47
Banyaknya elemen estetis menyiratkan juga status sosial penggunanya. Contoh, bangunan utama diberi banyak sekali elemen estetis sedangkan bangunan penunjang yang dipergunakan untuk
karyawan tidak diberi hiasan sama sekali. Namun kamar mandi yang dipakai oleh penghuni rumah walaupun terpisah dari bangunan utama tetap diberi elemen estetis. Hal ini menandakan bahwa
banyaknya elemen estetis menandakan tingginya status ekonomi dan sosial pemilik rumah. Dominannya pengaruh arsitektur Belanda pada rumah ini disebabkan faktor sosial penghuninya
yang lebih dekat hubungan dengan masyarakat dan budaya Belanda dibandingkan masyarakat dan budaya Jawa. Kepala keluarga berpangkat mayor dan menjalankan usaha tembakau pedagang kelas
menengah tentu berinteraksi lebih banyak dengan orang-orang Belanda berpangkat tinggi serta koleganya yang berstatus sosial sama, dibandingkan dengan masyarakat Jawa yang lebih banyak
bergolongan ekonomi rendah. Pola pikir, pendidikan, dan gaya hidup penghuni lebih banyak mendapat pengaruh Belanda dibandingkan Jawa, ditambah lagi dengan kemampuan ekonominya yang cukup
tinggi sehingga mampu menjalankan gaya hidup kelas atas. Hal ini tentunya akan berbeda dengan yang terjadi di hunian masyarakat Cina golongan pedagang kecil.
4.2 Hunian Tipe Ruko di Pecinan Jl. Jenderal Sudirman
Bangunan ruko di Jl. Jenderal Sudirman masih memperlihatkan kekhasan budaya Cina Asia Tenggara. Dapat dilihat dari bentuk atap yang masih menggunakan elemen estetis khas Cina misalnya
ujung atap yang melengkung, serta blok massa ruko yang terdiri dari satu atau dua lantai yang berbentuk memanjang ke belakang. Sedangkan pengaruh budaya Belanda dapat dilihat dari
penggunaan material dan konstruksi modern menggunakan bata dan semen untuk dinding, serta bentuk pintu dan jendela. Ada juga beberapa bangunan yang tidak berbentuk ruko tapi rumah dengan
satu pintu yang diapit dua jendela di sebelahnya. Di ruko Jl. Jendral Sudirman tidak dijumpai adanya pengaruh budaya Jawa dan Melayu selain dari pengadaptasian iklim setempat terhadap bangunan,
misalnya pada jumlah bukaan, serta penggunaan bentuk atap dan genteng yang memiliki kesamaan dengan yang sering digunakan di Jawa tidak semua ruko menggunakan atap pelana, tapi ada juga
yang limas.
48
Minimnya elemen estetis dan olahan arsitektural pada ruko Jl. Jenderal Sudirman memperlihatkan perbedaan kepentingan dan kebutuhan pada masyarakat yang memiliki status sosial
dan ekonomi berbeda. Masyarakat kelas ekonomi menengah dan kecil cenderung lebih menekankan aspek fungsi daripada estetis. Interaksi yang terjadi di kawasan ini lebih kaya karena ruko lebih
bersifat terbuka dibanding rumah vila yang lebih tertutup. Aktivitas perdagangan ada yang skala menengah namun lebih banyak yang berskala kecil misalnya eceran sehingga masyarakat dari
golongan sosial, ekonomi, maupun etnis mana pun dapat datang ke tempat ini. Karena ruko tidak memiliki pagar, maka interaksi antara pedagang dan pembeli dapat terjadi di daerah arcadetrotoar
dekat jalan. Sedangkan di rumah vila interaksi terjadi di daerah teras depan atau ruang tamu yang jauh dari jalan raya.
Walaupun ada ciri khas arsitektur Cina yang cukup menonjol di ruko Jl. Jenderal Sudirman, namun karena interaksi antargolongan masyarakat terjadi di kawasan ini serta lebih ditekankannya
segi kepraktisan dibanding estetis, maka perpaduan budaya pada arsitektur dan desain interior bangunan ruko di Jl. Jenderal Sudirman tidak terlalu kentara secara estetis, yang ada secara fungsional
saja.
4.3 Hunian Tipe Ruko di Pecinan Belakang Pasar