Indonesia merupakan negara yang
berada dalam kluster negara-negara dengan perlindungan investor yang lemah, sehingga mempunyai praktik manajemen
laba yang tinggi Leuz et al, 2003. Hal itu menunjukkan bahwa Negara Indonesia membutuhkan penelitian tentang manajemen laba yang dapat mengurangi praktek
yang terjadi di perusahaan. Sementara
setiap penelitian tentang manajemen laba yang telah dilakukan memberikan hasil yang berbeda-beda, sehingga
membuktikan bahwa penelitian tentang manajemen laba harus tetap dilakukan agar lebih up date. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang manajemen laba dalam hal ini dikaitkan dengan penerapan mekanisme good corporate governance sebagai salah satu mekanisme yang dapat
digunakan untuk mengurangi pengelolaan manajemen laba oleh pihak manajemen.
Atas uraian latar belakang tersebut maka penulis mengangkat masalah manajemen laba untuk menjadi masalah yang akan diteliti pada penelitian ini
sehingga judul yang diangkat adalah : “ Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba :
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia BEI Pada Tahun 2012”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:
Apakah penerapan mekanisme good corporate governance kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris, komposisi komite audit dan kualias
Universitas Sumatera Utara
audit dilihat dari ukuran KAP secara parsial dan secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian perlu ditetapkan sebelum melakukan penelitian agar penelitian tersebut dapat memiliki satu fokus yang tepat yang dapat digunakan
sebagai dasar meneliti agar penelitian terarah. Sehingga berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk
menyelidiki praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menyelidiki
pengaruh penerapan mekanisme good corporate governance terhadap praktik manajemen laba.
1.3.2 Manfaaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sehubungan dengan corporate governance, manajemen laba dan juga sebagai penerapan
ilmu yang telah didapatkan selama kuliah. 2. Bagi pembaca, dengan adanya penelitian ini diharapkan pembaca
dapat memberikan wawasan dan mengerti tentang praktik manajemen laba yang terjadi di perusahaan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada literatur-literatur terdahulu mengenai praktik manajemen laba di
negara berkembang khususnya Indonesia. 4. Bagi penelitian selanjutnya,
dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi acuan penelitian terutama penelitian yang berkaitan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Perspektif agency theory merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance. Menurut Jensen dan Meckling 1976 agency
theory adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemilik principal. Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan
mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada manajer. Perencanaan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajer dan pemilik dalam
hal konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari agency theory. Namun untuk menciptakan kontrak yang tepat merupakan hal yang sulit diwujudkan.
Oleh karena itu, investor diwajibkan untuk memberi hak pengendalian residual kepada manajer residual control right yakni hak untuk membuat keputusan
dalam kondisi-kondisi tertentu yang sebelumnya belum terlihat di kontrak. Agency theory adalah teori yang bertujuan untuk mengatasi dua masalah
yang bias terjadi dalam hubungan keagenan. Masalah pertama yaitu masalah keagenan yang muncul ketika keinginan atau target oleh pemilik perusahaan dan
manajer berlawanan dan sulit bagi pemilik untuk melakukan verifikasi atas apa yang telah dilakukan oleh manajer. pemilik tidak bisa mengetahui pasti apakah
manajer telah bertindak benar. Masalah keagenan yang kedua yaitu masalah pembagian resiko yang muncul ketika pemilik dan manajer memiliki perbedaan
pendapat dan tindakan atas resiko yang terjadi Eisenhardt, 1989.
Universitas Sumatera Utara
Asumsi sifat dasar manusia tersebut menunjukkan bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemilik dipicu adanya sifat dasar
tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Dengan perilaku opportunictis dari manajer, manajer bertindak dengan berbagai cara untuk mencapai kepentingan mereka sendiri yang sering merugikan
perusahaan. Sementara pihak pemilik selalu ingin mensejahterakan dirinya dengan mengadakan berbagai kontrak sehingga keuntungan selalu meningkat.
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu ringkasan dari suatu proses pencatatan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku
bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh pemilik
perusahaan serta sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.1 2007:
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan modal yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya arus kas atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Laporan keuangan keuangan dirancang untuk menyediakan informasi
pada empat aktivitas usaha utama yaitu kegiatan perencanaan, keuangan,
Universitas Sumatera Utara
investasi, dan operasi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan. Menurut Kieso dan WeyGandt 2007 laporan keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri dari:
1. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi
keuangan perusahaan pada saat tanggal tertentu. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan mengenai aktiva, kewajiban, dan modal
perusahaan. Neraca disajikan berdasarkan likuiditas dan fleksibilitas finansial perusahaan, yang dapat dipakai sebagai dasar untuk membuat perkiraan terhadap
keadaan-keadaan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban tepat waktu yang
telah ditetapkan. Sedangkan fleksibilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana.
2. Laporan LabaRugi Laporan LabaRugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan hasil usaha perusahaan dalam periode waktu tertentu. Laporan laba rugi menyediakan informasi mengenai penentuan profitabilitas, nilai investasi,
dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman yang diperlukan investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah,
penetapan waktu dan kepastian dari arus kas masa depan.
Universitas Sumatera Utara
3. Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah laporan yang dapat memberikan informasi tentang
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas selama satu periode tertentu. Laporan arus kas menyajikan sacara sistematis informasi tentang
penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
4. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada suatu periode akuntansi tertentu.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan yang penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut SFAC No.2 informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi karakteristik kualitas sebagai berikut:
1. Relevan Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila informasi tersebut
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi keputusan manajer atau pemakai laporan keuangan lainnya. Informasi akuntansi yang relevan akan bermanfaat
bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya, apabila 1 informasi tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa sekarang dan masa
mendatang predictive value, 2 menegaskan atau memperbaiki harapan yang dibuat sebelumnya feedback value, dan 3 informasi harus tersedia tepat waktu
Universitas Sumatera Utara
dan bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan atau kemampuan untuk mempengaruhi keputusan yang diambil timeliness.
2. Keandalan Informasi dapat dikatakan andal apabila informasi tersebut 1 dapat
menggambarkan secara wajar keadaan atau peristiwa sesuai dengan kondisi yang sebenarnya representatif faithfulness, 2 informasi harus dapat diuji
kebenarannya dengan metode pengujian yang sama tetapi oleh orang yang berbeda verifiable, dan 3 informasi bebas dari unsur bias neutrality.
3. Daya banding dan Konsistensi Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya
pada periode yang sama. Konsistensi menunjukkan pemakaian metode yang sama oleh perusahaan sepanjang periode.
4. Pertimbangan Cost-Benefit Informasi akuntansi keuangan akan diupayakan untuk disajikan dalam
laporan keuangan, selama manfaat yang diperoleh dari penyajian informasi tersebut melebihi biaya yang diperlukan untuk menghasilkannya. Oleh karena itu,
sebelum menyajikan informasi, manfaat yang akan diperoleh dari informasi tersebut harus dibandingkan dengan biaya yang akan timbul.
5. Materialitas Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dalam mempengaruhi keputusan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan omission atau kesalahan dalam mencatat misstatement.
2.1.3 Laba
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya- biayanya dalam jangka waktu perioda tertentu. Menurut Statement of Financial
Accounting Concept SFAC No. 1, informasi laba memiliki manfaat dalam menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang
representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba dan menaksir risiko dalam investasi.
Laba mengandung makna bersih atau neto yaitu sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba menunjukkan keuntungan yang
diperoleh perusahaan dan tercantum dalam laporan laba rugi. Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari
suatu unit usaha untuk periode tertentu. Selisih antara pendapatam-pendapatan dan biaya-biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh
perusahaan Ningsapiti, 2010. Informasi keuangan yang tercantum dalam laporan laba rugi secara umum
bermanfaat untuk 1 menilai keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dan efisiensi manajemen, 2 membuat taksiran jumlah laba di masa yang akan
datang, 3 menilai rentabilitas atau profitabilitas modal yang ditanamkan oleh pemilik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Corporate Governance 2.1.4.1 Definisi dan Tujuan Corporate Governance
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI, 2001 menyatakan corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Pedoman Umum Good Governance Indonesia 2006 menyatakan bahwa good corporate governance GCG adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi
pasar yang berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan GCG
dapat mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan sangat
penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.
Definisi good corporate governance di atas menunjukkan bahwa good corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur hubungan antara
semua pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan dan menjadi sistem yang berkaitan erat dengan kepercayaan. Penerapan good corporate governance dalam
satu perusahaan bertujuan untuk meningkatkan tingkat pengendalian yang tersistem baik untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif serta menunjang
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Manfaat Corporate Governance
Manfaat corporate governance menurut Pedoman Umum Good Governance Indonesia 2006 adalah:
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi serta kewajaran dan kesetaraan. 2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.
3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya
dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan. 5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya. 6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.3 Prinsip-prinsip Corporate Governance
Organization for Economic Co-operation and Development OECD pada tahun 1999 telah menerbitkan dan mempublikasikan OECD Principles of
Corporate Governance. Prinsip-prinsip tersebut ditujukan untuk membantu para negara anggotanya maupun negara lain berkenaan dengan upaya-upaya untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kerangka kerja hukum, institusional, dan regulatori corporate governance dan memberikan pedoman dan saran-saran
untuk pasar modal, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki
peran dalam pengembangan good corporate governance.
Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Hak-hak para pemegang saham.
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu melindungi hak-hak para pemegang saham yaitu hak untuk 1 menjamin
keamanan metode pendaftaran kepemilikan 2 mengalihkan atau memindahkan saham yang dimilikinya 3 memperoleh informasi yang relevan tentang
perusahaan secara berkala dan teratur 4 ikut berperan dan memberikan suara dalam RUPS 5 memilih anggota dewan komisaris 6 memperoleh pembagian
keuntungan perusahaan 2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham.
Kerangka kerja corporate governance harus menjamin adanya kesetaraan perlakuan kepada seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas
dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perbaikan yang efektif atas penyimpangan dari hak-hak mereka.
Universitas Sumatera Utara
3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan. Kerangka kerja corporate governance harus mengakui hak-hak
stakeholders seperti yang ditentukan oleh hukum dan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dan stakeholders dalam penciptaan kesejahteraan,
pekerjaan-pekerjaan, dan kemampuan untuk mempertahankan perusahaan yang sehat secara finansial.
4. Transparansi dan Keterbukaan. Kerangka kerja corporate governance harus menyakinkan bahwa
pengungkapan yang tepat waktu dan akurat telah dilakukan atas seluruh hal-hal yang material berkenaan dengan perusahaan, termasuk situasi keuangan, kinerja,
kepemilikan, dan ketaatan perusahaan governance of company. 5. Peranan Dewan Komisaris.
Kerangka kerja corporate governance harus menyakinkan pedoman strategik perusahaan, pemonitoran yang efektif pada manajemen oleh dewan, dan
akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham.
2.1.4.4 Asas-asas Good Corporate Governance
Asas-asas dalam penerapan good corporate governance yang dikemukakan oleh Umum Good Governance Indonesia 2006 adalah:
1. Transparansi Transparency Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas Accountability Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan. 3. Responsibilitas Responsibility
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi Independency
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan Fairness
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.5 Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme corporate governance merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang
melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Menurut Iskander Chamlou 2000, mekanisme dalam pengawasan corporate governance dibagi
dalam dua kelompok yaitu internal dan external mechanisms. Internal mechanisms adalah cara untuk mengendalikan perusahaan
dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham RUPS, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan
pertemuan dengan board of director. Sedangkan external mechanisms adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal,
seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.
2.1.5 Manajemen Laba 2.1.5.1 Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit
yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan untuk jangka panjang.
Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu tindakan manajemen laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan
manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan.
Menurut Sugiri 1998 ada 2 definisi manajemen laba earnings management
Universitas Sumatera Utara
yaitu: 1. Definisi sempit.
Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan
sebagai perilaku manajemen untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.
2. Definisi luas. Earnings management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
mengurangi laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan penurunan profitabilitas
ekonomi jangka panjang unit tersebut. Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan perusahaan dilakukan oleh manajer dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi. Manajer malakukan tindakan
oportunis dalam penyusunan transaksi dengan pemilihan kebijakan akuntansi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan pemilik perusahaan
tentang kinerja ekonomi perusahaan dan untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang
dilaporkan.
2.1.5.2 Motivasi Terjadinya Manajemen Laba
Scoot 1999 mengemukakan ada beberapa motivasi yang membuat terjadinya manajemen laba, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Bonus Purpose Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan
bertindak secara opportunistic untuk mengatur laba bersih tersebut sehingga dapat memaksimalkan bonus mereka berdasarkan compensation plans
perusahaan. 2. Political Motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan
karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan aturan yang lebih kuat.
3. Taxation Motivation Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang
paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
4. Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikkan laba
untuk meningkatkan bonus mereka. Demikian juga dengan CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerja perusahaan, mereka akan memaksimalkan laba agar
tidak diberhentikan. 5. Initial Public Offering IPO
Perusahaan yang akan go public belum memilki harga pasar sehingga menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini menyebabkan manajer
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya.
6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada
investor sehingga laba perlu disajikan agar investor dapat menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.1.6 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan isu penting dalam teori keagenan sejak dipublikasikan oleh Jensen dan Meckling 1976 yang menyatakan bahwa
semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi kepentingan pemegang
saham yang juga adalah dirinya sendiri. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku
oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan
antara pemegang saham luar dengan manajemen Jansen dan Meckling, 1976. Sehingga permasalahan keagenen diasumsikan akan hilang apabila seorang
manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
2.1.7 Komposisi Anggota Dewan Komisaris
Komposisi anggota dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good
corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance diperlukan
Universitas Sumatera Utara
anggota dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan
pemegang saham pengendali mayoritas baik secara langsung maupun tidak langsung. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memberikan manfaat, hal
ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak amggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya.
2.1.8 Komite Audit.
Sesuai dengan Kep. 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan
perusahaan. Keberadaaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian
perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antar pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajeman dalam
menangani masalah pengendalian. Berdasarkan surat edaran BEJ, SE- 008BEJ12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga
orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris
tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen
harus berasal dari pihak eksternal yang independen. Dalam Kep-29PM2004, mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan
lainnya. b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan dibidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
c. Melakukan penelaaahan atas pelaksanaan pemeriksaaan oleh auditor internal.
d. Melaporkan kepada komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanan manajeman resiko oleh direksi.
e. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten.
f. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.
2.1.9 Kualitas Audit dari Ukuran Kantor Akuntan Publik
Ukuran KAP adalah besar kecilnya perusahaan audit. Dalam menyampaikan laporan keuangan yang akurat dan terpercaya, suatu perusahaan
tentunya membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik KAP . Selain itu untuk menjamin kredibilitas dari laporan keuangan tersebut, perusahaan juga akan
cenderung menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik KAP yang besar dan mempunyai nama baik. Kantor akuntan publik besar ini sering disebut dengan the
big four. BIG 4 untuk KAP besar dan Non BIG 4 untuk KAP kecil. Auditor yang termasuk BIG 4 memiliki kualitas audit yang lebih tinggi karena fokus pada
perlindungan reputasi nama. Selain itu, perusahaan yang menggunakan jasa KAP
Universitas Sumatera Utara
BIG 4 cenderung lebih dipercaya bila dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan jasa KAP Non BIG 4. Kategori KAP BIG 4 di Indonesia yaitu :
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Haryanto Sahari Rekan , KAP Tanudiredja, Wibisana Rekan.
2. KAP KPMG Klynveld Peat Marwick Goerdeler, yang bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja
3. KAP Ernets dan Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Hans Tuanokata Mustofa, Osman Bing Satrio Rekan.
Pada penelitian ini ukuran perusahaan audit menggunakan variable dummy, nilai 1 jika perusahaan diaudit oleh BIG 4 Auditor dan 0 jika lainnya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil pengujian dari para penelitian terdahulu dapat dilihat dari Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Penelitian Kesimpulan Penelitian
Restie Ningsapiti
2010 Analisis Pengaruh
Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme
Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba
Manajemen laba, Ukuran perusahaan,
konsentrasi kepemilikan,
komposisi dewan komisaris,
spesialisasi industri KAP dan komposisi
komite audit ukuran perusahaan,
konsentrasi kepemilikan dan spesialisasi industri
KAP berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba, komposisi dewan
komisaris dan komposisi komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
Universitas Sumatera Utara
Arya Pradipta
2011 Analisis Pengaruh
dari Mekanisme Corporate
Governance terhadap Manajemen Laba
Manajemen laba, Institutional investor,
kepemilikan manajerial, jumlah
dewan direksi, susunan komite audit,
debt to equity ratio DER
Institutional investor, presentase jumlah saham
manajer, susunan komite audit dan DER tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba,
jumlah dewan direksi berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba,
Henny Anggraini
Sipayung 2012
Pengaruh Kualitas Auditor Dan Ukuran
Komite Audit Terhadap Manajemen
Laba Manajemen Laba,
Auditor Spesialis Industri, KAP Big
Four, dan Ukuran Komite Audit.
auditor spesilais industri tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba, KAP big four tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap manajemen laba, ukuran
komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba
Popy Trijalmalia
2011 Analisis Pengaruh
Penerapan Mekanisme Good
Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba
Management laba, Kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris
independen, komite audit
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial
memberikan pengaruh negatif yang tidak
signifikan terhadap manajemen laba, proporsi
dewan komisaris independen memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap
manajemen laba, komite audit berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap manajemen laba
Tri Listiani Qomariyah
2008 Analisis Pengaruh
Ukuran Perusahaan dan Praktek
Coeporate Governance terhadap
Pengelolaan Laba Earning management,
ukuran perusahaan, ukuran KAP big four,
proporsi dewan komisaris
independen, komite audit
Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengelolaan laba, ukuran
KAP big four, proporsi dewan komisaris dan
komite audit tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengelolaan laba
Poppy Nurmayanti
Mudrika Alamsyah
Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Dan
Management laba, Kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial, proporsi kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, , proporsi dewan komisaris
independen dan komite audit tidak berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
H5
2012 Manajemen Laba
Sebagai Variabel Intervening
dewan komisaris independen, komite
audit terhadap manajemen laba,
2.3 Kerangka Konseptual Terjadinya banyak kasus manipulasi terhadap earnings yang sering
dilakukan oleh manajemen membuat perusahaan melakukan mekanisme pengawasan atau monitoring untuk meminimalkan praktik manajemen laba.
Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah penerapan good corporate governance.
Penerapan good corporate governance diduga mampu
mempengaruhi praktik manajemen laba. Oleh karena itu diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah mekanisme corporate governance berpengaruh
terhadap manajemen laba dan dapat meminimalisasi manajemen laba tersebut. Model dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konseptual pada
skema gambar di bawah ini:
Mekanisme GCG :
H3 H2
H1
Komposisi Komite Audit X3
Manajemen Laba Y
Komposisi Anggota Dewan Komisaris
X2 Kepemilikan Manajerial
X1
H4 Kualitas Audit
X4
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Penelitian