Arsitektur dan Desain Interior Hunian Jawa

11

2.3 Arsitektur dan Desain Interior Hunian Jawa

Arsitektur dan desain interior hunian Jawa sarat dengan makna filosofis budaya Jawa. Hal ini terlihat dari pertimbangan seseorang ketika membangun hunian. Pengaruh budaya Jawa pada bangunan terlihat pada adanya pembagian ruangan baik secara horisontal maupun vertikal berdasarkan tiga bagian, yaitu kepala-badan-kaki. Kepala melambangkan fungsi ruang yang paling penting, privat, dan sakral. Badan melambangkan fungsi ruang yang semi privatsemi publik. Hal ini melambangkan adanya tiga dunia yaitu dunia atas, dunia bawah, dan dunia tengah dunia manusia. Material yang digunakan dalam konstruksi bangunan kebanyakan dari bambu dan kayu, sehingga tidak rapat dan berfungsi juga sebagai sirkulasi udara dan cahaya sehingga tidak membutuhkan terlalu banyak jendela. Dalam budaya Jawa, celah atau bukaan di dinding dianggap luka atau pelemahan antara dunia material dan dunia spiritual Frick 1997:65. Penggunaan material kayu harus dilakukan berdasarkan pertimbangan dan ritual tertentu Frick 1997:188. Kayu yang dianggap paling suci dan tidak terkena pantangan apapun adalah kayu jati. Bentuk rumah biasanya panggung dengan bentuk atap beragam tergantung status sosial penghuninya. Sedangkan material genteng untuk atap dahulu tidak digunakan karena dianggap pantangan jika manusia tinggal di bawah sesuatu yang berasal dari tanah. Dalam budaya Jawa, ukuran tubuh manusia menjadi acuan untuk ukuran alat-alat dan benda lainnya. Karena itu ukuran bangunan hunian pun disesuaikan dengan ukuran tubuh. Selain itu, bentukan atap rumah bagi masyarakat Jawa melambangkan status sosial. Rakyat biasa dapat menggunakan bentuk atap No. 1-8 dan 10 sedangkan bangsawan boleh menggunakan atap No. 6-12 dan bangunan keramat biasanya menggunakan atap No. 13-15 Frick 1997:132-133. 12 Gambar 2.3 Bentuk atap rumah Jawa Sumber: Heinz Frick. Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia. Ciri khas bangunan hunian di daerah tropis, termasuk di Jawa adalah adanya teras yang menjadi tempat penghuni berinteraksi dengan sesama penghuni maupun tetangga atau tamunya. Hal ini disebabkan adanya sistem kekerabatan yang sangat erat sehingga ruang yang bersifat publik sangat dibutuhkan. Konstruksi aslinya terbuat dari kayu dan memiliki peninggian lantai. Sedangkan pembagian ruangnya sederhana ruang tengah, ruang tidur, dapur dan fungsional. Gambar 2.4 Pembagian rumah Jawa Sumber: Heinz Frick. Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia. 13

2.4 Arsitektur dan Desain Interior Hunian Kampung Arab