Birokrasi sebagai organisasi dan institusi yang berhubungan dengan masyarakat, maka birokrosi yang ada tersebut harus mampu menjalankan peran
dan fungsinya secara bertanggung jawab. Di harapkan birokrasi pemerintahan yang ideal merupakan sekumpulan orang yang terorganisir dan berfungsi untuk
melayani dan menyelenggarakan administrasi yang ada di masyarakat. Oleh karena itu untuk mewujudkan birokrasi yang ideal tidak luput dari dukungan
aparatur pemerintahan yang memiliki dedikasi yang tinggi dan moral yang baik.
2. Orientasi Kebijakan Pelayanan Perizinan
Birokrasi mengandung pengertian adanya pengaturan agar sumber daya yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Birokrasi, sebagaimana dikemukakan oleh Weber merupakan sistem dalam, organisasi. Sebagai sebuah sistim dalam organisasi birokrasi haruslah diatur
secara rasional, impresonal kedinasan, bebas prasangka dan tidak memihak. Dengan pengaturan tersebut diharapkan organisasi akan dapat
memanfaatkan sumber daya manusia aparatur secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam konteks seperti yang diuraikan di atas
birokrasi sebenarnya bermakna positif. Birokrasi tidak seperti yang dikenal umum seperti saat ini. Birokrasi terlalu sering dimaknai negatif dengan proses yang
berbelit-belit, panjang, penuh ketidakpastian, penuh formalitas, feodal dan high cost economy, penghambat investasi dal lain sebagainya.
Birokrasi Indonesa dapat diibaratkan dengan sebuah bangunan yang mempunyai enam pilar utama. Pilar-pilar tersebut adalah individu aparatur,
kepemimpinan, struktur dan institusi, sistem dan prosedur, budaya masyarakat dan kesejahteraan. Namun demikian apabila dicermati satu persatu ternyata pilar-pilar
tersebut sangat rapuh. Pilar-pilar tersebut tidak cukup kokoh dan tidak akan mampu menopang bagi terciptanya birokrasi yang profesional. Individu aparatur
mempunyai beberapa kelemahan mendasar yaitu kurangnya kompetensi, lemahnya internalisasi nilai-nilai dan etos kerja, bekerja lebih banyak berdasarkan
perintah daripada inisiatif dan inovasi. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya tingkat kesejahteraan aparatur.Sistem dan prosedur birokrasi mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kelemahan yang mendasar yaitu kurangnya sistim pemantauan, pengendalian, pengawasan dan penilaian aparatur yang terukur, sistim karir yang tidak pasti,
prosedur mutasi dan promosi yang tidak transparan. Dari aspek struktur dan institusi terdapat kelemahan yang mendasar yaitu struktur yang besar dan
kewenangan yang tidak fokus. Institusi yang yang ada terjadi terjadi tumpang tindih ruang lingkup
pekerjaan, kurang koordinasi dan terjadi ego sektoral dan institusi yang tinggi. Sementara itu budaya masyarakat masih bertumpu pada beberapa kebiasaan lama.
Misalnya lebih baik berdamai dengan polisi daripada kena tilang. Atau memberi uang sogok agar urusannya dipercepat, tidak mau melaporkan bila ada
penyimpangan dan lain-lain. Setiap organisasi birokrasi dimanapun selalu mempunyai nilai-nilai dasar yang menjadi pedoman aparatur dalam bekerja. Tata
nilai yang ada dalam birokrasi tersebut menjadi acuan ukuran dan standar moral dalam menunaikan hak dan kewajibannya.
Tujuan pelayanan publik adalah menyediakan barang dan jasa yang terbaik bagi masyarakat. Barang dan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apa yang
dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian pelayanan publik yang terbaik adalah yang memberikan kepuasan terhadap
publik, kalau perlu melebihi harapan publik. Dalam arti luas konsep pelayanan publik public service identik dengan public administration yaitu berkorban atas
nama orang lain dalam mencapai kepentingan publik. Dalam konteks ini pelayanan publik lebih dititikberatkan kepada bagaimana elemen-elemen
administrasi publik seperti policy making, desain organisasi dan proses manajemen dimanfaatkan untuk mensukseskan pemberian pelayanan publik,
dimana pemerintah merupakan pihak provider yang diberi tanggung jawab.
33
Dalam dunia administrasi publik atau etika pelayanan publik diartikan sebagai filsafat dan profesional standar kode etik atau moral atau right rules of
conduct aturan berperilaku yang benar yang seharusnya dipatuhi dalam pemberian pelayanan publik atau administrator publik. Berdasarkan konsep dan
33
http:bakpiajogja.blogspot.com200901pelayanan-sebagai-orientasi-pns.html, diakses tanggal 1 September 2013
Universitas Sumatera Utara
etika pelayanan publik tersebut, yang dimaksud dengan etika pelayanan publik adalah suatu praktek administrasi publik dan atau pemberian pelayanan publik
delivery system yang didasarkan atas serangkaian tuntutan perilaku rules of conduct atau kode etik yang mengatur hal-hal yang baik yang gharus dilakukan
atau sebaliknya yang tidak baik agar dihindarkan. Dalam pemberian pelayanan publik di Indonesia pelanggaran moral dan
etika dapat diamati mulai dari proses kebijakan publik pengusulan program, proyek dan kegiatan yang tidak didasarkan atas kenyataan desain organisasi
pelayanan publik pengaturan struktur, formalisasi, dispersi otoritas yang sangat bisa terhadap kepentingan tertentu, proses manajemen pelayanan publik yang
penuh rekayasa dan kamuflase mulai dari perencanaan teknis, pengelolaan keuangan, sumber daya manusia, informasi dan sebagainya. Yang semuanya itu
nampak dari bersifat tidak transparan, tidak responsif, tidak akuntabel dan tidak mencerminkan keadilan. Semua kondisi tersebut telah diungkapkan sebagai salah
satu penyebab melemahnya pemerintahan kita, dan melemahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan bila tidak dilakukan upaya yang sistimatis
untuk memecahkan masalah tersebut akan berpengaruh pada pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan secara umum atau pemberian pelayanan umum,
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing.
3. Konsep Peningkatan Pelayanan Perizinan yang Optimal