Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Korupsi

commit to user menguasai suatu barang, atau kemerdekaan pribadinya untuk tidak mendapat gangguan terhadap siapapun. 5 Pembuatan berita acara penyidikan Pada berita acara juga dilampirkan semua berita acara keterangan tersangka dan saksi, berita acara penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan sebagainya jika hal tersebut telah benar-benar dilakukan dalam rangka penyidikan suatu perbuatan pidana. 6 Penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum Apabila penyidikan telah selesai, penyidik wajib segera menyerahkan berkas perkara tersebut kepada penuntut umum.

3. Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Korupsi

a Pengertian Korupsi Korupsi berasal dari bahasa Latin ”Corruptio” atau ”Corruptus”. Yang kemudian muncul dalam banyak bahasa Eropa seperti Inggris ”Corruption”, bahasa Belanda ”Korruptie” yang berarti penyuapan, perusakan moral, perbuatan tak beres dalam jawatan, pemalsuan dan sebagainya kemudian muncul dalam bahasa Indonesia ”Korupsi”. Definisi korupsi dalam kamus lengkap Webster’s Third New International Dictionary adalah “ajakan dari seorang pejabat politik dengan pertimbangan-pertimbangan yang tidak semestinya misalnya suap untuk melakukan pelanggaran tugas”Robert Klitgaard dan Selo Soemardjan 2001:29. Pengertian korupsi secara harfiah dapat berupa IGM Nurdjana, 2010:14-15: 1 Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidak jujuran. 2 Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. commit to user 3 Perbuatan yang kenyataannya menimbulakn keadaan yang bersifat buruk, perilaku yang jahat dan tercela, atau kebejatan moral, penyuapan dan bentuk-bentuk ketidak jujuran, sesuatu yang dikorup, seperti kata yang diubah atau diganti secara tidak tepat dalam satu kalimat, pengaruh-pengaruh yang korup. Arti kata Korupsi oleh Purwadarminta disimpulkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 1979: ”Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya” BPKP, 1999:267-268. Istilah ”korupsi” sering kali selalu diikuti dengan istilah kolusi dan nepotisme yang selalu dikenal dengan singkatan KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. KKN saat ini sudah menjadi masalah dunia, yang harus diberantas dan dijadikan agenda pemerintahan untuk ditanggulangi secar serius dan mendesak, sebagai bagian dari program untuk memulihkan kepercayaan rakyat dan dunia internasional dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Transparency International definisi tentang korupsi yaitu sebagai: ”Perbuatan menyalahgunakan kekuasaan dan kepercayaan publik untuk kepentingan pribadi”Pope J, 2003:6. Dalam definisi tersebut, terdapat tiga unsur dari pengertian korupsi : 1 Menyalahgunakan kekuasaan; 2 Kekuasaan yang dipercayakan yaitu baik di sektor publik maupun di sektor swasta, memiliki akses bisnis atau keuntungan materi; 3 Keuntungan pribadi tidak selalu berarti hanya untuk pribadi orang yang menyalahgunakan kekuasaan, tetapi juga anggota keluarganya dan teman-temannya. Beberapa pengertian korupsi menurut John A. Gardiner dan David J. Olson sebagaimana yang dikutip oleh Martiman Prodjohamidjojo antara lain M. Prodjohamidjojo, 2001:8-12: commit to user 1 Rumusan korupsi dari sisi pandang teori pasar Jacob Van Klaveren mengatakan bahwa seorang pengabdi negara pegawai negeri yang berjiwa korup menganggap kantorinstansinya sebagai perusahaan dagang, sehingga dalam pekerjaannya diusahakan pendapatannya akan diusahakan semaksimal mungkin. 2 Rumusan yang menekankan titik berat jabatan pemerintahan M. Mc. Mullan mengatakan bahwa seorang pejabat pemerintahan dikatakan korup apabila menerima uang yang dirasakan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang bisa dilakukan dalam tugas dan jabatannya padahal seharusnya tidak boleh melakukan hal demikian selama menjalankan tugas. J.S. Nye berpendapat bahwa korupsi sebagai perilaku yang menyimpang dari kewajiban-kewajiban normal suatu peran instansi pemerintah, karena kepentingan pribadi keluarga, golongan, kawan, teman, demi mengejar status dan gengsi, atau melanggar peraturan dengan jalan melakukan atau mencari penngaruh bagi kepentingan pribadi. 3 Rumusan korupsi dengan titik berat pada kepentingan umum Carl J. Friesrich mengatakan bahwa pola korupsi dikatakan ada apabila seorang memegang kekuasaan yang berwenang untuk melakukan hal-hal tertentu seperti seorang pejabat yang bertanggung jawab melalui uang atau semacam hadiah lainnya yang tidak dibolehkan oleh undang-undang; membujuk untuk mengambil langkah yang menolong siapa saja yang menyediakan hadiah dan dengan demikian benar-benar membahayakan kepentingan umum. 4 Rumusan korupsi dari sisi pandangan sosiologi Makna korupsi secara sosiologi dapat dilihat dari makna korupsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Syeh Hussein Alatas yang mengatakan bahwa: ”Seperti halnya dengan semua commit to user gejala sosial yang rumit, korupsi tidak dapat dirumuskan dalam satu kalimat saja. Yang mungkin ialah membuat gambaran yang masuk akal mengenai gejala tersebut agar kita dapat memisahkannya dari gejala lain yang bukan korupsi. Korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi”SH Alatas, 1987:1. Berdasarkan beberapa pengertian tentang korupsi di atas maka dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merugikan perekonomian atau keuangan negara yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat. Pengertian tentang korupsi ini sering kali tidak dapat dibedakan ataupun dicampuradukkan dengan pengertian kolusi dan nepotisme. Hal ini disebabkan oleh karena ketiga perbuatan itu mempunyai batasan yang sangat tipis dan dalam praktiknya sering kali menjadi satu kesatuan tindakan atau merupakan unsur-unsur dari perbuatan korupsi. Pengertian tersebut diatas berdasarkan unsur-unsur mutlak atau pokok korupsi, berupa: a. Adanya pelaku atau pelaku-pelaku korupsi; b. Adanya tindakan yang melanggar norma-norma yang berlaku yang dalam hal ini dapat membentuk moral aspek agama, etika aspek profesi, maupun peraturan perundang-undangan aspek hukum; c. Adanya unsur merugikan keuangan kekayaan negara atau masyarakat, langsung atau tidak langsung, serta d. Adanya unsur atau tujuan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi keluarga golongan. b Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi adalah merupakan salah satu dari pada sekian banyak macam tindak pidana. Dalam ilmu hukum pidana commit to user masalah tindak pidana adalah merupakan bagian yang paling pokok dan sangat penting. Berbagai masalah dalam hukum pidana seolah terpaut dan berselingkar dengan persoalan tindak pidana. Oleh karena itu memahami pengertian tindak pidana sangatlah penting sekali. Istilah tindak pidana adalah dimaksudkan sebagai terjemahan dalam Bahasa Indonesia untuk istilah bahasa Belanda strafbaar feit atau delict. Perkataan feit dalam bahasa Belanda diartikan sebagian dari kenyataan sedang strafbaar berarti dapat dihukum sehingga secara harfiah perkataan strafbaar feit berarti sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum, yang sudah barang tentu tidak tepat oleh karena kelak akan kita ketahui bahwa yang dapat dihukum adalah manusia sebagai pribadi dan bukan kenyataan, perbuatan, tindakan Evi Hartanti, 2005:5. Dalam pengertian ini tindak pidana adalah rumusan tentang perbuatan yang dilarang dalam peraturan perundang-undangan yang disertai ancaman suatu pidana terhadap siapa yang melakukan perbuatan yang dilarang tersebut. Apabila istilah tersebut digabungkan dengan kata korupsi akan menjadi tindak pidana korupsi sehingga mudah kita pahami bahwa pengertiannya ialah rumusan-rumusan tentang segal perbuatan yang dilarang dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 diubah dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ciri-ciri perbuatan tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut: 1 Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang. 2 Korupsi pada umumnya melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik, dimana kewajiban dan keuntungan itu tidaklah senantiasa berupa uang. commit to user 3 Mereka yang mempraktekkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk menyelubungi perbuatannya dengan berlindung dibalik pembenaran hukum. 4 Mereka yang terlibat korupsi adalh mereka yang menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan mereka yang mampu untuk mempengaruhi keputusan-keputusan itu. 5 Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, biasanya badan publik atau masyarakat umum. 6 Setiap bentuk korupsi merupakn suatu pengkhianatan kepercayaan. 7 Setiap bentuk korupsi menggunakan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang melakukan tindakan itu. 8 Suatu perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat berdasarkan atas niat kesengajaan untuk menempatkan kepentingan umum dibawah kepentingan khusus. c Pembagian Tindak Pidana korupsi Tindak pidana korupsi dalam Undang-Undang No. 31 tahun 1999 jo Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tersebut dirumuskan dalam Pasal : 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 12B, 13, 15, 21, 22, 23 menarik Pasal 220, 231, 421, 422, 429, 430 KUHP, dan 24. Dari pasal-pasal tersebut ada 44 rumusan tindak pidana korupsi yang atas dasar-dasar tertentu dapat dibedakan dan dikelompokkan sebagai berikut: 1 Atas Dasar Substansi Obyek Tindak Pidan Korupsi Atas dasar substansi obyeknya, tindak pidana korupsi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis: commit to user a Tindak Pidana Korupsi Murni Tindak pidana korupsi murni adalah tindak pidana korupsi yang substansi obyeknya mengenai hal yang berhubungan denngan perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum yang menyangkut keuangan negara, perekonomian negara, dan kelancaran pelaksanaan tugaspekerjaan pegawai negeri atau pelaksana pekerjaan yang bersifat publik. b Tindak Pidana Korupsi Tidak Murni Tindak pidana korupsi tidak murni ialah tindak pidana yang substansi obyeknya mengenai perlindungan hukum terhadap kepentingan hukum bagi kelancaran pelaksanaan tugas-tugas penegak hukum dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. 2 Atas Dasar Subyek Hukum Tindak Pidana Korupsi Atas dasar subyek hukum atau si pembuatnya, maka tindak pidana korupsi dapat dibedakan menjadi dua kelompok: a Tindak Pidana Korupsi Umum Tindak pidana korupsi umum ialah bentuk-bentuk tindak pidana korupsi yang ditujukan tidak terbatas kepada orang-orang yang berkualitas sebagai pegawai negeri, akan tetapi ditujukan pada setiap orang termasuk korporasi. b Tindak Pidana Korupsi Pegawai Negeri dan atau Penyelenggara Negara Tindak pidana pegawai negeri atau tindak pidana korupsi pejabat adalah tindak pidana korupsi yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas sebagai pegawai negeri atau penyelenggara negara. Tindak pidana korupsi ini merupakan bagian dari kejahatan jabatan atau dapat disebut sebagai kejahatan jabatan khusus.. commit to user 3 Atas Dasar Sumbernya Atas dasar sumbernya tindak pidana korupsi dapat dikelompokan menjadi dua sebagai berikut: a Tindak Pidana Korupsi yang Bersumber pada KUHP Tindak pidna korupsi yang bersumber pada KUHP dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut: § Tindak pidana korupsi yang dirumuskan tersendiri dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang- Undang No. 20 Tahun 2001, rumusan tersebut berasal atau bersumber dari rumusan tindak pidana dalam KUHP. Formula rumusannya agak berbeda denagn rumusan aslinya dalam pasal KUHP yang bersangkutan, tetapi substansinya sama. § Tindak pidana korupsi yang menunjuk pada pasal-pasal tertentu dalam KUHP dan ditarik menjadi tindak pidana korupsi dengan mengubah ancaman dan sistem pemidaannya. b Tindak Pidana Korupsi yang oleh Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 dirumuskan sendiri sebagai Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana ini berupa tindak pidana asli yang dibentuk oleh Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undanng-Undang No. 20 Tahun 2001. yang termasuk dalam kelompok ini ialah tindak pidana korupsi sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 2, 3, 12B, 13, 15, 16, 21, 22, dan 24. 4 Atas Dasar Tingkah Laku Perbuatan dalam Rumusan Tindak Pidana Dilihat dari sudut unsur tingkah laku dalam rumusan tindak pidana, maka tindak pidana korupsi dapat dibedakan antara tindak pidana korupsi aktif dan tindak pidana korupsi pasif. commit to user a Tindak Pidana Korupsi Aktif Tindak pidana korupsi aktif atau tindak pidana korupsi positif ialah tindak pidana yang dalam rumusannya mencantumkan unsur perbuatan aktif. Perbuatan aktif atau perbuatan materiil yang bisa disebut juga perbuatan jasmani adalah perbuatan yang untuk mewujudkannya diperlukan gerakan tubuh atau bagian dari tubuh orang. b Tindak Pidana Korupsi Pasif atau Tindak Pidana Korupsi Negatif Tindak pidana korupsi pasif adalah tindak pidana yang unsur tingkah lakunya dirumuskan secara pasif. Sebagaimana diketahui bahwa tindak pidana pasif itu adalah tindak pidana yang melarang untuk tidak berbuat aktif disebut perbuatan pasif. Di dalam kehidupan sehari- hari, ada kalanya seseorang berada dalam situasi dan atau kondisi tertentu, dan orang itu diwajibkan disebut kewajiban hukum untuk melakukan suatu perbuatan aktif tertentu. Apabila dia tidak menuruti kewajiban hukumnya untuk berbuat aktif tertentu tersebut, artinya dia telah melanggar kewajiban hukumnya untuk berbuat tadi, maka dia dipersalahkan melakukan suatu tindak pidana pasif tertentu. 5 Atas Dasar Dapat-Tidaknya Merugikan Keuangan dan atau Perekonomian Negara Atas dasar seperti itu tindak pidana korupsi dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: § Tindak pidana korupsi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. commit to user § Tindak pidana korupsi yang tidak mensyaratkan dapat menimbulkan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara. Terjadinya tindak pidana korupsi secara sempurna tidak perlu menunggu timbulnya kerugian negara. Asalkan dapat ditafsirkan menurut akal sehat bahwa suatu perbuatan dapat menimbulkan kerugian bagi negara, maka perbuatan tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi yang terdapat unsursyarat dapat merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara terdapat dalam Pasal: 2, 3, 15 jo 2 dan 3 sepanjang percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat itu dilakukan dalam rangka melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 2 dan 3. Demikian juga tindak pidana dalam Pasal 16 disyaratkan dapat menimbulkan kerugian negara sepanjang orang ayang berada di luar wilayah hukum RI itu memberikan bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 2 dan 3. sedangkan terhadap bentuk- bentuk tindak pidana korupsi yang dirumuskan dalam pasal- pasal berikutnya ini yang terbanyak tidak memerlukan unsur atau syarat dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara. d Faktor-faktor timbulnya Korupsi. Menurut Sarlito W. Sarwono, tidak ada jawaban yang persis tetapi ada dua hal yang jelas sebagai faktor timbulnya korupsi, yaitu: § Dorongan dari dalam diri sendiri keinginan, hasrat, kehendak dan sebagainya. commit to user § Rangsangan dari luar dorongan teman-teman, adanya kesempatan, kurang kontrol. Sedangkan menurut Andi Hamzah mengiventariskan beberapa penyebab tindak pidana korupsi antara lain: § Kurangnya gaji pegawai negeri dibandingkan denagn kebutuhan yang makin meningkat. § Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber atau sebab meluasnya korupsi. § Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan efisien yang memberikan peluang orang untuk korupsi. § Modernisasi pengembangbiakan korupsi. Faktor yang paling penting dalam dinamika korupsi adalah keadaan moral dan intelektual para pemimpin masyarakat. Keadaan moral dan intelektual dalam konfigurasi kondisi-kondisi yang lain. Beberapa faktor yang dapat menjinakkan korupsi, walaupun tidak akan memberantasnya adalah: a Keterikatan positif pada pemerinyahan dan keterlibatan spiritual serta tugas kemajuan nasional dan publik maupun birokrasi. b Administrasi yang efisien serta penyesuaian struktur yang layak dari mesin dan aturan pemerintah sehingga menghindari penciptaan sumber-sumber korupsi. c Kondisi sejarah dan sosiologis yang menguntungkan. d Berfungsinya suatu sistem yang anti korupsi. e Kepemimpinan kelompok yang berpengaruh dengan standar moral dan intelektual yang tinggi. commit to user

4. Tinjauan Umum tentang Undang-Undang Penegakan Hukum

Dokumen yang terkait

#$ ! KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI KASUS PT. ASABRI).

0 4 12

TINJAUAN NORMATIF TERHADAP KEWENANGAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI Tinjauan Normatif Terhadap Kewenangan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Republik Indonesi

0 2 17

TINJAUAN NORMATIF TERHADAP KEWENANGAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI Tinjauan Normatif Terhadap Kewenangan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Republik Indonesi

0 2 12

PENDAHULUAN Tinjauan Normatif Terhadap Kewenangan Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian Republik Indonesia.

0 2 11

KAJIAN NORMATIF TERHADAP DUALISME KEWENANGAN PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN TINDAK PIDANA KORUPSI Kajian Normatif Terhadap Dualisme Kewenangan Penyidikan Dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi Antara Kepolisian, Kejaksaan Dan Kpk.

0 4 19

SINKR Sinkronisasi Regulasi Penyidikan Dan Penuntutan Terhadap Tindak Pidana Korupsi.

0 1 12

PENDAHULUAN Sinkronisasi Regulasi Penyidikan Dan Penuntutan Terhadap Tindak Pidana Korupsi.

0 2 12

SINKR Sinkronisasi Regulasi Penyidikan Dan Penuntutan Terhadap Tindak Pidana Korupsi.

0 2 17

OPTIMALISASI TUGAS DAN WEWENANG ANTARA KEPOLISIAN DAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DALAM PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI ARTIKEL

0 0 17

DISERTASI KEWENANGAN PENYIDIKAN JAKSA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

0 0 28