Tinjauan Umum tentang Penyelidikan dan Penyidikan

commit to user derajatnya. Penelitian ini, disamping mendapatkan data yang lengkap dan menyeluruh mengenai perundang-undangan bidang tertentu, juga dapat mengungkapkan kelemahan-kelemahan yang ada pada perundang-undangan yang mengatur bidang-bidang tertentu. Dengan demikian peneliti dapat membuatrekomendasi agar perundnag- undangan tersebut dilakukan amandemen. Misalnya sinkronisasi antara Undanng-Undang dengan Peraturan Pemerintah atau antara Keputusan Presiden dengan Keputusan Presiden. Maksud dari kegiatan sinkronisasi adalah agar substansi yang diatur dalam produk perundang-undangan tidak tumpang tindih, saling melengkapi suplementer, saling terkait, dan semakin rendah jenis pengaturannya maka semakin detail dan operasional materi muatannya. Adapun tujuan dari kegiatan sinkronisasi adalah untuk mewujudkan landasan pengaturan suatu bidang tertentu yang dapat memberikan kepastian hukum yang memadai bagi penyelenggaraan bidang tersebut secara efisien dan efektif.

2. Tinjauan Umum tentang Penyelidikan dan Penyidikan

a Pengertian Penyelidikan dan Penyidikan Penyelidikan berasal dari kata ”selidik” yang berarti memeriksa dengan saksama atau mengawasi gerak-gerik musuh sehingga penyelidikan dapat diartikan sebagai pemeriksaan, penelitian, atau pengawasan Rusli Muhammad, 2007:52 Berdasar Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Sedangkan Penyidikan atau yang biasa disebut Pengusutan, dalam istilah asingnya disebut Opsporing adalah merupakan commit to user persiapan perlengkapan untuk melakukan suatu penuntutan verpolging dengan kata lain merupakan dasar untuk melaksanakan penuntutan. Karena itu tak dapat dilakukan penuntutan sebelum dilakukan penyidikan atau pengusutan. Perbuatan penyidik atau mengusut adalah merupakan usaha atau tindakan untuk mencari dan menemukan kebenaran tentang apakah betul terjadi suatu tindak pidana, siapa yang melakukan perbuatan itu, bagaimana sifat perbuatan itu, serta siapakah yang terlibat dalam perbuatan itu. Dan suatu penyidikan atau pengusutan diakhiri dengan suatu kesimpulan, bahwa atas perkara tersebut akan diadakan penuntutan atau tidak K. Wantjik Saleh, 1983:58. Perlu diketahui bahwa telah dilakukan penyidikan mungkin tidak akan dilakukan penuntutan, karena Badan Penuntut Umum dapat mempergunakan asas opportunitet yang tidak akan melakukan penuntutan dengan alasan kalau dilakukan penuntutan maka kerugian negara akan lebih besar. Berdasar Pasal 1 ayat 2 KUHAP menyebutkan bahwa: “Penyidikan ádalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti itu terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menentukan tersangkanya”. Sebelum dilakukan penyidikan, telah diketahui adanya tindak pidana, tetapi tindak pidana itu belum terang dan belum ditemukan siapa pembuatnya. Adanya tindak pidana yang belum terang itu diketahui dari pekerjaan penyelidikan. Karena menurut Pasal 1 ayat 5, pekerjaan penyelidikan itu dilakukan untuk mencari peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana, guna menentukan dapat tidaknya dilakukan penyidikan. Jadi, hasil penyelidikan adalah menemukan peristiwa yang diduga tindak pidana yang berarti tindak pidana yang disebut dalam Pasal 1 ayat 2 tadi masih dugaan saja, artinya belum terang. Walaupun belum terang commit to user karena masih berupa dugaan subjektif penyelidik, tetapi telah dapat ditentukan untuk dilakukan penyelidikan. Dasar untuk menarik dugaan adanya atau terjadinya tindak pidana yang belum terang tadi ialah adanya alat bukti permulaan, alat bukti permulaan itu dalam praktik disandarkan pada adanya laporan polisi, atau temuan penyelidik. Demikian kiranya isi pengertian dari penyidikan Adami Chazawi, 2005:381. b Pengertian Penyelidik dan Penyidik Menurut Pasal 1 ayat 4 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP penyelidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 5 KUHAP di atas, maka tugas pokok penyelidik adalah mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan Pasal 1 ayat 1 KUHAP. Penyidikan baru dapat dilaksanakan oleh penyidik apabila terjadi suatu tindak pidana dan terhadap tindak pidana tersebut dapat dilakukan penyidikan menurut yang diatur dalam KUHAP. Untuk dapat menentukan suatu peristiwa yang terjadi adalah termasuk suatu tindak pidana, menurut kemampuan penyidik untuk mengidentifikasi suatu peristiwa sebagai tindak pidana dengan berdasarkan pada pengetahuan hukum pidana. Secara umum tindak pidana bisa diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilarang untuk dilakukan, yang apabila dilakukan, akan dikenai ancaman hukuman oleh undang-undang. Hal ini berarti bahwa suatu tindak pidana harus mempunyai unsur melawan commit to user hukum dan atas pelanggaran tersebut diancam dengan hukuman pidana H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, 1991:2. c Tugas dan Wewenang Penyelidik Berdasarkan definisi tersebut diatas jelaslah bahwa fungsi penyelidikan atau tugas daripada penyelidik merupakan suatu kesatuan dengan fungsi penyidikan, penyelidikan hanya merupakan suatu cara, salah satu tahap dari penyidikan, yaitu tahap yang seyogyanya dilakukan lebih dahulu sebelum melangkah pada tahap-tahap penyidikan selanjutnya. Menurut Pasal 4 KUHAP penyelidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Di dalam buku Pedoman Pelaksanaan KUHAP dijelaskan latar belakang, motivasi, dan urgensi diintrodusirnya fungsi penyelidikan yaitu: 1 Adanya perlindungan dan jaminan terhadap hak asasi manusia. 2 Adanya persyaratan dan pembatasan yang ketat dalam penggunaan upaya paksa. 3 Ketatnya pengawasan dan adanya lembaga ganti rugi dan rehabilitasi. 4 Tidak setiap peristiwa yang terjadi dan diduga sebagai tindak pidana itu menampakkan bentuknya secara jelas sebagai tindak pidana, maka sebelum melangkah lebih lanjut dengan melakukan penyidikan, dengan konsekuensi digunakannya upaya paksa, perlu ditentukan lebih dahulu berdasarkan data dan keterangan yang didapat dari hasil penyelidikan bahwa peristiwa yang terjadi dan diduga sebagai tindak pidana itu benar adanya merupakan tindak pidana sehingga dapat dilanjutkan dengan tindakan penyidikan. Kewenangan penyelidik diatur dalam Pasal 5 KUHAP, menyatakan bahwa: commit to user 1 Penyelidik sebagaimana diatur dalam Pasal 4: a Karena kewajibannya mempunyai wewenang: 1 Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; 2 Mencari keterangan dan barang bukti; 3 Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri; 4 Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. b Atas perintah penyidik dapat dilakukan tindakan berupa: 1 Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan penyitaan; 2 Pemeriksaan dan penyitaan surat; 3 Mengambil sidik jari dan memotret seorang; 4 Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik. 2 Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan sebagaimana tersebut pada ayat 1 huruf a dan huruf b kepada penyidik. Secara formal prosedural, suatu proses penyidikan sudah dimulai dilaksanakan sejak dikeluarkannya Surat Perintah Penyidikan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di instansi penyidik. Setelah pihak kepolisian menerima laporan atau informasi tentang adanya suatu peristiwa tindak pidana, ataupun mengetahui sendiri peristiwa yang diduga merupakan suatu tindak pidana. Hal ini selain untuk menjaga agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dari pihak kepolisian, dengan adanya Surat Perintah Penyidikan tersebut adalah sebagai jaminan terhadap pelindungan hak-hak yang dimiliki oleh tersangka H. Hamrat Hamid dan Harun M. Husein, 1991:36. commit to user 4 Tugas dan Wewenang Penyidik Sesuai dengan pengertian dari penyidikan dalam Pasal 1 ayat 2 KUHAP, maka tugas pokok dari seorang penyidik adalah: a Mencari dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti-bukti tersebut membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi. b Menemukan tersangka Leden Marpaung, 2001:17. Untuk menunjang tugas utama penyidik agar berjalan dengan lancar, maka penyidik diberi kewenangan utuk melaksanakan kewajibannya, seperti yang tercantum dalam Pasal 7 ayat 1 KUHAP yang berbunyi: ”Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a karena kewajibannya mempunyai wewenang: a Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tendang adanya tindak pidana. b Melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian. c Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal tersangka. d Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan. e Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat. f Mengambil sidik jari dan memotret seseorang. g Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka ataupun saksi. h Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara. i Mengadakan penghentian penyidikan. j Melakukan tindakan lain menurut hukum secara bertanggung jawab.” Hukum acara kita membatasi pelaksanaan penyidikan tersebut sedemikian rupa agar jangan sampai melanggar hak-hak asasi yang paling pokok dari setiap individu dan penyidik wajib menghormati commit to user asas-asas tersebut, yaitu antara lain asas-asas Mohammad Amari, 2003:6 : a Praduga tak bersalah presumtion of innocence; b Persamaan di muka hukum equality before the law; c Hak memperoleh bantuan hukumpenasehat hukum legal and assistance; d Peradilan yang cepat, sederhana, murah, serta bebas dan jujur; e Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan harus berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang berwenang. Jika memperhatikan keseluruhan ketentuan didalam KUHP, dapat diketahui bahwa proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik dapat digambarkan sebagai berikut: 1 Diawali dengan adanya bahan masukan suatu tindak pidana Sumber bahan masukan suatu tindak pidana ke dalam pross peradilan pidana berupa pengetahuan atau persangkaan telah terjadinya suatu perbuatan tindak pidana dapat diperoleh penyidik dari berbagai sumber, yaitu dari: a Laporan; b Pengaduan; c Tertangkap tangan; d Diketahui sendiri oleh aparat penegak hukum dari hasil penyelidikan. 2 Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian Yang dimaksud dengan ”tempat kejadian” adlah tempat dimana telah dilakukan sesuatu tindak pidana. Sedangkan yang dimaksud dengan ”melakukan tindakan pertama” di etmpat kijadian itu adalah melakukan segala macam tindakan yang oleh penyidik telah dipandang perlu untuk P.A.F. Lamintang, 1984:76: a Menyelamatkan nyawa korban atau harta kekayaan orang. commit to user b Menangkap pelakunya apabila pelaku tersebut masih berada dalam jangkauan penyidik untuk segera ditangkap. c Menutup tempat kejadian bagi siapa pun yang kehadirannya disitu tidak diperlukan untuk menyelamatkan nyawa korban, untuk menyelamatkan harta kekayaan orang atau untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan dengan maksud agar tempat kejadian itu tetap berada dalam keadaan yang asli untuk memudahkan penyelidikan dan penyidikan. d Menemukan, menyelamatkan, mengumpulkan dan mengambil barang-barang bukti serat bekas-bekas yang dapat membantu penyidik untuk mendapatkan petunjuk- petunjuk tentang identitas pelaku atau dari pelaku- pelakunya, tentang cara-cara atau alat-alat yang telah dipergunakan oleh para pelakunya dan untuk melemahkan alibi yang mungkin saja akan dikemukakan oleh seorang tersangka apabila ia kemudian berhasil ditangkap. e Menemukan saksi-saksi yang diharapkan dapat membantu penyidik untuk memecahkan persolan yang sedang ia hadapi dan memisahkan saksi-saksi tersebut agar mereka itu tidak dapat berbicara satu dengan yang lain, dan lain- lain. 3 Pemanggilan dan pemeriksaan tersangka dan saksi Berdasar Pasal 7 ayat 1 KUHAP, selama dalam tahap penyidikan, penyidik mempunyai wewenang untuk melakukan pemanggilan dan pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi- saksi lain yang diperlukan. 4 Melakukan upaya paksa yang diperlukan Upaya paksa adalah segala bentuk tindakan yang dapat dipaksakan oleh aparat penegak hukum pidana terhadap kebebasan bergerak seseorang atau untuk memiliki dan commit to user menguasai suatu barang, atau kemerdekaan pribadinya untuk tidak mendapat gangguan terhadap siapapun. 5 Pembuatan berita acara penyidikan Pada berita acara juga dilampirkan semua berita acara keterangan tersangka dan saksi, berita acara penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan sebagainya jika hal tersebut telah benar-benar dilakukan dalam rangka penyidikan suatu perbuatan pidana. 6 Penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum Apabila penyidikan telah selesai, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara tersebut kepada penuntut umum.

3. Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Korupsi

Dokumen yang terkait

#$ ! KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI KASUS PT. ASABRI).

0 4 12

TINJAUAN NORMATIF TERHADAP KEWENANGAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI Tinjauan Normatif Terhadap Kewenangan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Republik Indonesi

0 2 17

TINJAUAN NORMATIF TERHADAP KEWENANGAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI Tinjauan Normatif Terhadap Kewenangan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Republik Indonesi

0 2 12

PENDAHULUAN Tinjauan Normatif Terhadap Kewenangan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Republik Indonesia.

0 2 11

KAJIAN NORMATIF TERHADAP DUALISME KEWENANGAN PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN TINDAK PIDANA KORUPSI Kajian Normatif Terhadap Dualisme Kewenangan Penyidikan Dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi Antara Kepolisian, Kejaksaan Dan Kpk.

0 4 19

SINKR Sinkronisasi Regulasi Penyidikan Dan Penuntutan Terhadap Tindak Pidana Korupsi.

0 1 12

PENDAHULUAN Sinkronisasi Regulasi Penyidikan Dan Penuntutan Terhadap Tindak Pidana Korupsi.

0 2 12

SINKR Sinkronisasi Regulasi Penyidikan Dan Penuntutan Terhadap Tindak Pidana Korupsi.

0 2 17

OPTIMALISASI TUGAS DAN WEWENANG ANTARA KEPOLISIAN DAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI ARTIKEL

0 0 17

DISERTASI KEWENANGAN PENYIDIKAN JAKSA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

0 0 28