hukum administrasi negara mempunyai hubungan dengan timbulnya perbuatan malpraktek administrasi.
Oleh karena itu instrumen perizinan menjadi salah satu faktor yang penting ketika seorang dokter akan membuka praktek kesehatan, karena instrumen
perizinan tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa dokter yang bersangkutan mempunyai kompeten untuk menjalankan praktik kedokterannya tersebut.
Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari
berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan
kewenangan yang secara terus-menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta
pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. untuk
memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima pelayanan kesehatan, dokter, dan dokter gigi. Pada dasarnya tindakan medis yang dilakukan
oleh pihak rumah sakitdokter merupakan tindakan yang sangat mulia yaitu dengan segala upaya melakukan penyelamatan dan pertolongan terhadap pasien.
Berdasarakan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk lebih menulis
skripsi mengenai “PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRAKTEK DOKTER DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan izin praktek dokter ?
2. Bagaimana pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter ?
3. Bagaimana prosedur perolehan izin praktek dokter ditinjau dari Hukum
Administrasi Negara ?
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan izin praktik dokter.
2. Untuk mengetahui pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik
dokter. 3.
Untuk mengetahui prosedur perolehan izin praktik dokter ditinjau dari Hukum Administrasi Negara.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Prosedur Perolehan Izin Praktek Dokter Ditinjau Dari Hukum
Administrasi Negara” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli disusun sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis
dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi
yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Perizinan
Pengertian izin vergunning berdasarkan Kamus Istilah Hukum dijelaskan sebagai berikut
4
4
S. J. Fockema Andreas, Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Groningen : Tweede Druk, J. B. Wolter’ Uitgevers-maatshappij N. V., 1951, hal.311.
:
Universitas Sumatera Utara
”Overheidstoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal van handeling waarop in het algemeen belang special toezicht vereist is, maar
die, in het algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd”. Izin dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan
pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal
yang sama sekali tidak dikehendaki. Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh,
dengan kata lain, Als opheffing van een algemene verbodsregel in het conrete geval, sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret
5
. Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara
bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal concreto berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan. E. Utrecht mengatakan bahwa bilamana pembuat peraturan umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya
asal saja diadakan secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka keputusan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat
suatu izin. Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang
6
. Pengertian izin pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
7
a. Izin dalam arti luas
:
Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk
mengemudikan tingkah laku para warga.
5
M. M. van Praag, Algemeen Nederlands Administratief Recht, ’s-Gravenhage : Juridischt Boekhandel en Uitgeverij A. Jongbloed Zoom, 1950, hlm.54.
6
Bagir Manan, Ketentuan-ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelenggaraan Hak Kemerdekaan Berkumpul Ditinjau dari Perspektif UUD 1945, Jakarta : Makalah Tidak
Dipublikasikan, 1995, hlm.8.
7
N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh Philipus M. Hadjon, Surabaya : Yuridika, 1993, hlm. 2-3.
Universitas Sumatera Utara
Izin dalam arti luas adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan, dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Hal ini menyangkut perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum
mengharuskan pengawasan khusus atasnya. b.
Izin dalam arti sempit Izin dalam arti sempit adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan. Izin
pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-keadaan
yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun dimana ia
menginginkan dapat melakukan pengawasan sekedarnya. Pada pokoknya izin dalam arti sempit ialah bahwa suatu tindakan dilarang,
terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas
tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya memberi perkenan dalam keadaan-keadaan yang sangat khusus, tetapi agar tindakan-
tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara tertentu dicantumkan dalam ketentuan-ketentuan.
Definisi izin mempunyai kesejajaran dengan beberapa istilah lain, yaitu
8
a. Dispensasi
:
Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan
tersebut. WF. Prins mengatakan bahwa dispensasi adalah tindakan pemerintah yang menyebabkan suatu peraturan perundang-undangan
menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa relaxatie legis. b.
Konsesi
8
Ateng Syafrudin, Perizinan untuk Berbagai Kegiatan, Makalah Tidak Dipublikasikan, hlm.1.
Universitas Sumatera Utara
Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar dimana kepentingan umum terlibat erat sekali. Pekerjaan itu
sebenarnya merupakan tugas dari pemerintah, tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris pemegang
izin yang bukan pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa kontraktual atau kombinasi antara lisensi dengan pemberian status
tertentu dengan hak dan kewajiban serta syarat-syarat tertentu. Bentuk konsesi terutama digunakan untuk berbagai aktivitas yang menyangkut
kepentingan umum, lalu diserahkan kepada perusahaan-perusahaan swasta.
Mengenai konsesi, E. Utrecht mengatakan bahwa kadang-kadang pembuat peraturan beranggapan bahwa suatu perbuatan yang penting
bagi umum, sebaik-baiknya dapat diadakan oleh suatu subyek hukum partikelir, tetapi dengan turut campur dari pihak pemerintah. Suatu
keputusan administrasi negara yang memperkenankan yang bersangkutan mengadakan perbuatan tersebut, memuat suatu konsesi
concesie
9
c. Lisensi
.
Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu perusahaan
10
.
2. Unsur-unsur Perizinan
Izin adalah perbuatan pemerintah bersegi satu berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk diterapkan pada peristiwa konkrit menurut prosedur
dan persyaratan tertentu. Pengertian ini mengandung beberapa unsur dalam perizinan yaitu
11
a. Instrumen Yuridis
:
9
Ibid.
10
Ibid
11
Rachmani Puspitadewi, Hukum Perizinan, Bandung : Fakultas Hukum, Universitas Komputer Indonesia, 2005, hal 115
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan tugas negara, terdapat perbedaan antara tugas dari negara hukum klasik dan tugas negara hukum modern terutama dalam melaksanakan
tugasnya, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut : 1
Negara Hukum Klasik Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan
keamanan merupakan tugas negara hukum klasik. 2
Negara Hukum Modern Tugas dan kewenangan pemerintah dalam negara hukum modern tidak
hanya sekedar menjaga ketertiban dan keamanan tetapi juga mengupayakan kesejahteraan umum.
Pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas tersebut, diberi wewenang dalam bidang pengaturan dengan instrumen yuridis untuk menghadapi
peristiwa konkrit. Instrumen tersebut adalah dalam bentuk ketetapan Beschikking. Beschikking adalah instrumen hukum utama dalam
penyelenggaraan pemerintah. Salah satu bentuk ketetapan adalah izin. Sesuai dengan jenis-jenis beschikking izin termasuk ketetapan konstitutif,
yang merupakan ketetapan yang menimbulkan hak baru untuk adresat dalam izin tersebut. Izin disebut pula sebagai ketetapan yang
memperkenankan yang sebelumnya tidak diperbolehkan. b.
Peraturan Perundang-undangan Salah satu prinsip dari negara hukum adalah pemerintahan yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan, artinya setiap tindakan hukum pemerintah dalam menjalankan fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan didasarkan pada
wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan dan penegakan hukum positif memerlukan wewenang, karena wewenang
dapat melahirkan suatu intrumen yuridis, namun yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah izin yang diterbitkan harus berdasarkan wewenang yang
diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang berlaku legalitas. Penerimaan kewenangan tersebut adalah pemerintah atau organ pemerintah,
dari presiden sampai dengan lurah. Kewenangan pemerintah dalam menerbitkan izin bersifat kewenangan bebas, artinya pemerintah diberi
Universitas Sumatera Utara
kewenangan memberi pertimbangan atas dasar inisiatif sendiri. Pertimbangan tersebut didasarkan oleh:
1 Kondisi-kondisi dari pemohon yang dimungkinkan untuk dikeluarkan
suatu izin 2
Cara pertimbangan kondisi-kondisi yang ada 3
Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul dari akibat penolakan atau pemberian izin dikaitkan dengan pembatasan perundang-undangan
4 Prosedur yang harus dilakukan pada saat dan sesudah keputusan diberikan
baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin. c.
Organ Pemerintahan Organ pemerintah adalah pihak yang memiliki kewenangan untuk
mengeluarkan beschikking, termasuk izin, organ pemerintah yang dimaksud adalah organ yang menjalankan tugas, yaitu ditingkat pusat sampai yang
paling dasar. Banyaknya organ pemerintah yang memiliki wewenang untuk menerbitkan izin, seringkali menghambat aktivitas dari pemohon izin. Hal
tersebut terjadi karena keputusan yang dibuat oleh organ pemerintah tersebut memakan waktu yang panjang, yang dapat merugikan pemohon izin. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan deregulasi dan debirokratisasi dengan batasan-batasan tertentu. Batasan-batasan tersebut adalah :
1 Deregulasi dan debirokratisasi tersebut tidak menghilangkan esensi dari
sistem perizinan tersebut. 2
Deregulasi hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis, administrasif dan finansial.
3 Deregulasi dan debirokratisasi tidak menghilangkan prinsip dalam
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar perizinan. 4
Deregulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang layak Good Corporate Governance.
d. Peristiwa Konkrit
Universitas Sumatera Utara
Izin sebagai salah satu jenis dari beschikking memiliki bentuk dan sifat yaitu
12
1 Konkrit, artinya objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha
Negara itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan. :
2 Individual, artinya Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan untuk
umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. 3
Final, artinya sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum.
Peristiwa konkrit adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang tertentu dan fakta hukum tertentu. Peristiwa konkrit yang dimohonkan izinnya
sangat beragam dan dalam peristiwa konkrit dapat diterbitkan atau diperlukan beberapa izin, berdasarkan proses dan prosedurnya tergantung dari pemberi
wewenang izin, macam izin serta struktur organisasi, organ pemerintah yang berwenang menerbitkan izin. Berkaitan dengan wewenang organ pemerintah
dengan peristiwa konkrit, kewenangan tersebut diberikan untuk tujuan yang konkrit yang didasarkan pada aspek yuridis perizinan yang meliputi
13
1 Larangan untuk melakukan aktivitas tanpa izin. Larangan dirumuskan
dalam norma larangan bukan norma perintah, maka pelanggaran atas larangan itu dikaitkan dengan sanksi administrasi, pidana dan perdata.
:
2 Wewenang untuk memberi izin.
e. Prosedur dan Persyaratan
Pengajuan izin oleh pihak pemohon izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh organ pemerintah yang berkaitan secara sepihak,
persyaratan untuk memperoleh izin, memiliki 2 sifat, yaitu: 1
Konstitutif, terdapat perbuatan atau tingkah laku tertentu perbuatan konkrit yang harus dipenuhi, yang jika tidak dipenuhi dapat dikenakan
sanksi.
12
C.S.T. Kancil, Kitab Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, Jakarta : Pradnya Paramita, 2003, hlm. 15
13
Rachmani Puspitadewi, Op. Cit.
Universitas Sumatera Utara
2 Kondisional, penilaian dari suatu peristiwa yang akan diterbitkan izin
dapat terlihat dan dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan terjadi.
3. Fungsi dan Tujuan Perizinan
Sebagai suatu instrumen yuridis dari pemerintah, izin yang dianggap sebagai ujung tombak instrumen hukum berfungsi sebagai
14
:
a. Pengarah
Keinginan mengarahkan mengendalikan aktivitas-aktivitas tertentu misalnya izin bangunan.
b. Perekayasa
Kegiatan yang berhubungan dengan perancangan atau pembuatan izin. c.
Perancang masyarakat adil dan makmur Sebagai upaya rancang atau desain yang dilakukan oleh penerintah
sebelum membangun suatu sistem dan sarana. d.
Pengendali Kegiatan untuk menentukan hubungan antara yang direncanakan dan
dengan hasilnya, guna mengambil tindakan yang diperlukan sehingga kegiatan dilaksanakan serta tujuan tercapai sesuai dengan apa yang
direncanakan. e.
Penertib masyarakat Izin dimaksudkan juga sebagai suatu penertib masyarakat.Tujuan
perizinan harus dikaitkan dengan peristiwa konkrit yang dihadapi. Secara umum, tujuan dari izin adalah
15
a. Mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu
:
Untuk menyeleksi aktivitas-aktivitas izin berdasarkan rank en horecawet, dimana pengurus harus mempunyai syarat-syarat tertentu
b. Mencegah bahaya bagi lingkungan
14
Ibid.
15
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, dan pengawasan serta pencegahan atas kegiatan,
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga keletarian lingkungan. c.
Melindungi objek-objek tertentu Upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan
atau perusakan terhadap objek-objek tertentu yang memiliki izin resmi. d.
Membagi objek-objek yang sedikit Memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
tertentu dengan memberikan suatu objek untuk kegiatan dimaksud.
4. Mekanisme Perizinan
Surat Izin Praktik SIP adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah
memenuhi persyaratan. Sebelumnya para pemohon SIP harus mendapatkan Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi karena dalam salah satu syarat untuk
mendapatakn SIP adalah STR itu sendiri. STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi
yangtelah diregistrasi Perizinan Dokter Menurut UU 292004 Pasal 37 UU 292004 menyatakan dengan tegas bahwa Surat Izin Praktik SIP setiap dokter
yang melakukan praktik kedokteran dikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupatenkota tempat praktik kedokteran dilaksanakan. Pada
ketentuan Pasal 37 itu, sangat jelas sekali bahwa yang memiliki kewenangan untuk menolak atau menyetujui pemberian perizinan dokter adalah pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupatenkota. Dalam praktik sekarang ini, pejabat kesehatan yang berwenang yang dimaksud adalah Kepala Dinas Kesehatan
KabupatenKota.
F. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskripif analitis. Yang dimaksud dengan deskriptif analitis, yaitu membuat
deskriptif atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat dan hubungan antar fenomena atau gejala yang diteliti sambil
menganalisisnya, yaitu mencari hubungan sebab akibat dari suatu hal dan menguraikannya secara konsisten dan sistematis serta logis.
16
Selanjutnya, spesifikasi penelitian deskritif analitis ini digunakan untuk menganalisis, yaitu mencari sebab akibat dari permasalahan yang terdapat pada
perumusan masalah dan menguraikannya secara konsisten, sistematis dan logis sesuai dengan perumusan masalah yang menjadi focus dalam penelitian ini.
2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah yuridis normatif. Yang dimaksud dengan metode pendekatan yuridis normatif
yaitu suatu cara meneliti dalam penelitian hukum yang dilakukan terhadap bahan pustaka atau data sekunder belaka dan dengan menggunakan metode berpikir
deduktif, yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar.
17
Selanjutnya yang dimaksud dengan metode berpikir deduktif adalah cara berpikir dalam penarikan
kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya
khusus.
18
3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan
dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumentasi yang biasanya
disediakan di perpustakaan.
19
16
Moh. Nazar, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia, 1985, hal 63
17
Peter MM.Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana, 2010, hal. 17
18
Sedarmayanti Syarifuddin Hidayat, Metodologi Penelitian. Bandung : Maju Mandar, 2002, hal 23
19
Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum Bandung : Mandar Maju, 1995, hal 65
Universitas Sumatera Utara
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdapat dalam suatu aturan hukum atau teks otoritatif seperti peraturan perundang-undangan, putusan
hakim, traktat, kontrak, keputusan Tata Usaha Negara. Bahan hukum primer yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan
seperti Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang- Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran beserta peraturan
pelaksanaan dari perundang-undangan tersebut. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku
teks, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, serta kasus-kasus hukum. Selain itu dalam penelitian ini dipergunakan pula bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier
adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia
dan lain-lain. Berdasarkan uraian mengenai metode penelitian tersebut di atas dapat
dijelaskan bahwa spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini dalah deskriptif analitis sehingga metode pendekatan yang adekurat digunakan
dalam penelitian skripsi ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, maka jenis jenis data yang dapat digunakan adalah data sekunder yang bersifat
kualitatif. Data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier tersebut diperoleh dengan cara atau melalui suatu kegiatan yang dinamakan
studi kepustakaan library research 4.
Teknik Pengumpulan Data Oleh karena data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang bersifat kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu kegiatan
praktis dan teoritis untuk mengumpulkan dan mempelajari serta memahami data yang berupa hasil pengolahan orang lain, dalam bentuk teks otoritas peraturan
perundang-undangan, putusan hakim, traktat, kontrak, keputusan tata usaha Negara, kebijakan publik dan lainnya, literatur atau buku teks, jurnal, artikel,
arsip atau dokumen, kamus hukum, ensiklopedia dan lainnya. 5.
Analisis Data
Universitas Sumatera Utara
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif normatif. Metode kualitatif normatif ini digunakan karena penelitian ini tidak
menggunakan konsep-konsep yang diukur dinyatakan dengan angka atau rumusan statistic. Dalam menganalisis data sekunder tersebut, penguraian data
disajikan dalam bentuk kalimat yang konsisten, logis dan efektif serta sistematis sehingga memudahkan untuk interprestasi data dan konstruksi data serta
pemahaman akan analisis yang dihasilkan, yaitu mencari seba akibat dari suatu masalah dan menguraikannya secara konsisten, sistematis dan logis sesuai dengan
perumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
G. Sistematika Penulisan