dilihat dari gambar scatterplot model tersebut Nugroho, 2005:62. Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak
terdapat heteroskedastisitas jika: a. Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja. c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar
kemudian menyempit dan melebar kembali. d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas
Grafik Scatter Plot
Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 atau sebelumnya Erlina, 2008:106. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi di antaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku
stastistik relevan. Menurut Sunyoto 2009:91, Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1 angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi positif, 2 angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3 angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .199
a
.040 -.004
.23750 1.563
a. Predictors: Constant, KAP, KM, BOC, AC b. Dependent Variable: MLABA
Sumber: Hasil olahan spss 17.0, 2013 Berdasarkan tabel 4.4 di atas terlihat bahwa nilai D-W sebesar 1,563.
Angka ini terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif dalam
penelitian ini.
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh variabel independen secara simultan maupun parsial. Hasil
analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -.165
.306 -.539
.592 KM
.277 .170
.179 1.631
.107 BOC
.014 .209
.007 .067
.947 AC
.322 .438
.081 .735
.464 KAP
-.045 .050
-.095 -.906
.368 a. Dependent Variable: MLABA
Sumber: Hasil olahan SPSS 17.00, 2013 Pengolahan data tersebut menghasilkan suatu persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
MLABA = -0,165 + 0,277KM + 0,014BOC + 0,322AC -0,045KAP
+ e
Interpretasi:
a. Konstanta sebesar –0,165 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel
bebas kepemilikan manajerial, komposisi anggota dewan komisaris, komite audit dan ukuran kantor akuntan publik maka tingkat manajemen
laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar -0,165. b. Koefisien regresi KM sebesar 0,277 menunjukkan bahwa apabila setiap
kenaikan kepemilikan manajerial sebesar 1, dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan manajemen laba
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar 0,277. c. Koefisien regresi BOC sebesar 0,014 menunjukkan bahwa apabila setiap
kenaikan kompisisi anggota dewan komisaris sebesar 1, dengan asumsi
Universitas Sumatera Utara
variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan manajemen laba perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar
0,014. d. Koefisien regresi AC sebesar 0,322 menunjukkan bahwa apabila setiap
kenaikan komite audit sebesar 1, dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan manajemen laba perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar 0,322. e. Koefisien regresi KAP sebesar -0,045 menunjukkan bahwa apabila setiap
kenaikan ukuran kantor akuntan publik sebesar 1, dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan manajemen laba
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia sebesar -0,045.
4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1 Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Berikut adalah hasil
penghitungan koefisien determinasi hipotesis:
Tabel 4.6 Keofisien Determinasi R
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.199
a
.040 -.004
.23750 a. Predictors: Constant, KAP, KM, BOC, AC
b. Dependent Variable: MLABA
Sumber: Hasil olahan SPSS 17.00, 2013
Universitas Sumatera Utara
Pada table 4.6 di atas, dapat dilihat hasil analisis regresi secara keseluruhan, dimana nilai R sebesar 0,199 yang menunjukkan bahwa korelasi
atau hubungan antara manajemen laba variabel dependen dengan kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komite audit dan ukuran KAP variabel
independen mempunyai tingkat hubungan yang sangat rendah yaitu sebesar 19,9.
R Square sebesar 0,040 berarti 4 manajemen laba mampu diprediksikan oleh kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komite audit dan
ukuran KAP sisanya 96 oleh variabel lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Nilai Adjusted R Square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0,04 berarti 0,4. Angka ini mengidentifikasikan bahwa manajemen laba mampu
diprediksikan oleh kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komite audit dan ukuran KAP sisanya 99,6 oleh variabel lainnya yang tidak diteliti
pada penelitian ini. Ada dua pilihan disini, apakah memakai R Square atau Adjusted R
Square. Jika variabel lebih dari dua maka yang digunakan adalah Adjusted R Square. Kemudian standard error of the estimate adalah 0,23750 dimana
semakin kecil angka ini akan membuat model regresi semakin tepat terhadap manajemen laba.
4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan
Universitas Sumatera Utara
terhadap variabel terikat. Dengan menggunakan tingkat signifikan α 5, jika
nilai sig.F 0,05 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F 0,05
artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai F
hitung
dan nilai F
tabel.
Dimana jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5 artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika jika F
hitung
F
tabel
pada α = 5 artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Tabel 4.7 Uji Signifikansi Simultan Uji-F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
.206 4
.051 .912
.461
a
Residual 4.964
88 .056
Total 5.170
92 a. Predictors: Constant, KAP, KM, BOC, AC
b. Dependent Variable: MLABA
Sumber: Hasil olahan SPSS 17.00, 2013 Berdasarkan hasil SPSS diperoleh nilai sig 0.461 lebih besar dari 0.05
artinya secara bersamaan variabel-variabel bebas yaitu kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komite audit dan ukuran KAP tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur. Hasil pengujian menurut tabel adalah sebagai berikut:
n = jumlah sampel = 93
Universitas Sumatera Utara
k = jumlah seluruh variabel = 5 df
1
= derajat pembilang = k-1 = 4 df
2
= derajat penyebut = n-k = 88 Pada tingkat signifikansi α= 0.05 diperoleh F
tabel
4,88 = 2.475 Maka F
hitung
F
tabel =
1,585 2,477, artinya secara serempak variabel-variabel bebas yaitu kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komite audit
dan ukuran KAP tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur.
4.2.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji Statistik t
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Dengan menggunakan tingkat sign ifikan α 5, jika nilai sig. 0,05 artinya
tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. 0,05 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel
bebas terhadap variabel terikat. Nilai t
hitung
juga dapat dibandingkan dengan nilai t
tabel
. Dimana jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5 artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika t
hitung
t
tabel
pada α = 5 artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Uji Signifikansi Parsial Uji-t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -.165
.306 -.539
.592 KM
.277 .170
.179 1.631
.107 BOC
.014 .209
.007 .067
.947 AC
.322 .438
.081 .735
.464 KAP
-.045 .050
-.095 -.906
.368 a. Dependent Variable: MLABA
Sumber: Hasil olahan SPSS 17.00, 2013 Dari hasil pengujian statistik t pada tabel 4.8 dapat dilihat hasil uji
signifikansi parsial masing-masing variabel sebagai berikut: 1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Nilai t
hitung
untuk variabel KM adalah sebesar 1,631 dan t
tabel
untuk df = n-k 93-5
dan α = 5 diketahui sebesar 1.662. Dengan demikian nilai t
hitung
t
tabel
1,631 1,662 dan nilai signifikansi sebesar 0,107 lebih besar dari 0,05 artinya secara parsial kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95.
2 Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba Nilai t
hitung
untuk variabel BOC adalah sebesar 0,067 dan t
tabel
untuk df = n-k 93-4
dan α = 5 diketahui sebesar 1.662. Dengan demikian nilai t
hitung
t
tabel
0,067 1,662 dan nilai signifikansi sebesar 0,947 lebih besar dari 0,05 artinya secara parsial komposisi dewan komisaris tidak mempunyai pengaruh
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95.
3 Pengaruh Komite Audit terhadap Manajemen Laba Nilai t
hitung
untuk variabel AC adalah sebesar 0,735 dan t
tabel
untuk df = n-k 93-4
dan α = 5 diketahui sebesar 1.662. Dengan demikian nilai t
hitung
t
tabel
0,635 1,662 dan nilai signifikansi sebesar 0,464 lebih besar dari 0,05 artinya secara parsial komite audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95.
4 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Manajemen Laba Nilai t
hitung
untuk variabel KAP adalah sebesar -0,906 dan t
tabel
untuk df = n-k 93-4
dan α = 5 diketahui sebesar 1.662. Dengan demikian nilai t
hitung
t
tabel
-0,906 1,662 dan nilai signifikansi sebesar 0,368 lebih besar dari 0,05 artinya secara parsial ukuran KAP tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur pada tingkat kepercayaan 95.
4.3 Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam bentuk statistik maka perlu dilakukan penelaahan yang lebih mendalam guna memperoleh
gambaran yang lebih komprehensif terhadap penelitian ini. Analisis regresi berganda dengan menggunakan uji F dan tingkat signifikansi α = 5
menunjukkan veriabel bebas kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komite audit dan ukuran KAP secara simultan tidak berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dimana F
hitung
F
tabel =
1,585 2,477 dan signifikansi penelitian lebih besar dari 0,05 0,461 0,05. Hasil ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Trijalmalia 2011. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsapiti 2010.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan manajerial X
1
tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dilihat
pada tabel 4.8 dimana hasil uji statistik tersebut dapat menyimpulkan nilai t
hitung
t
tabel
1,631 1,662 dan nilai signifikansi sebesar 1,107 lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini mendukung penelitan yang dilakukan oleh Ningsapiti 2010.
Pada variabel komposisi dewan komisaris X
2
diperoleh hasil bahwa secara parsial variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dilihat pada tabel 4.8 dimana hasil uji statistik tersebut menunjukkan nilai t
hitung
t
tabel
0,067 1,662 dan nilai signifikansi penelitian ini menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 0,947 0,05. Hasil penelitian ini tidak sepenuhnya mendukung
penelitian Trijalmalia 2011 karena dalam penelitiannya disimpulkan bahwa komposisi dewan komisari berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap
manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada variabel komite audit X
3
diperoleh hasil bahwa secara parsial variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dilihat pada tabel 4.8
Universitas Sumatera Utara
dimana hasil uji statistik tersebut dapat menunjukkan nilai t
hitung
t
tabel
0,735 1,662, signifikansi penelitian ini juga menunjukkan angka lebih besar dari 0,05
0,464 0,05. Hasil penelitian ini mendukung penelitan yang dilakukan oleh Ningsapiti 2010
Pada variabel ukuran kantor akuntan publik X
4
diperoleh hasil bahwa secara parsial variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dilihat pada tabel 4.8 dimana hasil uji statistik tersebut dapat menyimpulkan t
hitung
t
tabel
-0,906 1,662, signifikansi penelitian ini juga menunjukkan angka lebih besar dari 0,05 0,368 0,05. Hasil penelitian ini mendukung penelitan yang
dilakukan oleh Handayani 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan