KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA STRATEGI MULTI LEVEL LEARNING YANG KOMPETITIF BERBANTUAN CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA

(1)

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA STRATEGI MULTI LEVEL LEARNING YANG KOMPETITIF BERBANTUAN CD

INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LOGIKA MATEMATIKA

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh:

MUH.TOHA

NIM 4101506026

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2008


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang, Maret 2008

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sarwadi, M.Sc., Ph.D Drs. Abdul Kodir, M.Pd


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Tesis ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang pada

hari : Rabu tanggal : 9 April 2008

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. H. A.T. Soegito, S.H., M.M Drs. St. Budi Waluyo, M.Si, Ph.D

NIP. 130345757 NIP. 132046848

Penguji I Penguji II/pembimbing II

Dr. Dwijanto, M.S Drs. Abdul Kodir, M.Pd NIP. 131404323 NIP. 130701551

Penguji III/pembimbing I

Drs. Sarwadi, M.Sc., Ph.D NIP 131835919


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2008


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

• Waktu laksana pedang, andaikan terlambat niscaya pedang itu akan memenggal kepalamu (Imam Ali b Abi Tholib).

• Tuntutlah Ilmu dari ayunan sang ibu sampai ke liang lahat (HR Bukhori).

Untuk Ayah Bundaku, adik-adikku Istriku Fitria Anakku Aliyah Haifa’ dan Aminah Jasmine


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rakhmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini, sebagai kelengkapan persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika pada Universitas Negeri Semarang.

Di dalam penulisan tesis ini, banyak hambatan dan ganjalan, yang kesemuanya dapat berjalan lancar berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh sebab itu lewat kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. A.T. Soegito, S.H., M.M, Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. St. Budi Waluyo, M.Si, Ph.D, selaku ketua program studi pendidikan Matematika program pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Sarwadi, M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini.

4. Drs. Abdul Kodir, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang khususnya program studi pendidikan Matematika.


(7)

vii

6. Drs. Sri Lahir, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 3 Brebes, rekan guru dan tata usaha, serta semua siswa kelas X-1, X-3, dan X-7 SMA Negeri 3 Brebes tahun pelajaran 2007/2008.

7. Semua pihak yang membantu penulis baik secara formal maupun informal, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis dengan berlipat-lipat, amin.

Kritik dan saran pembaca sangat penulis harapkan, agar kelak dikemudian hari penulisan tesis ini dapat lebih disempurnakan, agar bermanfaat bagi dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN DAFTAR ISI ... viii

HALAMAN ABSTRAK ... xi

HALAMAN ABSTRACT ... xii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xv

HALAMAN LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 11

A. Pembelajaran ... 11


(9)

ix

a. Perbedaan Pengertian Belajar……… 11

b. Pengertian Belajar ……… 12

2. Fase-fase Kegiatan Belajar ... 14

3. Jenis-jenis Belajar ... 15

B. Pembelajaran Matematika ... 18

C. Strategi Pembelajaran Multi Level Learning (MLL) ... 19

D. Aplikasi Komputer ... 25

E. Tes Potensi Kecerdasan (IQ) ... 27

F. Keaktifan ... 28

G. Keterampilan Proses ... 30

H. Hasil Belajar ... 30

I. Pembelajaran Logika Matematika ... 31

J. Kerangka Berpikir ... 32

K. Hipotesis ……… ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Jenis Penelitian ... 35

B. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 35

C. Teknik Pengumpulan data ... 38

D. Tehnik Analisis Data……….. 40

E. Indikator Pencapaian……….. 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Deskripsi Data ... 47

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65


(10)

x

A. Simpulan ... 66

B. Saran…. ... 67 DAFTAR PUSTAKA ... 68


(11)

xi ABSTRAK

Muh.Toha, 2008, Keefektifan Pembelajaran Matematika Strategi Multi Level Learning yang Kompetitif Berbantuan CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Logika Matematika. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. Drs. Sarwadi, M.Sc., Ph.D, II. Drs. Abdul Kodir, M.Pd.

Kata kunci: Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD Interaktif. Hasil belajar matematika siswa masih rendah, karena masih banyak guru menggunakan strategi konvensional dalam pembelajarannnya, paradigma mengajar bagi guru harus segera dirubah menjadi belajar buat siswa, keberhasilan pembelajaran bukan hanya pada guru tetapi juga siswa, sehingga strategi pembelajaran yang efektif dari guru akan mampu meningkatkan hasil belajar bagi siswa

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis strategi pembelajaran baru yaitu strategi Multi Level Learning (MLL), yang diadopsi dari strategi bisnis Multi Level Marketing yaitu sistem pemasaran yang dilakukan oleh seseorang dan grupnya sehingga pelaku akan mendapat keuntungan dari hasil aktivitas pribadi dan grupnya, jadi Multi Level Learning (MLL) dimaksudkan disini adalah sebuah sistem pembelajaran yang bertingkat, keberhasilan mencapai prestasi dalam pembelajaran ini tak hanya terletak pada satu individu namun ditunjang oleh kerja sama yang dibangun lewat grupnya. Dalam strategi MLL ini memanfaatkan potensi siswa yang memiliki kemampuan untuk menjadi sumber belajar bagi temannya.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Brebes, jalan MT.Haryono No. 78 Brebes tahun pelajaran 2007/2008, dengan mengambil sampel kelas eksperimen dengan strategi MLL kelas X-1 sebanyak 39 siswa, kelas kontrol dengan strategi konvensional kelas X-7 sebanyak 42 siswa, sedangkan kelas ujicoba diambil kelas X-3 sebanyak 43 siswa.

Hasil penelitian yang diperoleh dari strategi MLL yang kompetitif berbantuan CD interaktif sebagai berikut: 1) hasil belajar mencapai tuntas belajar, 2) keaktifan berpengaruh terhadap hasil belajar, 3) keterampilan roses berpengaruh terhadap hasil belajar, 4) keaktifan dan keterampilan proses secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar, 5) rata – rata hasil belajar lebih baik dibandingkan kelas konvensional.

Dari hasil penelitian di atas, disarankan sebagi berikut: 1) Guru tidak mengajar hanya dengan ceramah saja 2) Guru harus dapat memilih strategi yang efektif salah satunya yaitu strategi Multi Level Learning 3) Kepala sekolah senantiasa meningkatkan kemampuan guru dengan memberi kesempatan mengikuti penataran, seminar – seminar tentang pendidikan guna meningkatkan pengetahuannya 4) Masyarakat senantiasa mendukung sekolah guna peningkatan


(12)

xii

mutu pendidikan di SMA 3 Brebes baik dari segi materiil maupun non materiil. 5) Dukungan aktif pemerintah lewat peningkatan kompetensi guru baik melalui bimbingan maupun pelatihan.


(13)

xiii ABSTRACT

Muh. Toha, 2008, The effectiveness of learning mathematics devoting competitive Multy Level Learning strategy with interactive CD in respective of student achievement in logical mathematics. Thesis. Educational Mathematics. Postgraduate studies of Semarang State University. Supervisors: I. Drs. Sarwadi, M.Sc., Ph.D, II. Drs. Abdul Kodir, M.Pd.

Key words: Multy level learning, logical mathematics, student achievement, interactive CD

Generally, we know that the most students achievement in math are below the minimum standard. It is because of the most teacher still apply conventional strategy in teaching math. This paradigm should be changed the student should be more active during the teaching and learning process.

trategy that is Multy Level Learning (MLL), MLL is adapted from Multy Level Marketing (MLM) business strategy. MLM is one of distribution system in trading which is focused on team work. So Multy Level Learning (MLL) here means the teaching and learning system which is focused on team achievement. This research was conducted at SMA Negeri 3 Brebes, jl. MT Haryono No.78 Brebes, in academic year 2007/2008. This research took 39 students of class X-1 as a sample of experimental class applying with MLL strategy, 42 students of class X-7 as a sample of control class applying with conventional strategy, and 43 students from class X-3 as a sample of try-out class.

The result of this research shows that: 1) the learning purpose achieved the minimum standard 2) the activeness affects achievement of the study 3) skill process affects the achievement of study 4) both activeness and skill process simultaneously affect the achievement of study 5) the learning achievement of MLL class is better than the one conventional class.

Based on the result above, there are some suggestions as follows: 1) teachers should not conduct teaching with one side communication 2) Teacher should take the appropriate teaching strategy, such Multy Level Learning strategy 3) The headmaster should give chance for teachers to take training for improving their knowledge by sending them to workshop, seminar related to teaching and learning methods 4) Society’s participation and support should be given for increasing the quality of teaching and learning process of SMA N 3 Brebes 5) the government supports is also needed for increasing teacher competence by conducting several workshop as well.


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halam an

Tabel 1 Kriteria Potensi Kecerdasan (IQ) ... . 28

Tabel 2 Ancar-ancar ID Daya Beda... ... 40

Tabel 3 Reliabel Statistik... ... 48

Tabel 4 Tingkat Kesukaran Soal Tes Uji coba... ... 50

Tabel 5 Mean Hasil Belajar Kelas Eksperimen... ... 51

Tabel 6 Output Uji Normal... ... 53

Tabel 7 Regresi keaktifan terhadap Hasil Belajar... ... 54

Tabel 8 Koefisien Persamaan Linear pengaruh keaktifan terhadap Hasil belajar... ... 55

Tabel 9 Pengaruh keaktifan terhadap Hasil Belajar... ... 55

Tabel 10 Mean variabel Independen Keaktifan... ... 56

Tabel 11 Sistem persamaan Linear Keterampilan Proses terhadap hasil belajar... ... 57

Tabel 12 Koefisien Persamaan Linear Pengaruh Keterampilan Proses Terhadap Hasil Belajar ... 58

Tabel 13 Pengaruh keterampilan Proses terhadap Hasil Belajar... 59

Tabel 14 Mean variabel Independen Keterampilan Proses... ... 59

Tabel 15 Sistem persamaan Linear Keaktifan dan Keterampilan Proses terhadap hasil belajar... ... 61

Tabel 16 Koefisien Persamaan Linear Pengaruh Keaktifan dan Keterampilan Proses Terhadap Hasil Belajar... ... 61


(15)

xv

Tabel 17 Korelasi Keaktifan dengan Keterampilan Proses... 62

Tabel 18 Pengaruh Keaktifan dan Keterampilan Proses terhadap

Hasil Belajar ... 63 Tabel 19 Kesamaan Varian... ... 64


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Skema Instruksional Sistem MLL ... 21 Gambar 2 Alur Kerja Pengujian Hipotesis ... 41


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Desain CD Interaktif ... 71

Lampiran 2 Lembar Pengamatan Keaktifan... ... 101

Lampiran 3 Indikator Instrumen Keaktifan... ... 102

Lampiran 4 Lembar pengamatan keterampilan proses... ... 105

Lampiran 5 Indikator instrumen keterampilan proses... ... 106

Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa... ... 110

Lampiran 7 Uji kompetensi... ... 117

Lampiran 8 Kunci Jawaban Uji kompetensi... ... 120

Lampiran 9 Lembar Jawab Uji kompetensi... ... 121

Lampiran 10 Nilai Hasil belajar kelas eksperimen... ... 122

Lampiran 11 Nilai Hasil belajar kelas kontrol... ... 123

Lampiran 12 Nilai Pengamatan Keaktifan dan Keterampilan proses... 124

Lampiran 13 Nilai hasil test IQ kelas eksperimen... ... 125

Lampiran 14 Analisis butir soal tes ujicoba... ... 126

Lampiran 15 Nilai Hasil Belajar, Keaktifan Dan Keterampilan Proses... 128

Lampiran 16 Output ketuntasan belajar kelas eksperimen... ... 129

Lampiran 17 output analisis regresi linier X1 terhadap Y... ... 130

Lampiran 18 output analisis regresi linier X2 terhadap Y... ... 131

Lampiran 19 output analisis regresi linier berganda... 132

Lampiran 20 Silabus Logika Matematika... ... 134

Lampiran 21 Rencana pelaksanaan Pembelajaran kelas eksperimen... 135


(18)

xviii

Lampiran 23 Lembar Validasi LKS... ... 148

Lampiran 24 Lembar Validasi Pengamatan Keaktifan... ... 150

Lampiran 25 Lembar Validasi Pengamatan Keterampilan Proses... ... 151

Lampiran 26 Lembar Validasi Instrumen Test... ... 152

Lampiran 27 Output reliabelitas dan validitas... ... 153

Lampiran 28 Analisis tingkat kesukaran... ... 154

Lampiran 29 Validitas Instrumen Soal Test Uji Coba... 156

Lampiran 30 Dokumentasi Penelitian... ... 157

Lampiran 31 Tabel r... ... 163

Lampiran 32 Tabel f... ... 164

Lampiran 33 Tabel Chi Square... ... 166


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia telah banyak dilakukan, salah satunya adalah menyempurnakan kurikulum disemua jenjang pendidikan. Tahun 2004 terbitlah kurikulum berbasis kompetensi (KBK) kemudian untuk menyempurnakannya mengacu UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diharapkan daerah dan sekolah dapat menggunakannya sebagai acuan dalam pengembangan perencanaan pembelajaran di sekolah masing-masing (Depdiknas, 2004). Serangkaian perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi, di samping untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, namun pada dasarnya akan terjadi peningkatan mutu pendidikan ada dipundak pendidik dan peserta didik.

Pendidik adalah tenaga kependidikan berprofesi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya iswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu (Ketentuan Umum UU No. 20 Tahun 2003 dalam SISDIKNAS).

Pendidik dalam hal ini guru merupakan komponen utama untuk keberhasilan dalam proses pembelajaran, sebab peranannya langsung


(20)

2

mempengaruhi proses pembelajaran ke peserta didik, mulai dari perencanaan, persiapan mengajar, pemberian materi yang dapat dengan mudah diterima siswa atau tidak, sampai dengan evaluasi dan penilaiannya.

Untuk menganalisis proses pembelajaran sebenarnya tertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana guru memberi kesempatan bagi siswa agar terjadi proses pembelajaran yang efektif atau dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Persoalan di atas memberi kita beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Guru harus mempunyai pegangan asasi tentang mengajar dan dasar-dasar

teori belajar.

2. Guru harus dapat mengembangkan sistem pengajaran.

3. Guru harus mampu melakukan proses belajar mengajar yang efektif. 4. Guru harus mampu melakukan penilaian hasil belajar sebagai dasar umpan

balik bagi seluruh proses yang ditempuh (Ali, 2004 ).

Dengan melihat implikasi yang ketiga, perilaku guru yang efektif antara lain: mengajar yang mudah diterima siswa, variasi strategi pembelajaran, banyaknya sumber belajar, antusias dalam mengajar, menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi, penugasan, memberikan pertanyaan untuk membangkitkan keingintahuan, dan daya pikir.

Matematika merupakan mata pelajaran yang dirasa oleh hampir semua siswa dianggap sebagai pelajaran penuh dengan hitungan dan rumus yang harus dipecahkan dan difahami para siswa, banyaknya siswa tidak dapat menguasai matematika. Dimungkinkan akibat materi yang memang sulit ditambah dengan penyajian materi oleh guru menggunakan ceramah di depan


(21)

kelas yang membosankan, matematika sebenarnya cenderung keketerampilan artinya di sana siswa harus banyak melakukan latihan sendiri atau berkelompok yang harus diulang-ulang sehingga muncul pemahaman konsep sederhana yang dapat diterima siswa tersebut. Gaya mengajar guru jika tidak bersahabat tentunya menimbulkan masalah bagi siswa kepada siapa mereka akan bertanya jika mereka mendapatkan kesulitan dalam menyelesaikan soal. Kepada guru jelas mereka takut, andaikan guru pun mengajar sudah penuh persahabatan, tapi pastilah siswa akan malu jika langsung bertanya pada guru, hal ini yang biasa terjadi pada siswa. Sehingga perlu adanya perubahan guru dari paradigma mengajar keparadigma belajar. Menurut Marpaung (2004) ada beberapa perubahan tersebut, yaitu:

1. Peran siswa harus diubah, dari penerima yang pasif menjadi pelaku yang aktif.

2. Peran guru harus berubah, dari pengajar yang aktif menjadi fasilitator. 3. Kondisi belajar harus berubah dari situasi yang tegang menjadi situasi

yang sedapat mungkin menyenangkan.

Menyadari hal tersebut di atas dipandang perlu dunia pendidikan saat ini haruslah diciptakan lingkungan alamiah untuk siswa belajar, belajar akan mempunyai arti lebih jika siswa “mengalami” sendiri apa yang dia alami, bukan sekedar hanya diberitahu lewat penyampaian ceramah guru.

Kenyataan yang muncul seperti tersebut di atas, merupakan tantangan dan juga merupakan tanggung jawab secara moral bagi guru, di manapun mereka


(22)

4

menyampaikan materi pelajaran tertentu disetiap proses pembelajarannya di kelas.

Berbagai strategi atau pendekatan yang mendukung Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) antara lain:

1. Pendekatan kontekstual. 2. Pengajaran berbasis masalah. 3. Problem possing.

4. Pengajaran kooperatif. 5. Pengajaran berbasis inkuiri.

6. Pengajaran berbasis proyek atau tugas. 7. Pengajaran berbasis kerja.

8. Pendekatan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). 9. Quantum teaching dan Quantum learning.

10. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

11. Pengajaran berbasis melayani (Depdiknas, 2004)

Dari kesebelas strategi atau pendekatan tersebut di atas mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, kelebihannya antara lain penekanan pada pembentukan kelompok kerja (team work), strategi dengan penekanan pada

team work memanfaatkan kemampuan siswa yang setingkat mempunyai nilai lebih dibandingkan siswa yang lain. Pada umumnya, semua strategi belajar apapun dapat diterapkan sepanjang strategi tersebut memberdayakan siswa sepenuhnya. Pada penelitian ini, penulis mengenalkan strategi pembelajaran


(23)

Marketing (MLM) yang hingga kini masih eksis dan menjamur diseluruh pelosok dunia, termasuk Indonesia. Sebagian orang mencemooh bisnis MLM, Jalaludin Rahmat mengidentifikasi kesalahan berpikir tentang MLM, antara lain:

1. Fallacy of dramatic Instance (berpikir dramatis atau melihat sesuatu secara mentah).

2. Fallacy of retrospective determinism (berpikir berdasarkan apa yang selalu berlaku di masyarakat).

3. Post hoc engo proper hoc ( yang awal memanfaatkan yang akhir).

4. Faalacy of misplace concretness ( menyalah artikan sesuatu yang konkrit). 5. Argumentum ad vere cundian ( kesalahan berpikir tentang komposisi suatu

hal) (Rozi, 2005).

Dari kesalahan berpikir di atas paling tidak mengurangi kontroversi bisnis MLM, yang sampai sejauh ini, toh, masih eksis di masyarakat.

Multi Level Marketing merupakan sistem pemasaran yang dilakukan oleh seseorang dan grupnya, pelaku akan mendapat keuntungan dari hasil aktivitas pribadi dan grupnya (staterkit, CNI). Jadi yang dimaksud Multi Level Learning ( MLL ) disini adalah sistem pembelajaran yang bertingkat. Keberhasilan mencapai prestasi dalam pembelajaran ini tak hanya terletak pada satu individu saja (perorangan), namun ditunjang oleh kerja sama (kolaborasi) yang dibangun antar anggota jaringan (grup). Dalam strategi ini siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata menjadi sumber belajar bagi siswa lain yang setingkat atau lebih rendah, strategi MLL ini memanfaatkan


(24)

6

potensi anak-anak yang memiliki kemampuan untuk menjadi sumber belajar bagi temannya.

Adapun penelitian ini dikhususkan pada materi Logika Matematika, ada beberapa alasan dipilihnya materi tersebut antara lain:

1. Banyaknya guru memberikan materi logika matematika diterima oleh siswa hanya semacam dogma-dogma.

2. Logika matematika merupakan materi yang penuh dengan teknik penalaran, sehingga diperlukan daya nalar yang diharapkan pada akhir pertemuan mempunyai persepsi yang sama.

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas maka timbul permasalahan “Apakah lebih baik strategi Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dibandingkan dengan strategi konvensional pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 di SMA Negeri 3 Brebes ?”. Yang dimaksud strategi konvensional di sini adalah strategi yang tidak mendapat perlakuan khusus, pengajaran dengan ceramah guru di depan kelas, juga siswa tidak dibentuk dalam kelompok-kelompok.

Untuk mendapatkan jawaban dalam penelitian ini, permasalahan tersebut dirinci menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dapat mencapai tuntas belajar pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.


(25)

2. Apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh keaktifan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

3. Apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

4. Apakah keaktifan dan keterampilan proses secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

5. Apakah pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif, memperoleh rata-rata hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan strategi konvensional pada pembelajaran Logika matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

C. Pembatasan

1. Efektifitas suatu strategi pembelajaran merupakan suatu standar keberhasilan, maksudnya semakin berhasil pembelajaran tersebut


(26)

8

mencapai tujuan yang telah ditentukan, berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya.

2. Proses pembelajaran dari strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif, dalam pelaksanaannya berbeda dengan strategi konvensional.

3. Penggunaan strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dan strategi konvensional, pada penelitian ini hanya pada sub pokok bahasan Logika Matematika kelas X semester 2 SMA. Logika Matematika merupakan materi esensial, yaitu: 1) materi yang jumlah jam tatap mukanya dalam kurikulum cukup banyak, 2) materi yang hubungannya terhadap materi lain dalam matematika sendiri cukup tinggi, sebab dalam logika Matematika diperlukan daya nalar, 3) materi yang juga hubungannya terhadap mata pelajaran lain cukup tinggi, dan 4) materi wajib muncul dalam soal Ujian Nasional maupun UMPTN.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dapat mencapai tuntas belajar pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes?

2. Apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh keaktifan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level


(27)

Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes?

3. Apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes?

4. Apakah keaktifan dan keterampilan proses secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes?

5. Apakah rata-rata hasil belajar strategi Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif lebih baik dibandingkan strategi konvensional pada pembelajaran materi Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui apakah hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dapat mencapai tuntas belajar pada pembelajaran Logika Matematika.


(28)

10

2. Mengetahui apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh keaktifan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

3. Mengetahui apakah ada pengaruh dan seberapa besar pengaruh keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

4. Mengetahui apakah keaktifan dan keterampilan proses secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

5. Mengetahui apakah rata-rata hasil belajar siswa dengan strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif, lebih baik dibandingakan strategi konvensional pada pembelajaran materi Logika Matematika.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis


(29)

a. Menambah khasanah karya ilmiah dalam mata pelajaran matematika.

b. Dapat memberikan masukan kepada peneliti lain atau lanjutan demi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan kepada teman-teman guru matematika untuk menggunakan strategi pembelajaran Multi Level Learning.

b. Sebagai contoh penerapan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kerja kelompok, sehingga dapat membantu siswa terbiasa bekerja sebagai tim yang dapat saling mengisi kekurangan yang dimiliki masing-masing siswa sendiri, dan juga membangkitkan komunikasi antar siswa untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran.


(30)

12 BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A.

Pembelajaran

1. Konsep Belajar

Para pakar pendidikan mendefinisikan belajar dari kacamata mereka baik secara penelitian langsung maupun hanya sekedar berpendapat berdasarkan pengamatan yang dilakukannya, sehingga banyak pengertian belajar yang diungkapkannya berbeda-beda, namun demikian pendapat mereka pastilah dapat dipertanggung jawabkan. a. Perbedaan Pengertian Belajar

Perbedaan pendapat mereka tersebut disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Terdapat beberapa alasan menurut Ali (2004) , mengapa muncul aneka ragam pengertian belajar tersebut, antara lain adalah :

1). Karena adanya perbedaan dalam mengidentifikasi fakta.

Dasar perumusan suatu teori adalah fakta yang diidentifikasi melalui penelitian terhadap sejumlah objek sebagai sampel. Antara seorang ahli dengan ahli lain penelitian dilakukan terhadap objek yang berbeda, perbedaan ini mengakibatkan diperoleh hasil yang berbeda pula.


(31)

Perbedaan ini pada umumnya disebabkan oleh latar belakang peninjauan yang berbeda-beda. Perumusan suatu teori di samping terpengaruh oleh penafsiran terhadap fakta, juga oleh banyaknya fakta yang dapat diidentifikasi. Dengan demikian teori yang dirumuskan pun berbeda pula.

3). Perbedaan terminologi (peristilahan) yang digunakan serta konotasi masing-masing istilah itu. Peristilahan yang digunakan sebagai dasar analisis dan pembahasan ilmiah seringkali berbeda-beda. Setiap istilah mempunyai konotasi tertentu. Oleh karena itu teori sebagai hasil studi ilmiah berbeda-beda sejalan dengan perbedaan istilah yang digunakan dan konotasinya masing-masing.

4). Perbedaan penekanan terhadap aspek tertentu.

Dalam melakukan studi tentang mengajar ataupun belajar setiap ahli memberi penekanan terhadap aspek tertentu. Studi tentang mengajar ada yang menekankan pentingnya proses belajar siswa, ada pula yang menekankan kepada peranan guru. Demikian pula tentang belajar, ada yang menekankan pada aspek asosiasi (hubungan) antara stimulus – respons, ada pula yang menekankan pentingnya hasil kognitif. Hal ini membawa pengaruh terhadap kesimpulan yang diperoleh (Ali, 2004).

Dari alasan – alasan di atas, sesungguhnya perbedaan rumusan pengertian belajar bukan hal yang perlu dipersoalkan, perbedaan ini


(32)

14

justru memperluas cakrawala wawasan, sehingga penerapannya dapat disesuaikan dengan situasi yang dihadapi.

b. Pengertian Belajar

Dari alasan-alasan banyaknya perbedaan pengertian belajar di atas, penulis ambil salah satu pengertian belajar dari ahli pendidikan yaitu Robert M. Gagne (dalam Hidayat, 2004), sebab beliau selalu menggunakan materi matematika sebagai medium untuk menguji penerapan teorinya, menurutnya belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas, setelah belajar siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah: 1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan 2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar (Dimyati dan Mujiono, 2002:10).

Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga ciri utama belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

1). Proses

Belajar itu sendiri sebagai proses perubahan sikap dan perilaku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar, yaitu dari belum mampu belajar sesuatu menjadi mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, Guru, teman, dan lingkungan.


(33)

Hasil belajar berupa perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan motorik), dan afektif (nilai-nilai atau sikap).

3). Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan lingkungan.

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik berupa buku, alat peraga, dan alam sekitar, sedangkan lingkungan sosial yaitu guru, siswa, pustakawan, dan Kepala sekolah.

2. Fase-fase Kegiatan belajar

Menurut Hidayat (2004), setiap kegiatan belajar terdiri atas empat fase yang terjadi secara berurutan, yaitu:

a. Fase apprehensi.

Pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus yang terkait dengan kegiatan belajar yang akan ia lakukan, misalnya berupa materi pelajaran terletak pada halaman sebuah buku, sebuah soal yang diberikan oleh guru sebagai pekerjaan rumah, atau bisa juga seperangkat alat peraga yang berguna untuk pemahaman konsep tertentu.


(34)

16

Yaitu siswa melakukan pemerolehan, penyerapan, atau internalisasi terhadap fakta, ketrampilan, konsep, atau prinsip yang menjadi sasaran dari kegiatan belajar tersebut.

c. Fase penyimpanan.

Yaitu siswa menyimpan hasil-hasil kegiatan belajar yang telah ia peroleh dalam ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. d. Fase pemanggilan

Yaitu siswa berusaha memanggil kembali hasil-hasil dari kegiatan belajar yang telah ia peroleh dan telah disimpan dalam ingatan, baik itu yang menyangkut fakta, keterampilan, konsep, maupun prinsip (Hidayat, 2004:18).

Pemanggilan kembali pengetahuan yang telah diperoleh itu dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal-soal latihan, di mana ia harus mengingat kembali berbagai hal tertentu yang telah ia pelajari agar ia dapat mengerjakan soal-soal latihan tersebut, pada saat ia menempuh tes atau ulangan, atau pada saat ia mempelajari bagian-bagian tertentu dari materi tegas satu dengan yang lain. Perlu diketahui dari fase-fase tersebut di atas, bahwa fase yang satu mempengaruhi fase yang lain.

3. Jenis-jenis belajar

Menurut Gagne (dalam Hidayat, 2004:19), kegiatan belajar manusia dapat dibedakan atas 8 jenis, dari jenis belajar yang paling


(35)

sederhana, yaitu belajar isyarat (signal learning) sampai jenis belajar yang paling kompleks, yaitu pemecahan masalah (problem solving). Kedelapan jenis belajar tersebut adalah:

a. Belajar isyarat

Belajar isyarat adalah kegiatan yang terjadi secara tidak disadari, sebagai akibat dari adanya suatu stimulus tertentu. Sebagi contoh, jika seorang siswa mendapatkan komentar bernada positif dari guru matematika, secara tidak disadari siswa itu akan cenderung menyukai pelajaran matematika. Sebaliknya, jika seorang siswa mendapat suatu komentar yang bernada negatif dari seorang guru, secara tidak disadari siswa itu akan cenderung tidak menyukai pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut.

b. Belajar Stimulus-Respons

Belajar stimulus respons adalah kegiatan belajar yang terjadi secara disadari, yang berupa dilakukannya sesuatu kegiatan fisik sebagai suatu reaksi atas adanya suatu stimulus tertentu. Kegiatan fisik yang dilakukan tersebut adalah kegiatan fisik yang di masa lalu memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi orang yang bersangkutan. Sebagai contoh pada waktu para siswa diberi suatu tugas dari guru yang hasilnya harus dikumpulkan, seseorang siswa mungkin secara sadar berusaha untuk menuliskan hasil pelaksanaan tugas itu dengan rapi sebab, menurut pengalaman


(36)

18

yang ia miliki dimasa lalu, suatu pekerjaan yang ditulis secara rapi cenderung mendapatkan nilai yang lebih tinggi.

c. Rangkaian Gerakan

Rangkaian gerakan merupakan kegiatan yang terdiri atas dua gerakan fisik atau lebih yang dirangkai menjadi satu secara berurutan, dalam upaya untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu. Sebagai contoh, kegiatan melukis garis bagi pada suatu sudut merupakan suatu kegiatan yang terdiri atas beberapa gerakan fisik yang dilakukan secara berurutan, sejak dari pembuatan suatu busur lingkaran yang berpusat di titik tersebut sampai perbuatan garis bagi yang dimaksud.

d. Rangkaian Verbal

Rangkaian verbal merupakan kegiatan merangkai kata-kata atau kalimat-kalimat secara bermakna, termasuk menghubungkan kata-kata atau kalimat-kalimat dengan objek-objek tertentu. Misalnya, Logika Matematika, kegiatan mendeskripsikan sifat-sifat suatu bangunan geometri, (persegi panjang, belah ketupat, dll) kegiatan menyebutkan nama benda-benda tertentu dan sebagainya.

e. Belajar membedakan

Belajar membedakan merupakan kegiatan mengamati perbedaan antara suatu objek dengan suatu objek yang lain, misalnya


(37)

membedakan lambang "2" dengan lambang "5", membedakan lambang "u" dengan lambang "n" (pada pembicaraan tentang himpunan), membedakan bilangan bulat dengan bilangan cacah, membedakan konstanta dengan variabel, mencermati perbedaan antara prosedur mencari FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dengan prosedur mencari KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan sebagainya.

f. Belajar konsep

Belajar konsep adalah kegiatan mengenali sifat yang sama yang terdapat pada berbagai objek atau peristiwa, dan kemudian memperlakukan objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu sebagai suatu kelas (karena adanya sifat yang sama tersebut). Seorang siswa dikatakan telah memahami suatu konsep apabila ia telah mampu mengenali dan mengabstraksi sifat yang sama tersebut, yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep itu. Artinya, siswa telah memaharni bahwa keberadaan konsep itu tidak lagi terkait dengan suatu benda konkret tertentu atau peristiwa tertentu, tetapi bersifat umum (general).

g. Belajar aturan

Aturan adalah suatu pemyataan yang memberikan petunjuk kepada individu bagaimana harus bertindak dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Belajar aturan adalah kegiatan memahami


(38)

20

pemyataan-pemyataan dan sekaligus menggunakannya pada situasi-situasi yang sesuai. Beberapa contoh aturan dalam matematika adalah aturan sinus, aturan cosinus.

h. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah merupakan kegiatan belajar yang paling kompleks. Suatu soal dikatakan merupakan masalah bagi seseorang apabila orang itu memahami soal tersebut, dalam arti mengetahui apa yang diketahui dan apa yang diminta dalam soal itu, dan belum mendapatkan suatu cara untuk memecahkan soal itu. Untuk dapat memecahkan suatu masalah, seseorang memerlukan pengetahuan-pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang harus diramu dan diolah secara kreatif, dalam rangka memecahkan masalah yang bersangkutan.

B. Pembelajaran Matematika

Pemikiran yang mendasari pembelajaran matematika adalah: 1) kemampuan berpikir kritis, sistimatis, logis, kreatif, dan 2) bekerja sama yang efektif sangat diperlukan dalam kehidupan moderen yang kompetitif ini. Kemampuan itu dapat dikembangkan melalui belajar matematika. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan


(39)

gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel (Nurhadi, 2002:203).

Strategi pembelajaran mengikuti kaidah pedagogik secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari sederhana ke kompleks, dan dari mudah ke sulit, dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Belajar akan bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di bawah bimbingan guru. Pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu (KTSP, 2006).

C. Strategi Pembelajaran Multi Level Learning (MLL)

Strategi pembelajaran merupakan kebutuhan guru dalam menyampaikan suatu materi tertentu, pemilihan strategi yang dirasa tepat diharapkan akan menghasilkan hasil belajar siswa yang lebih baik. Dalam materi pelatihan terintegrasi disebutkan bahwa, strategi pembelajaran mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik pembelajaran. Strategi merupakan siasat dalam pembelajaran seperti mengaktifkan peserta didik. Dalam strategi terdapat beberapa pendekatan, misalnya konstruktivisme dan realistik. Sedangkan pendekatan merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya masih teoritis atau konseptual. Metode merupakan cara mengajar yang sifatnya umum dan dapat dilakukan pada semua mata pelajaran. Tehnik merupakan cara


(40)

22

mengajar yang bersifat khusus sesuai dengan karakter materi pelajaran, peserta didik atau keterampilan guru. Dalam penelitian ini yang dimaksud strategi pembelajaran merupakan konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu, yaitu tercapainya indikator pembelajaran dan keaktifan dalam proses pembelajaran.

Menurut Silberman (2001) strategi membangun team (team-building strategies) membantu para peserta didik untuk lebih mengenal kembali atau membangun semangat team dengan sebuah kelompok yang telah mengenal satu sama lain, beliau berpendapat bahwa strategi yang didasarkan atas kelompok-kelompok merupakan strategi yang aktif, membuat para peserta didik bergerak secara fisik, untuk berbagai opini dan perasaan mereka secara terbuka.

Munculnya strategi baru dalam pembelajaran merupakan inovasi yang diartikan sebagai membuat produk baru untuk memperbaiki suatu pembelajaran, produk tersebut dapat berupa materi pembelajaran baru, ataupun program pembelajaran baru (Tim MKPBM UPI, 2001:126).

Jadi strategi Multi Level Learning (MLL) dalam penelitian ini adalah suatu strategi pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa, juga inovatif dengan menggunakan CD interaktif dalam pembelajarannya. Dalam kamus Inggris Indonesia, Multi Level berarti bertingkat-tingkat. Sedangkan Learning adalah pembelajaran. Jadi, Multi Level Learning adalah sistem pembelajaran yang bertingkat-tingkat. Keberhasilan mencapai prestasi dalam sistem pembelajaran ini tak hanya terletak pada satu individu saja


(41)

(perorangan), namun ditunjang oleh kerja sama (kolaborasi) yang dibangun antar anggota jaringan. Dalam strategi ini siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata menjadi sumber belajar bagi siswa lain yang setingkat lebih rendah. Dengan menggunakan strategi Multi Level Learning (MLL) dalam pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa dan siswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan keaktifan siswa itu sendiri. Jadi, strategi Multi Level Learning merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan oleh seorang siswa untuk membentuk jaringan belajar. Maksudnya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar terbagi dalam kelompok-kelompok kecil dan tiap kelompok terdiri dari 5 – 7 anggota jaringan serta setiap kelompok diketuai oleh seorang siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata menjadi sumber belajar.

Gambar 1 Skema Instruksional Strategi Multi Level Learning (MLL)

Keterangan: G = Guru


(42)

24

Skema tersebut di atas dibentuk dengan memperhatikan tingkat nilai IQ berdasarkan hasil test IQ yang diselenggarakan oleh sekolah dengan bantuan tim yang ditunjuk dan tim tersebut mempunyai sertifikasi untuk menguji IQ siswa, tes IQ disini bukan satu-satunya cara dalam menentukan kelompok, namun dapat juga menggunakan tes awal lainnya. Huruf – huruf A, B, C, D, E, dan F menunjukkan siswa yang mempunyai IQ diatas rata-rata, sedangkan A1, A2, B1, B2, C1, C2, D1, D2, E1, E2, F1, dan F2 adalah siswa yang mempunyai nilai IQ setingkat di bawah IQ di atas rata-rata, demikian dan seterusnya.

Langkah-langkah Instruksional:

1. Membentuk kelompok yang terdiri dari 5 – 7 siswa per kelompoknya, menggunakan dasar tes IQ atau tes awal lainnya.

2. Memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya materi yang akan disajikan.

3. Memberikan persepsi pada siswa harus memiliki akan “baik” bersama atau akan “buruk” bersama atas hasil belajar mereka dalam kelompoknya.

4. Para siswa diberi tanggung jawab siswa lain dalam kelompoknya, disamping bertanggung jawab atas dirinya.

5. Diberikannya CD interaktif pada setiap kelompok beberapa hari sebelum pembelajaran klasikal.

6. Diberikannya CD interaktif klasikal, atau secara meluas keseluruh siswa pada jam pembelajaran.


(43)

8. Pada hasil akhir evaluasi mengumumkan kelompok terbaik dengan memperhatikan rata-rata hasil belajar tiap kelompok.

Sementara peran guru dalam MLL adalah sebagai berikut:

1. Bertindak sebagai fasilitator di antaranya menyediakan CD interaktif. 2. Bertindak sebagai pembimbing di kelas.

3. Membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok.

4. Menampung pertanyaan-pertanyaan dari siswa dan memberikan penguatan atas materi yang disampaikan.

5. Mengontrol hasil kerja siswa lewat LKS yang diberikan. 6. Membantu siswa dalam membuat rangkuman materi.

7. Pada akhir materi memberikan evaluasi untuk hasil belajar siswa.

Sedangkan peran siswa dalam MLL sebagai berikut:

1. Mempelajari CD interaktif yang di berikan guru bersama kelompoknya di luar jam pelajaran.

2. Mengikuti jalannya pembelajaran CD interaktif secara klasikal 3. Berdiskusi dengan kelompoknya sesuai pengaturan guru model MLL. 4. Mencatat beberapa pertanyaan yang dirasa masih belum jelas.

5. Mengerjakan LKS.

6. Membuat rangkuman pada setiap akhir pembelajaran.


(44)

26

Menurut hemat kami ada beberapa kelebihan sistem MLL berbantuan CD interaktif antara lain sebagai berikut:

1. Siswa belajar dalam suasana bebas atas kritikan dan penilaian dari CD interaktif, kreativitas siswa tidak akan berkembang sepenuhnya di dalam suasana di mana siswa merasa sedang diawasi atau dinilai.

2. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

3. Memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.

4. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

5. Memotivasi siswa sebagai masyarakat belajar dalam kelompoknya masing-masing.

6. Mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri dan memotivasinya untuk lebih percaya diri.

7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, di mana mereka telah saling membantu dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Dari kegiatan MLL berbantuan CD interaktif tersebut diberikan sebuah kompetisi pada tiap kelompok, yang diharapkan akan lebih memotivasi mereka membentuk tim solid.

Keuntungan strategi Multi Level Learning :


(45)

2. Seni berhubungan dengan orang lain dalam hal menjawab maupun menerima penjelasan pada proses pembelajaran.

3. Mengembangkan keterampilan siswa ( berbagi tugas, aktif bertanya). 4. Menghargai pendapat orang lain.

5. Siswa terlibat aktif.

6. Memperpanjang waktu fokus (bisa di manapun untuk saling belajar). Adapun kelemahan ataupun kekurangan strategi MLL:

1. Masih adanya siswa belum memiliki komputer, sehingga sulit untuk belajar menggunakan CD interaktif.

2. Terbentuknya kelompok atas dasar tes IQ atau tes awal, sehingga siswa tidak dapat memilih sendiri team kelompoknya.

3. Letak tempat tinggal antar siswa dalam kelompok yang berjauhan, mengurangi berkumpulnya kelompok tersebut secara utuh.

D. Aplikasi Komputer

Menurut Robert Taylor, 1998 (dalam Wijaya, 2005:14) peran komputer dapat dipilah menjadi tiga kategori yaitu:

1. Komputer sebagai tutor

Dalam penerapannya, komputer dalam kategori ini sudah diprogram terlebih dahulu oleh programmer (pembuat program). Pada umumnya program-program komputer ini memberi/menyediakan beberapa informasi/teori sehingga siswa dapat: mempelajarinya, memberikan


(46)

28

respon atau tanggapan jika terdapat pertanyaan yang perlu dijawab siswa, komputer kembali merespon ataupun mengevaluasi terhadap jawaban siswa tersebut ataupun memberikan tambahan informasi baru. 2. Komputer sebagai alat bantu

Komputer sebagai alat disini lebih menekankan pada pemanfaatan komputer yang digunakan sebagi alat bantu dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik untuk kepentingan guru maupun siswa.

3. Komputer sebagai tutee

Dalam sub kategori ini, komputer itu sendiri yang menjadi objek dari pembelajarannya, karena guru maupun siswa memprogram komputer dengan bahasa pemograman tertentu untuk melakukan perintah-perintah yang dikehendaki. Bahasa yang sering digunakan antara lain basic dan pascal.

Guna mendukung penelitian ini pemanfaatan komputer sebagai tutor dan sebagai alat bantu dalam pembelajaran, salah satunya adalah media pembelajaran yang berbentuk CD (Nuriana, 2007), kemudian dikemas dalam bentuk CD interaktif bertujuan untuk membuat kemasan pengajaran yang lebih menarik perhatian siswa, dan juga lebih mudah buat guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Henricus (2007), CD interaktif dapat juga dikatakan sebagai kepingan CD berisi program yang dapat berinteraksi atau merespon si pengguna dengan bantuan media lain berupa komputer. CD interaktif dikemas dalam 2 versi yaitu: 1) CD interaktif individual untuk tiap kelompok, dan 2) CD interaktif klasikal pada saat proses


(47)

pembelajaran. Di mana kedua CD interaktif tersebut sudah disiapkan sebelum proses pembelajaran.

E. Tes Potensi Kecerdasan (IQ)

Tes IQ atau biasa disebut psikotes banyak sekali macam dan fungsinya, untuk tes yang diadakan di Sekolah Menengah Umum dapat digunakan untuk mengarahkan penjurusan siswa IPA, IPS, atau bahasa, dan dapat juga digunakan untuk memilih jurusan setelah mereka lulus nantinya. Dalam tes IQ ini ada tersedia 12 kelompok pekerjaan yang harus dipilih berdasarkan rangking/urutan ketertarikan/minat siswa, antara lain:

1. Outdor yaitu pekerjaan di mana aktifitasnya dilakukan di luar ruangan. 2. Mechanical yaitu pekerjaan berhubungan atau menggunakan

mesin-mesin, alat-alat, dan daya mekanik.

3. Computational yaitu pekerjaan berhubungan dengan hitungan menggunakan angka-angka.

4. Scientific yaitu pekerjaan dengan ruang lingkup analisa, penelitian, penyelidikan, eksperimen dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. 5. Personal Contact (pers) yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan

manusia, kegiatan diskusi membujuk/memperngaruhi dan bergaul. 6. Aesthetik yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan dunia seni dan

keindahan.

7. Literary/Literature yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan buku-buku dan bahan bacaan menulis/mengarang.


(48)

30

8. Musical yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan alat musik atau pengamat musik.

9. Social Service yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan kesejahteraan penduduk dengan motivasi untuk membimbing dan menasehati orang dan memberikan pelayanan kepada orang lain.

10. Clerikal yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-tugas rutin yang membutuhkan kecermatan, ketepatan, dan ketelitian.

11. Practical yaitu suatu pekerjaan yang berhubungan dengan hal-hal praktis namun harus memiliki keterampilan.

12. Medical yaitu pekerjaan yang berhungan dengan kesehatan/pengobatan medis.

Adapun kriteria pembagian kelompok menurut potensi kecerdasan (IQ) diatur sebagai berikut:

Tabel 1 Kriteria Potensi Kecerdasan (IQ)

NO. NILAI TES IQ KRITERIA

1. 80 – 89 Dibawah rata-rata

2. 90 – 95 Rata-rata bawah

3. 96 – 105 Rata-rata

4. 106 – 110 Rata-rata atas

5. 111 – 120 Di atas rata-rata

6. 121 – 130 Superior


(49)

F. Keaktifan

Banyak cara untuk mencapai keberhasilan dalam proses mengajar, misalnya banyak praktek dan juga kita harus mau belajar dari pengalaman orang-orang yang sukses dalam menjalankan tugas sebagai guru. Mengetahui dasar-dasar mengajar dan menjalankannya dengan baik juga merupakan salah satu upaya untuk keberhasilan dalam interaksi belajar-mengajar, demikian banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar, salah satunya yaitu keaktifan.

Menurut Sriyono (1991:75) yang dimaksud keaktifan di sini adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar siswa-siswanya aktif, jasmani maupun rokhani. Keaktifan jasmani maupun rokhani meliputi :

a. Keaktifan indera.

Para siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

b. Keaktifan akal.

Akal para siswa harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, mempertimbangkan, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan. c. Keaktifan ingatan.

Pada waktu pembelajaran siswa harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru, dan kemudian menyimpannya dalam otak, dan pada suatu saat siswa siap dan mampu mengutarakan kembali.

d. Keaktifan emosi.

Siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena sesungguhnya mencintai pelajaran akan menambah hasil belajar siswa.


(50)

32

Pada penelitian ini penulis mengamati keaktifan siswa dengan menuliskan beberapa indikator, indikator keaktifan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.

G. Keterampilan Proses

Setelah keaktifan, pada penelitian ini penulis juga mengamati keterampilan proses siswa, proses menurut Syah (2003:109) berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawentahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Jadi keterampilan berproses dalam pembelajaran adalah suatu kecakapan yang diperoleh akibat langkah-langkah strategi pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Indikator keterampilan proses yang diamati pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 5.

H. Hasil Belajar

Winkel (1999:34) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Sedangkan Menurut Gagne


(51)

(dalam Nasution S, 2005:131), hasil belajar dapat dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan atau kemampuan seseorang, di mana proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap. Jadi, dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak seseorang siswa, juga perubahan diri dari tidak tahu menjadi tahu, yang dilakukannya secara bertahap.

I. Pembelajaran Logika Matematika

Logika matematika merupakan materi yang sebagian besar disampaikan oleh guru berupa dogma-dogma, sehingga siswa hanya bisa menghafal materi itu tanpa dapat mereka fahami makna maupun kegunaan yang terkandung di dalamnya, materi logika matematika dalam silabus pengajaran sebagai berikut: 1. Standar Kompetensi

Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor.

2. Kompetensi Dasar

a. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor.

b. Merumuskan pernyataan yang setara dengan pernyataan majemuk atau pernyataan berkuantor yang diberikan.

c. Menggunakan prinsip logika matematika yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor dalam penarikan kesimpulan dan pemecahan masalah.


(52)

34

3. Indikator

a. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor. b. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor. c. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk. d. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan majemuk.

f. Memeriksa keekuivalenan antara dua pernyataan majemuk/pernyataan berkuantor.

g.Membuktikan keekuivalenan antara dua pernyataan majemuk/pernyataan berkuantor.

h. Membuat pernyataan yang ekuivalen dengan pernyataan majemuk/pernyataan berkuantor.

i. Memeriksa keabsahan penarikan kesimpulan menggunakan prinsip logika matematika.

j. Menentukan kesimpulan dari beberapa premis yang diberikan.

J. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dan penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan (Riduan 2004:25). Keefektifan suatu strategi pembelajaran merupakan suatu standar keberhasilan, artinya semakin berhasil pembelajaran tersebut mencapai tujuan yang telah ditentukan, berarti semakin tinggi tingkat


(53)

keefektifannya. Tingkat efektifitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Perilaku pendidik yang efektif, antara lain: 1) mengajar dengan jelas, 2) menggunakan variasi model pembelajaran, 3) menggunakan variasi sumber belajar, 4) antusiasme, 5) memberdayakan peserta didik, 6) menggunakan konteks (lingkungan) sebagai sarana pembelajaran, 7) menggunakan jenis penugasan, dan 8) pertanyaan yang membangkitkan daya pikir dan keingintahuan. Sedangkan perilaku peserta didik yang efektif adalah 1) motivasi/ semangat belajar, 2) keseriusan, 3) perhatian, 4) pencatatan, 5) pertanyaan, 6) senang melakukan latihan, dan 7) sikap belajar yang positif (Depdiknas 2004:18).

Logika Matematika adalah cabang dari matematika yang banyak mempelajari penalaran sehingga terkadang diterima oleh siswa sebagai dogma-dogma. Tujuan mempelajari matematika adalah 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsisten, 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, 3) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003). Dengan demikian pembelajaran logika matematika tidak ditekankan pada kemampuan menghafal semacam dogma-dogma, tetapi mendorong siswa


(54)

36

mengkonstruksikan pengetahuannya secara mandiri. Melalui strategi Multi Level learning siswa diharapkan belajar mengalami, bukan menghafal, dan menekankan pemecahan pada kelompoknya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran akan efektif dapat melalui strategi yang efektif pula, maka penulis mengenalkan sebuah strategi pembelajaran baru yaitu strategi Multi Level Learning yang lewat penelitian ini akan diuji apakah merupakan strategi yang efektif lewat keaktifan dan keterampilan prosesnya pada pembelajaran logika matematika.

K. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis dapat diajukan sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dapat mencapai tuntas belajar pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2.

2. Pengaruh keaktifan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

3. Pengaruh keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.


(55)

4. Keaktifan dan keterampilan proses secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2 SMA Negeri 3 Brebes.

5. Rata–rata hasil belajar Strategi Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif lebih baik dibandingkan strategi konvensional pada pembelajaran materi Logika Matematika.


(56)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Jenis Penelitian. 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 3 Brebes, Jalan MT. Haryono No. 78 Brebes tahun pelajaran 2007 / 2008.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen, yaitu membandingkan keefektifan strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dengan strategi konvensional terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika khususnya Logika Matematika.

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh pene1iti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:57). Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Brebes tahun pelajaran 2007/2008, sedangkan sampel penelitian, yaitu sebagian dari populasi penelitian. Sampel penelitian diambil berdasarkan kelas tertentu, yaitu kelas X yang terdiri dari sembilan kelas yang ada di SMA Negeri 3 Brebes, diambil dua kelas


(57)

secara acak. Pengambilan dua kelas secara acak dengan pertimbangan: 1) pemilihan anak dalam suatu kelas tidak didasarkan atas rangking nilai tetapi secara acak oleh pihak sekolah, 2) semua kelas diberi pelajaran dengan kurikulum yang sama, dan 3) guru yang mengajar di kelas X juga sama. Dari dua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu strategi Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dan strategi konvensional. Sampel masing-masing kelas 39 siswa kelas eksperimen dan 42 siswa kelas konvensional. Sebelum ditetapkan sebagai anggota sampel penelitian kedua kelas itu diuji homoginitasnya.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel secara teknik random sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampel ini dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Sejalan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu Keefektifan Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dan strategi konvensional dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa. Sehingga, untuk menghindari distorsi hasil penelitian, strategi pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan sampel random. Sedangkan populasinya adalah kelas X yang terbagi atas kelas X-1 sampai dengan X-9. Kelas yang dijadikan sampel ditarik dari sembilan kelas tersebut melalui pengambilan sampel acak sederhana, yaitu X-1. dan X-7,


(58)

40

dengan pertimbangan pemilihan siswa suatu kelas tidak didasarkan atas rangking nilai tetapi secara acak oleh pihak sekolah, semua kelas diberi pelajaran dengan kurikulum yang sama, dan guru yang mengajar di kelas X juga sama, sehingga dianggap kelas-kelas tersebut sudah homogen.

3. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono, 2002:2). Dalam penelitian ini ada dua macam variabel, yaitu:

a. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (dependent). Jadi variabel bebas/independent adalah variabel yang mempengaruhi.

b. Variabel Terikat (dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, dari variabel bebas.

Variabel – variabel dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk hipotesis 1 (kelas eksperimen)

Variabelnya adalah: hasil belajar kelas eksperimen. 2. Untuk hipotesis 2 dan 3

Variabelnya adalah:

i) X1 dan X2 merupakan hasil pengamatan keaktifan atau

keterampilan proses. ii) Y merupakan hasil belajar.


(59)

3. Untuk hipotesis 4 Variabelnya adalah:

i) X1 merupakan hasil pengamatan keaktifan.

ii) X2 merupakan hasil pengamatan keterampilan proses.

iii) Y merupakan hasil belajar.

5. Untuk hipotesis 5 (kelas eksperimen dan kontrol)

Variabelnya adalah hasil belajar dari ke dua kelas tersebut. C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik tes. Tes ialah himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (testee) dengan tujuan mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites (Depdikbud, 1999). Data yang diperoleh berupa nilai tes dari masing-masing perlakuan, yaitu nilai tes hasil pembelajaran Logika Matematika dengan strategi Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif, dan nilai tes hasil pembelajaran strategi konvensional, dan perilaku peserta didik yang efektif.

Pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode: 1. Metode tes (pencil-paper test), digunakan untuk memperoleh data hasil

belajar siswa yaitu variabel Y ( Y1 dan Y2 ) untuk ranah pengetahuan dan

pemahaman konsep atau kognitif.

2. Metode pengamatan, digunakan untuk memperoleh data keaktifan siswa dan keterampilan proses belajar siswa yaitu variabel X1 dan X2.


(60)

42

Sedangkan instrumen variabel keaktifan dan keterampilan proses belajar siswa terdiri dari 20 item. Pengelompokan jawaban siswa dibagi dalam lima rentang skor dengan kategori 1, 2, 3, 4, dan 5 yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Pengamatan untuk variabel keaktifan dan keterampilan proses minimal dilakukan oleh dua orang pengamat dengan tujuan agar hasil pengamatan lebih objektif. Hal ini juga berdasarkan pertimbangan jumlah siswa dalam kelas yaitu berkisar 39 dan 43 siswa, sehingga tidak memungkinkan jumlah pengamat hanya terdiri dari satu orang.

Uji coba untuk menguji validitas dan reliabilitas tes digunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 13. Program ini pada perkembangannya sekarang, SPSS sudah banyak digunakan tidak hanya oleh kalangan eksak saja tetapi disiplin ilmu lainnya. SPSS memuat perangkat-perangkat statistik dasar, sehingga cukup baik dipergunakan untuk memahami sifat-sifat suatu pengolahan data secara sederhana (Sukestiyarno, 2006:2). Sedangkan daya pembeda soal untuk menentukan dapat atau tidak suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok itu. Tujuan dari pengujian daya pembeda adalah untuk melihat kemampuan butir soal dalam membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan adalah:


(61)

ID =

maksimal skor

x NKB NKA

KB KA

)

( +

Keterangan rumus: ID = Indek diskriminasi

KA= Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok atas.

KB= Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok bawah.

NKA = Jumlah siswa yang tegolong kelompok atas. NKB = Jumlah siswa yang tegolong kelompok bawah.

Untuk memperoleh gambaran ID yang membedakan atau tidak membedakan, dapat dipakai tabel berikut:

Tabel 2 Tabel Ancar-ancar ID Daya Beda ID – ID Kualifikasi 0,80 – 1,00

0,60 – 0,79 0,40 – 0,59 0,20 – 0,39 Negatif – 0,19

Sangat membedakan Lebih membedakan Cukup membedakan Kurang membedakan Sangat kurang membedakan Sumber : Masidjo (1995:203)


(62)

44

D. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis nomor 1 yaitu hasil belajar strategi Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dapat mencapai ketuntasan belajar, dengan menggunakan uji satu variabel, ketuntasan belajar dipilih uji t dengan rumus:

t =

n S X −μ

(Sugiyono, 2002:98).

Dimana : X = rata-rata hasil belajar

μ = Nilai ketuntasan belajar minimal S = standar deviasi

n = banyak siswa

Untuk ketuntasan belajar diambil hipotesis sebagai berikut: Ho : μ > 65 ( rata-rata hasil belajar mencapai tuntas belajar) H1 : μ < 65 ( rata-rata hasil belajar tidak mencapai tuntas belajar)

μ: Rata-rata hasil belajar matematika dengan strategi Multi Level Learning. Kriteria ketuntasan belajar dalam penelitian ini untuk variabel hasil belajar dengan menggunakan strategi Multi Level Learning sebesar 65 %, menerima atau menolak hipotesis baca pada tabel One-sample Statistics dan One-sample Test. Jika nilai t hitung<-ttabel maka Ho ditolak, yang berarti hasil belajar

menggunakan strategi Multi Level Learning mencapai tidak mencapai ketuntasan belajar minimal 65.

Untuk menguji hipotesis nomor 2, 3, dan 4 ditunjukkan lewat alur kerja sebagai berikut:


(63)

Gambar 2 Alur Kerja Pengujian Hipotesis

Untuk hipotesis 2 yaitu pengaruh dan seberapa besar pengaruh keaktifan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif, dan hipotesis 3 yaitu pengaruh keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif, dengan analisis regresi sederhana:

X

Y =α +β estimasi dengan rumus:

Yˆ= a + bX, dengan a = α dan b = β Keterangan:

Yˆ = subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan. a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan

Keaktifan Siswa (X

1

)

Keterampilan Proses siswa

(X

2

)

Hasil Belajar (Y)

rx1y

rx2y


(64)

46

pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi penurunan.

X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu . Harga a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus:

a =

(

)

(

)

(

)(

)

(

)

2 2 2 Xi Xi n XiYi Xi Xi Yi ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ ∑

b =

(

)(

)

(

)

2 2 Xi Xi n Yi Xi XiYi n ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ (Sugiyono,2002:245). Untuk menguji keberartian:

Ho : β =0 (regresi tidak berarti)

H1 : β ≠0 (regresi berarti)

Jika H0 ditolak, maka model diterima.

Untuk menguji kelinearan:

Ho : β =0 (persamaan tidak linear)

H1 : β ≠0 (persamaan adalah linear)

dimana ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = b a

β , jika H0 ditolak, maka regresi linear antara X dan Y.

Menerima atau menolak hipotesis baca pada tabel anova. Jika nilai signifikan < 5% maka H0 ditolak atau persamaan adalah linear. Setelah diuji model tersebut kelinearan bisa dihitung seberapa kuat X mempengaruhi Y baca output model summary yaitu dapat dilihat pada nilai R square dengan rumus:

R2 =

(

)

(

)

2

2 ˆ Y Yi Y Y − ∑ − ∑ = JKT JKR


(65)

Secara teoritis dalam hal regresi sederhana dapat ditunjukkan R2 = r2 (r adalah determinasi).

Untuk menguji hipotesis 4 yaitu pengaruh dan seberapa besar pengaruh keaktifan dan ketrampilan proses secara simultan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran

Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif. dengan rumus uji regresi linear ganda sebagai berikut:

)

1

/(

/

=

k

n

JK

k

JK

F

res reg dimana :

+

+ +

= i i k k i i i i

reg a x y a x y a x y

JK ... 2 2 1 1 2 ) ˆ

(Y Y

JK res =

i − (Sudjana,

1989:354).

apabila F hitung > F tabel disimpulkan bahwa regresi linear ganda bersifat nyata, selanjutnya untuk rumus persamaan linear ganda sebagai berikut:

Y =

α

+

β

X

1

+

γ

X

2 dengan rumus estimasi:

2 1

ˆ

a

bX

cX

Y

=

+

+

, dimana a=α, b=β, dan c=γ .

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keaktifan dan keterampilan proses terhadap hasil belajar, dapat di lihat pada output SPSS versi 13 dari nilai R2 (R-square).


(66)

48

Untuk menguji hipotesis nomor 5 yaitu rata-rata hasil belajar Strategi

Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif lebih baik dibandingkan strategi konvensional pada pembelajaran materi Logika Matematika., dengan uji banding 2 variabel:

Uji Kesamaan varian :

H0 : Varian Variabel Y1 = varian variabel Y2

H1 : Varian Variabel Y1≠ varian variabel Y2

Menerima atau menolak hipotesis baca pada tabel Group Statistics dan Independent Samples Test. Jika nilai signifikan < 5% maka H0 ditolak artinya

varians berbeda. Sehingga dipilih asumsi: Equal Variances Not Assumed.

Uji hasil belajar.

Hipotesis : H0 : µ1 = µ2 (rataan Y1 sama dengan rataan Y2)

H1 : µ1 ≠ µ2 (rataan Y1 tidak sama dengan rataan Y2)

Uji t dipengaruhi oleh hasil uji kesamaan dua varians antara kelompok, yaitu:

(1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus yang digunakan adalah:

) 1 1 ( 2 1 2 2 1 n n S x x t + −

= , dimana:

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − = n n S n S n S Keterangan: 1

x = Rata-rata nilai hasil belajar dengan strategi Multi Level Learning. 2

x = Rata-rata nilai hasil belajar dengan stratregi Kovensional (kontrol). 2

1

S = Varians nilai hasil belajar dengan stategi MLL. 2

2


(67)

1

n = Jumlah anggota dengan stategi MLL. 2

n = Jumlah anggota dengan stratregi Kovensional (kontrol). Kriteria pengujian adalah:

Terima Ho jika

1 2 2 , 2 1 1 2 1

'

1 , 2 1

1 − + −

<

<

− +

n n

t

t

t

n n α α (Sudjana,1989:239).

(2). Jika varians kedua kelompok tidak sama, maka rumus yang digunakan adalah: 2 2 2 1 2 1 2 1 ' n S n S x x t + −

= , (Sudjana,1989:241)

Keterangan: 1

x = Rata-rata nilai hasil belajar dengan stategi MLL. 2

x = Rata-rata nilai hasil belajar dengan stratregi Kovensional (kontrol). 2

1

S = Varians nilai-nilai kelompok Multi Level Learning. 2

2

S = Varians nilai-nilai kelompok Kovensional (kontrol). 1

n = Jumlah anggota kelas eksperimen (strategi MLL). 2

n = Jumlah anggota kelas konvensional (kontrol). Kriteria yang digunakan adalah terima hipotesis Ho jika:

1 2 2 , 2 1 1 2 1 ' 1 , 2 1

1 − + −

<

<

− +

n n

t

t

t

n n α α


(68)

50

Nilai signifikan dilihat pada deretan Equal Variances Not Assumed. Jika nilai signifikan < 5% maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan antara rataan Y1

dan rataan Y2. Apabila kelas eksperimen dan kontrol mempunyai perbedaan

untuk kemudian dibandingkan mana yang lebih baik hasil belajarnya.

E. Indikator Pencapaian

Standar Ketuntasan hasil belajar minimal mata pelajaran matematika yang ditetapkan di SMA Negeri 3 Brebes adalah 60. Pembelajaran Logika matematika dengan strategi Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada penelitian ini akan memprogramkan nilai standar ketuntasan hasil belajar 65. Sedangkan standar ketuntasan keaktifan dan keterampilan proses yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 75 dengan pertimbangan keaktifan dan keterampilan proses harus lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika yang dicapai siswa, sehingga harapannya akan tampak strategi MLL ini mampu membuat siswa tertarik dan mengikuti proses belajar dengan lebih baik.


(69)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Data

Penelitian dilaksananakan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadual jam pembelajaran yang diatur oleh sekolah, kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Silabus pada lampiran 20, Rencana Pembelajaran pada lampiran 21, dan Lembar Kerja Siswa pada lampiran 6. Data yang diperoleh merupakan data hasil pengamatan terhadap keaktifan dan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran matematika dengan strategi Multi Level Learning (MLL), sedangkan data hasil belajar siswa diambil dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menjelaskan tentang penelitian mulai dari uji coba instrumen sampai analisis data. Pada penelitian ini terdapat 3 kelas yaitu kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas ujicoba. Sebelum melakukan penelitian dimulai dari ujicoba instrumen, sehingga pada penelitian ini ada 1 kelas yang diberi nama kelas “uji coba” yang dikandung maksud agar uji coba instrumen dilakukan pada kelas lain.

Hasil analisis studi lapangan untuk memperoleh data dengan tehnik tes setelah dilakukan strategi pembelajaran Multi Level Learning (MLL) yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada materi Logika Matematika dengan pembelajaran konvensional. Variabel pada penelitian ini, kelas eksperimen dan


(70)

52

kelas kontrol diuji secara statistik, yaitu hasil belajar dari kelas eksperimen dengan menggunakan strategi Multi Level Learning (MLL) yang kompetitif berbantuan CD interaktif dengan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.

1. Hasil Uji coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen dilakukan di luar jangkauan kelas yang akan diteliti yang kebetulan terjadi rehab kelas di SMA Negeri 3 brebes sehingga dengan terpaksa ada 2 kelas yaitu kelas X-3 dan X-4 diletakkan digedung laboratorium MIPA sebelah utara jalan, dari 2 kelas tersebut dipilih acak diperoleh kelas X-3 dengan harapan mendapatkan hasil yang valid dan reliabel. Setelah diuji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS versi 13, di diskripsikan sebagai berikut: a. Jumlah item uji coba adalah 20 soal, terdiri dari atas 20 soal pilihan

ganda dengan lima option.

b. Untuk mengetahui soal yang valid dan tidak valid dilihat nilai korelasi product moment untuk dk = 43 – 1 = 42 untuk alpha 5 % adalah 0,304. Jadi, hanya soal pilihan ganda nomer 6, 7, 9, 11, dan 15 saja yang tidak valid. Soal yang tidak valid dibuang.

Sedangkan soal yang reliabel dilihat pada output SPSS sebagai berikut:

Sumber : Data terolah Tabel 3 Reliabel Statistik

.931 20

Cronbach's


(71)

pada nilai alpha = 0,931 dicocokkan dengan nilai r product moment adalah 0,304 ternyata alpha lebih dari r tabel, artinya signifikan atau reliabel. Selanjutnya perhitungan taraf pembeda suatu item, yaitu daya beda antara siswa kelompok atas dengan kelompok bawah diperoleh: KA = 192, KB = 33, (NKA+NKB) x Skor Maximal = 860, diperoleh indeks diskriminasi atau ID = 0,40, jadi soal semuanya cukup membedakan. (Rumus dan Kriteria ID pada halaman 40).

Selanjutnya tingkat kesukaran instrumen tes digunakan rumus

JS B

P= .

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu benar JS = Jumlah seluruh peserta tes (Arikunto, 1999:208).

Menurut ketentuan indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: a. Soal dengan P antara 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar. b. Soal dengan P antara 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang. c. Soal dengan P antara 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70 (Arikunto, 1999:210). Untuk menghindari kerancuan setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:


(72)

54

a. Soal dengan 0,00 < P < 0,30 adalah soal sukar. b. Soal dengan 0,30 < P < 0,70 adalah soal sedang. c. Soal dengan 0,70 < P < 1,00 adalah soal mudah.

Dari hasil yang diolah dengan menggunakan software Excel, dari 20 item soal uji coba diperoleh:

Tabel 4 Tingkat Kesukaran Soal Tes Uji coba No. Soal No. Indeks

Kesukaran (P)

Klasifikasi Kesukaran

1. Soal 1 0,5 Sedang

2. Soal 2 0,7 Mudah

3. Soal 3 0,6 Sedang

4. Soal 4 0,4 Sedang

5. Soal 5 0,5 Sedang

6. Soal 6 0,7 Mudah

7. Soal 7 0,4 Sedang

8. Soal 8 0,6 Sedang

9. Soal 9 0,7 Mudah

10. Soal 10 0,4 Sedang

11. Soal 11 0,8 Mudah

12. Soal 12 0,5 Sedang

13. Soal 13 0,6 Sedang

14. Soal 14 0,6 Sedang

15. Soal 15 0,7 Mudah

16. Soal 16 0,5 Sedang

17. Soal 17 0,6 Sedang

18. Soal 18 0,5 Sedang

19. Soal 19 0,6 Sedang

20. Soal 20 0,5 Sedang


(73)

Tabel di atas menunjukkan dari 20 item soal diperoleh 5 soal mudah, 15 soal sedang, dan tidak ada soal yang sukar. Demikian pula uji coba Instrumen keaktifan dan keterampilan Proses, dilakukan uji coba pada kelas X-3, dengan cara mengajarkan Pembelajaran Multi Level Learning

(MLL) yang kompetitif dengan bantuan CD interaktif, hanya pada satu kali pertemuan atau satu Kompetensi Dasar. Dari 20 instrumen baik keaktifan maupun keterampilan proses yang berisi 5 option, ada 3 instrumen yang tidak reliabel yaitu 8, 13, dan 19 pada keaktifan dan 2 instrumen tidak reliabel yaitu 12, dan 19 pada keterampilan proses, kemudian dilakukan revisi option bersama-sama dengan 2 pengamat (lampiran 2).

2. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan data hasil belajar dengan menggunakan strategi multi level learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif pada materi logika matematika dan hasil belajar dengan menggunakan strategi konvensional, diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Hipotesis 1

Untuk menjawab hipotesis 1 yaitu : hasil belajar siswa yang mendapat strategi pembelajaran Multi Level Learning yang kompetitif berbantuan CD interaktif dapat mencapai tuntas belajar pada pembelajaran Logika Matematika kelas X semester 2, hasil output dengan SPSS ditunjukkan sebagai berikut:


(1)

170

Gambar 3 Siswa Mengoperasikan CD Interaktif


(2)

171

Gambar 5 Pengamat sedang mengamati keaktifan dan keterampilan proses i

Gambar 6 Pengamat sedang mengamati keaktifan dan keterampilan proses i


(3)

172

Gambar 7 Suasana belajar siswa pada pembelajaran Strategi Multi Level

L i

Gambar 8 Suasana belajar siswa pada pembelajaran Strategi Multi Level


(4)

173

Gambar 9 Tes hasil belajar siswa pada pembelajaran Strategis Multi Level

L i

Gambar 9 Tes hasil belajar siswa pada pembelajaran Strategis Multi Level


(5)

174

TABEL NILAI-NILAI r PRODUCT MOMENT

N Taraf Signif N Taraf Signif N Taraf Signif

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0,997 0,999 26 0,388 0,496 55 0,266 0,345

Lampiran 31

Gambar 11 Tes hasil belajar siswa pada pembelajaran Strategis

k i l

Gambar 15 Tes hasil belajar siswa pada pembelajaran Strategis


(6)

175

4 0,950 0,990 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330

5 0,878 0,959 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317

29 0,367 0,470 70 0,235 0,306

6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296

7 0,754 0,874

8 0,707 0,834 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286

9 0,666 0,798 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278

10 0,632 0,765 33 0,344 0,442 90 0,207 0,270

34 0,339 0,436 95 0,202 0,263

11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 100 0,195 0,256

12 0,576 0,708

13 0,553 0,684 36 0,329 0,424 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 37 0,325 0,418 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 38 0,320 0,413 175 0,148 0,194

39 0,316 0,408 200 0,138 0,181

16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 300 0,113 0,148

17 0,482 0,606

18 0,468 0,590 41 0,308 0,398 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 42 0,304 0,393 500 0,088 0,115

20 0,444 0,561 43 0,301 0,389

44 0,297 0,384 600 0,080 0,105

21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097

22 0,423 0,537

23 0,413 0,526 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 24 0,404 0,515 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086

25 0,396 0,505 48 0,284 0,368

49 0,281 0,364 1000 0,062 0,081

50 0,279 0,361


Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN CD INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI RUANG DIMENSI TIGA SMA KELAS X

0 66 181

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS MASALAH DENGAN MODALITAS VAK BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PROGRAM LINEAR DI SMA

0 4 143

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN PADA MATERI GEOMETRI KELAS VIII

0 37 229

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII MATERI PELUANG

4 107 174

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA DIMENSI TIGA

0 11 289

Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika melalui Problem Based Learning Berbantuan CD Interaktif pada Siswa Kelas IVB SDN Wates 01 Semarang

0 3 409

Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan CD Interaktif Materi Kesebangunan Kelas IX SMPN 1 Tersono Batang.

0 1 1

Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Based Learning Berbantuan CD Interaktif Materi Persegi Panjang dan Persegi Kelas VII SMPN 1 Limpung Batang.

0 1 184

Keefektifan Model Pembelajaran Quantum Teaching Berbantuan CD Pembelajaran dan LKS terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP N 2 Subah pada Materi Segitiga.

0 0 2

KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTS MADANI ALAUDDIN PAOPAO

0 2 149