PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK RE

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA

KELAS VIIA SMP NEGERI 2 SINGARAJA

PROPOSAL PTK OLEH:

I MADE ADI WIRAYANA 1113011001

PUTU GINA ANINDYAS 1113011002

I GEDE ARIESTANTA FRANDIKA YOGA 1113011003

DODY ARYA WIBOWO 1113011004

LUH WARMA PRADNYANI 1113011005

I WAYAN WIRA KURNIAWAN 1113011006

NI NYOMAN WULAN DARMA PUTRI 1113011007

MADE PRILASARI 1113011008

NI LUH MADE PUJIWIDIASTUTI 1113011010

MADE ARISTA DEWI 1113011011

NGAKAN PUTU YOGI DARMA YUDA 1113011012

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


(2)

A. JUDUL PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Singaraja

B. IDENTITAS PENULIS

NAMA : KELOMPOK 1

KELAS : VI A

JURUSAN : PENDIDIKAN MATEMATIKA C. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan syarat penting bagi perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Tanpa hal tersebut suatu negara tidak akan maju dan sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. UNESCO menetapkan empat pilar utama pendidikan untuk menghadapi abad ke -21, yaitu (1) Learning to know, yaitu belajar tidak hanya berorientasi kepada hasil belajar, tetapi harus beroirientasi kepada proses belajar(2) Learning to do yaitu belajar untuk penguasaan kompetensi, (3) Learning to be yaitu membentuk manusia yang menjadi dirinya sendiri, dan(4) Learning to live together yaitu belajar untuk bekerja sama. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan secara berkelanjutan dalam bidang pendidikan demi mewujudkan generasi penerus yang terdidik dan memiliki akhlak mulia. Keberhasilan dunia pendidikan pada abad-21, akan tergantung pada sejauh mana dikembangkannya keterampilan-keterampilan baru untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembentukan individu atau sumber daya manusia yang memiliki kompetensi handal telah menjadi tugas dari dunia pendidikan, khususnya pendidikan dalam bidang matematika. Selain sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan, matematika juga merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting bagi peserta didik maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam


(3)

dunia pendidikan memiliki manfaat yang sangat besar sebagai alat dalam perkembangan pendidikan dan kecerdasan akal. Oleh karena itu, pendidikan dalam bidang matematika berpotensi memainkan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia.

Depdiknas (2006) menyatakan bahwa pembelajaran matematika memiliki empat tujuan, yaitu: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam bentuk menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, rasa ingin tahu, prediksi serta mencoba-coba, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan. Terkait dengan tujuan tersebut, proses pembelajaran matematika harus dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.

Namun yang terjadi di lapangan tidaklah sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Pada umumnya pembelajaran matematika masih didominasi oleh paradigma teacher centered, dimana guru aktif mentransfer pengetahuan kepikiran siswa dan siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran. Permasalahan teacher center seperti di atas juga terjadi di kelasVIIA SMP Negeri 2 Singaraja. Situasi pembelajaran di kelas tersebut siswa cenderung tergantung kepada guru dalam mempelajari materi sehingga siswa tidak dapat secara mandiri merangkum/meringkas materi tersebut. Karena siswa tidak dapat merangkum/meringkas materi secara mandiri dan masih bergantung dengan penjelasan guru, maka siswa tidak mampu untuk menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain. Sehingga dari permasalahan ini, menyebabkan siswa tidak dapat dapat pengembangan materi yang dipelajarinya saat itu. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dalam membangun pengetahuannya sendiri, sehingga peran guru dalam proses pembelajaran hanya berperan sebagai fasilitator untuk menyediakan suasana belajar yang mendukung proses kontruksi


(4)

pengetahuan siswa. Suasana pembelajaran yang kurang aktif di kelas VIIA ini juga mengakibatkan hasil matematika di kelas tersebut rendah.

Keaktifan dan hasil belajar matematika di VIIA SMP Negeri 2 Singaraja yang rendah diindikasikan akibat adanya penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat, sehingga mendorong peneliti untuk mengadakan perbaikan terhadap model pembelajaran matematika di Kelas VIIA SMP Negeri 2 Singaraja. Salah satu upayanya adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching).

Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan konsep baru dalam pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Diharapkan dalam model pembelajaran ini siswa mampu menyajikan materi pembelajaran di depan kelas dan kemampuan siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan. Model ini juga dapat membantu melengkapi kekurangan dari kebutuhan yang sering dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran yang sudah usang, seperti mengatasi kurangnya keaktifan siswa dalam suatu situasi pembelajaran yang didominasi oleh guru.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 2 Singaraja”.

D. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaiman model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan keaktifansiswa dalam belajar matematika?

2. Bagaimana model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar matematika?


(5)

3. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) yang diterapkan di kelas?

E. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching). 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam belajar matematika

melalui penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching). 3. Mengetahui respon siswa terhadap model pemebelajaran terbalik

(reciprocal teaching) F. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi siswa, dengan diterapkannya pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) memberikan manfaat dalam membangun keaktifan siswa dalam pelajaran matematika serta meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi Guru, hasil penelitian memberikan manfaat untuk mengetahui

strategi pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa serta dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

3. Bagi sekolah dengan penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai umpan balik bagi peneliti dalam proses belajar mengajaran bidang studi matematika, dan untuk menambah pengetahuan serta pengalaman.

5. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan bahan referensi untuk diadakan penelitian lebih lanjut.

6. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam belajar matematika.


(6)

G. KAJIAN PUSTAKA

G.1 Metode Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) 1. Pengertian Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching)

Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan konsep baru dalam pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Diharapkan dalam model pembelajaran ini siswa mampu menyajikan materi pembelajaran di depan kelas dan kemampuan siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan. Model ini juga dapat membantu melengkapi kekurangan dari kebutuhan yang sering dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran yang sudah usang, seperti mengatasi kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi karena pembelajaran didominasi oleh guru. ”Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu : menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, kemudian memprediksikan pertanyaan apa selanjutnya dari persoalan yang disodorkan kepada siswa”.

Menurut Trianto (2007 : 96), reciprocal teaching adalah pendekatan konstruktivis yang berdasarkan pada prinsip-prinsip pembuatan / pengajuan pertanyaan. Menurut Sriyanti dan Marlina ( 2003:118 ) pembelajaran terbalik merupakan salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar mandiri.

Sedangkan menurut Suyatno (2009 :

64), reciprocal teaching merupakan strategi pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan dimana siswa ketrampilan-ketrampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru.

Pembelajaran menggunakan reciprocal teaching harus memperhatikan tiga hal yaitu siswa belajar mengingat, berfikir dan


(7)

memotivasi diri. Dalam reciprocal teaching, guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat (Brown dalam Trianto, 2007 : 96).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) yaitu pembelajaran yang tercapai melalui kegiatan belajar mandiri yang menerapkan empat strategi pemahaman mandiri, yaitu : menyimpulkan bahan ajar, menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, menjelaskan kembali pengetahuan yang telah diperolehnya, dan memprediksikan pertanyaan apa selanjutnya dari \persoalan yang diberikan kepada siswa.

2. Pengertian Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) selain dapat menciptakan pemahaman baru yang menuntut aktivitas kreatif produktif dalam konteks nyata yang mendorong siswa untuk berpikir dan berpikir ulang lalu mendemonstrasikan. Pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) juga dapat mengaktifkan siswa, dan memiliki beberapa kelebihan yang dapat dijadikan suatu motivasi agar anak mau belajara. Adapun keunggulan-keunggulannya adalah :

1. Dapat memotivasi siswa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri

2. Peserta didik belajar dengan pemahaman sehingga tidak mudah lupa dan lebih bermakna

3. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri

4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap

5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri


(8)

G.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Prosedur pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dilakukan dengan ”guru menugaskan siswa membaca bacaan dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian guru memodelkan empat keterampilan kognitif, merangkum, mengajukan pertanyaan, menjelaskan, dan memprediksi.”(Triyanto, 2007 : 97). Selanjutnya guru menunjuk seorang siswa untuk menggantikan peranannya sebagai pemimpin diskusi dalam kelompok tersebut, dan guru bertindak sebagai fasilitator, motivator, mediator, serta semangat bagi siswa.

Langkah-langkah pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) menurut Brown, pada pembelajaran terbalik, kepada para siswa diajarkan 4 strategi pemahaman mandiri yang spesifik, yaitu sebagai berikut:

a. Siswa mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, selanjutnya merangkum/meringkas materi tersebut. b. Siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi

yang diringkasnya. Pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan atas materi yang bersangkutan. c. Siswa mampu menjelaskan kembali isi materi tersebut

kepada pihak lain.

d. Siswa dapat memprediksi kemungkinan pengembangan materi yang dipelajarinya saat itu.

e.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses aktif siswa yang sedang belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk menyediakan suasana belajar yang mendukung proses kontruksi pengetahuan siswa. Berdasarkan pandangan kontruktivisme untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Untuk mengelompokkan siswa kedalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga terciptanya kelas yang bergairah dalam belajar.


(9)

Berdasarkan uraian tersebut maka pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Tahap Pertama

Guru mempersiapkan bahan diskusi yang akan digunakan pada setiap pertemuan. Bahan diskusi tersebut memuat tugas-tugas menyimpulkan (merangkum), menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya, dan memprediksi suatu permasalahan. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-5 orang.

b. Tahap Kedua

1) Guru membagikan bahan diskusi yang akan dipergunakan pada pertemuan tersebut, kemudian siswa membaca bahan ajar lain (buku paket) yang mereka miliki sebagai penunjang untuk mengerjakan bahan diskusi. Bahan diskusi tersebut memuat langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching).

2) Selesai membaca siswa ditugaskan mengerjakan bahan diskusi dengan cara berdiskusi dengan teman sekelompoknya.

3) Siswa memperagakan peran sebagai guru dengan menjelaskan hasil rangkuman, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan kemungkinan pengembangan soal dari bahan diskusi.

4) Pada pertemuan selanjutnya yang menjadi guru siswa adalah salah satu kelompok dalam kelas yang dipilih secara acak, sehingga seluruh kelompok siswa dalam kelas harus siap. c. Tahap Ketiga

Sebagaimana pertemuan sebelumnya, guru membagikan bahan diskusi dan siswa mengerjakan secara diskusi kelompok. Dipilih salah satu kelompok untuk menjadi guru siswa yang berperan aktif bersama teman-temannya membahas bahan diskusi.


(10)

G.3 Keaktifan Siswa

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Rousseau dalam (Sardiman, 1986: 95) menyatakan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses pembelajaran tidak akan terjadi. Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

Menurut Sudiana ( 1988:72 ) mengemukakan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam : a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

b. Terlibat dalam pemecahan masalah

c. Bertanya kepada siswa lain/kepada guru bila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

d. Berusaha mencari berbagai infoormasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

G.4 Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim, 2007: 895) adalah hasil yang telah dicapai dari


(11)

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Sugihartono, dkk. (2007: 130) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran yang berwujud angka maupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anonim, 2007: 637) matematika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang bilangan, hubungan antar bilangan dengan prosedur operasinal yang digunakan dalam penyelesaian mengenai bilangan. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Dari beberapa pernyataan tersebut belajar matematika adalah belajar konsep, struktur konsep, dan mancari hubungan antar konsep dan strukturnya (Sri Subarinah, 2006: 1).

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan para ahli, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan materi yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.


(12)

G.5 Kerangka Berpikir

Bagan 1. Kerangkar berpikir

KONDISI AWAL SISWA

Kurangnya keaktifan siswa dalam proses belajar matematika di kelas.

Hasil belajar matematika siswa tergolong rendah

Hasil diskusi

masalah KonstruktivisTeori

PILIHAN TINDAKAN

MODEL PEMBELAJARAN TERBALIK (RECIPROCAL TEACHING)

KONDISI AKHIR SISWA

Meningkatnya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar matematika siswa meningkat.


(13)

Dalam pembelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan adalah penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Di SMP Negeri 2 Singaraja pada kelas VIIA khususnya, guru matematika masih melakukan pembelajaran yang bersifat konvensional. Keragaman model yang ada belum secara terlihat dimanfaatkan dengan baik oleh guru. Ini mengakibatkan siswa menjadi pasif karena hanya berperan sebagai pendengar sebab keaktifannya tidak dituntut di dalam kelas.

Melihat hal ini penulis menilai perlu diterapkannya model pembelajaran yang lebih menuntut keaktifan siswa, yaitu dengan penerapan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching). Model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) menuntut siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Diharapkan dalam model pembelajaran ini siswa mampu menyajikan materi pembelajaran di depan kelas dan kemampuan siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan.

Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk menyediakan suasana belajar yang mendukung proses kontruksi pengetahuan siswa. Jadi diperlukan peran aktif siswa dan kontribusi guru dalam meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Singaraja. Guru perlu menerapkan metode pembelajaran terbalik(reciprocal teaching) untuk menunjang hal tersebut.

G.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka serta kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.

Penerapan model pembelajaran terbalik (Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Singaraja.


(14)

H. METODE PENELITIAN H.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada satu kelas yang mempunyai masalah pembelajaran.

H.2 Subjek dan Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Singaraja, subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA, dan guru matematika yang mengajar di kelas VII A SMP Negeri 2 Singaraja.

H.3 Desain dan Prosedur Penelitians

Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan dan dilanjutkan dengan tindakan yang berlangsung dalam beberapa siklus. Dalam hal ini yang disebut siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke kegiatan semula, di mana setiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut.

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

b. Tindakan

Tahap ini merupakan implementasi isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas.


(15)

Tahap ini dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mendokumentasikan semua tindakan.Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.

d. Refleksi

Tahap refleksi ini merupakan suatu tahap mengintrospeksi kembali kegiatan yang sudah dilakukan dalam tahap-tahap sebelumnya.Hasil yang diperoleh berdasarkan tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan sudah mencapai indikator yang ditentukan atau masih diperlukan perbaikan untuk kemudian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Secara lebih rinci pelaksanakan PTK disajikan dalam bagan berikut.

Bagan 2. Prosedur Pelaksanaan PTK

Masalah Belum Selesai

Alternatif Pemecahan

(Rencana Tindakan)

Pelaksanaan Tindakan

Refleksi Analisis Data Observasi

Siklus 2 Permasalahan

Alternatif Pemecahan

(Rencana Tindakan)

Pelaksanaan Tindakan

Refleksi Analisis Data Observasi

Siklus 1


(16)

Sebagaimana telah dipaparkan di awal, penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan dilanjutkan dengan tindakan yang berupa siklus di mana setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Berikut ini merupakan uraian rencana tahapan-tahapan kegiatan penelitian.

1) Penelitian Pendahuluan

Pada tahapan ini dilakukan observasi langsung ke kelas, pencatatan dan analisis dokumen serta wawancara dengan guru maupun siswa untuk mengidentifikasikan masalah yang terdapat di kelas VIIA SMP Negeri 2 Singaraja. Melalui kegiatan observasi, wawancara maupun pencatatan dan analisis dokumen peneliti dapat mengetahui gambaran awal mengenai proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VIIA SMP Negeri 2 Singaraja kemudian peneliti dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hal yang dipandang perlu mendapat penanganan adalah perlu ditingkatkannya keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Singaraja. Selanjutnya, peneliti bersama dengan guru mata pelajaran matematika di Kelas VIIA memperoleh suatu kesepakatan bahwa untuk menangani masalah seperti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, dilakukan penerapan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching)

2) Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahapan ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut. - Sosialisasi kepada guru matematika yang mengajar di kelas

VIIA SMP N 2 Singaraja mengenai pelaksanaan penelitian di kelas tersebut.

- Berkoordinasi dengan guru mata pelajaran guna menentukan materi-materi yang dibahas selama penelitian.


(17)

- Menyiapkan skenario pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) - Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa media

pembelajaran maupun alat peraga matematika yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran

- Menyusun instrumen penilaian berdasrkan aspek-aspek yang akan dinilai dan diukur selama penelitian tersebut.

- Menyusun angket untuk siswa dalam lembar observasi. Angket untuk siswa ini berisi tentang tanggapan siswa selama pembelajaran. Lembar observasi berisi tentang lembar observasi dalam kegiatan belajar mengajar ( KBM ) dan Lembar Observasi kinerja guru.

b. Tindakan

Tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam tiga pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes hasil belajar siswa. Sementara itu penilaian keaktifan siswa dilakukan di tiap pertemuan.Rencana tindakan yang akan dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut

Tabel. 1 Rencana tindakan pada Pembelajaran Siklus I Tahap Pembelajaran Aktivitas Siswa Aktivitas Guru 1. Treatment awal

(Pendahuluan)

 Siswa

membalas salam yang diucapkan guru

 Guru

mengucapkan salam pembuka  Siswa

mendengarkan tujuan

pembelajaran yang

disampaikan

 Guru

menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai


(18)

guru  Siswa

menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru terkait materi prasyarat

 Guru

mengingatkan siswa mengenai materi prasyarat yang diperlukan dalam

pembelajaran melalui

pertanyaan arahan  Siswa

menyimak dan menanggapi pertanyaan yang diberikan guru

 Guru memotivasi siswa dengan cara mengaitkan kegunaan materi

yang akan

dipelajari dengan kehidupan sehari-hari/bidang ilmu. 2. Pengelompokkan  Siswa mencari

anggota kelompok dengan anggotanya terdiri dari 4-5

orang dan

mencermati bahan diskusi yang diberikan oleh guru.

 Guru

mengarahkan siswa membentuk beberapa

kelompok dan membagikan bahan diskusi yang dilamnya memuat tugas-tugas

menyimpulkan (merangkum), menyusun

pertanyaan dan menyelesaikannya


(19)

, dan memprediksi suatu permasalahan. 3. Memberikan perlakuan (Treatment)

Setiap anggota kelompok melakukan kegiatan diskusi terkait bahan diskusi yang diberikan

disertai dengan membaca bahan

ajar yang

berfungsi sebagai penunjang bahan diskusi tersebut.

Guru

memonitoring

siswa dan

memberi arahan jika diperlukan

Eksplorasi  Semua

kelompok memulai mengerjakan bahan diskusi yang diberikan dengan cara berdiskusi dengan setiap anggota kelompoknya.  Guru mengarahkan siswa untuk mengerjakan bahan diskusi yang diberikan

 Siswa secara acak mendapat kesempatan untuk

 Guru memberi kesempatan

secara acak


(20)

mempresentasik an hasil diskusinya dengan menjelaskan hasil rangkuman, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan kemungkinan pengembangan soal dari bahan diskusi

perwakilan dari tiap kelompok untuk

menyampaikan hasil diskusi dalam

kelompoknya

 Siswa dari

kelompok lain menyimak dan memberi

tanggapan terhadap hasil diskusi

kelompok tersebut.

 Guru memberikan kesempatan kepada kelompok

lain untuk

menanggapi presentasi

kelompok penyaji

 Siswa meninjau ulang konsep-konsep dari materi yang belum

dimengerti.

 Guru

mengarahkan dan membimbing siswa meninjau ulang konsep-konsep dari materi

yang belum

dipahami  Siswa

mengerjakan

 Guru memberikan kuis


(21)

kuis 4.

Archievement-Test

 Siswa

mendengarkan penjelasan guru dengan seksama

 Guru memberikan konfirmasi

berdasarkan hasil kuis.

5. Penutup  Siswa mencatat

PR dan

mendengarkan arahan yang diberikan oleh guru

 Guru memberikan PR kepada siswa dan

menginformasika n materi pelajaran untuk pertemuan berikutnya.

c. Observasi

Observasi pada siklus I meliputi observasi selama pembelajaran berupa lembar observasi dalam KBM dan observasi kinerja guru berupa lembar observasi kinerja guru. Adapun masing – masing observasi akan dijelaskan sebagi berikut.

- Observasi selama pembelajaran

Observasi yang dilakukan selama pembelajaran yang diamati adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, hubungan antara siswa dengan kelompoknya, kemamapuan siswa dalam mengemukakan pendapat, kemampuan siswa dalam menyanggah pendapat orang lain, kemampuan siswa dalam mendukung pendapat orang lain, dan kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan. Selain itu juga penilaian berdasarkan tugas yang dikerjakan bersama kelompoknya, pengamatan terhdap siswa penyaji dalam menyajikan materi di depan kelas. - Observasi kinerja guru

Observasi kinerja guru berdasarkan atas kemampuan guru dalam mengajar seperti memotivasi siswa, menciptakan suasana aktif belajar, membimbing dan menanggapi siswa


(22)

dalam tanya jawab, membimbig siswa dalam diskusi penekanan pada materi penting kesesuaian soal dengan kompetensi dasar, pengamatan terhadap siswa, membimbing siswa dalam menarik kesimpulan.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti bersama guru mendiskusikan hasil tindakan dan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I. Adapun yang perlu diperbaiki pada siklus I yaitu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, bertanya dan mengemukakan pendapat, penulisan siswa dalam menyanggah pandapat orang lain, kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan.Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki serta menyempurnakan perencanaan pelaksanaan tindakan pada siklus II.

Apabila hasil analisis data dan refleksi pada Siklus I belum menunjukkan ketercapaian indikator, penelitian akan dilanjutkan ke Siklus II dan seterusnya dengan adanya perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari siklus sebelumnya.

I. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi aktivitas belajar siswa, diperoleh dari lembar observasi aktivitas yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

2. Pengisian angket oleh siswa, dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran terbalik (reciprocal teaching).

3. Penilaian hasil belajar siswa diperoleh dari tes yang dilakukan pada setiap akhir siklus.

4. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru kelas dan siswa.

5. Dokumentasi berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran di setiap siklus.


(23)

Setelah semua data terkumpul, peneliti bersama guru kolaborator melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan tentang perkembangan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa, serta tentang kelebihan dan kekurangan tindakan yang telah dilakukan selama siklus.

J. INSTRUMEN PENELITIAN

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai 1) Aspek hasil belajar matematika siswa 2) Aspek keaktifan pada mata proses pembelajaran matematika, dan 3) Respon siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) dalam pembelajaran matematika. Untuk lebih jelasnya jenis instrument dan teknik pengumpulan data disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Instrumen Penelitian

No Jenis Data Teknik

Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian

Waktu

1 Aspek hasil belajar Tes Tes Essay Pada akhir setiap siklus

2 Aspek keaktifan Non-tes Pedoman

Observasi

Pada setiap pertemuan

3 Respon siswa Non-tes Angket Pada akhir

siklus III Untuk mengetahui tingkat hasil belajar matematika siswa, data dikumpulkan dengan tes essay yang telah dirancang dengan memberikan soal-soal yang berkaitan dengan materi-materi yang telah dipelajari. Penilaian berdasarkan langkah kerja dan jawaban akhir siswa, dengan kategori seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Kategori Jawaban Siswa

Kategori Keterangan

A Langkah/proses benar dan jawaban akhir benar B Langkah/proses benar dan jawaban akhir salah


(24)

C Langkah/proses salah dan jawaban akhir benar D Langkah/proses salah dan jawaban akhir salah Indikator keberhasilan dapat dilihat dari banyaknya jawaban siswa dari kategori diatas. Model ini dikatakan berhasil apabila jawaban siswa dengan kategori A dan B minimal sebanyak 85%. Data mengenai aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sebagai indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Aspek keaktifan dalam pembelajaran matematika dapat diukur dengan menggunakan pedoman obeservasi yang diisi oleh guru. Hal ini dilakukan di setiap siklus. Penilaian pedoman observasi berdasarkan skor pada Tabel 4. berikut.

Tabel 4. Angket Pengamatan Keaktifan Siswa No Indikator Umum Indikator Tingkah Laku yang

Diamati

Skor 4 3 2 1 1 Adanya keseringan

belajar dengan konsisten.

Siswa memperhatikan guru dengan antusias.

2 Adanya ketekunan belajar dan komitmen memenuhi tugas dari guru.

Siswa tekun dalam melakukan aktivitas belajar di kelas atau ketika mengerjakan tugas dari guru.

3 Adanya keseringan belajar dengan konsisten

Siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran/berdiskusi dengan masyarakat.

4 Adanya keseringan belajar dengan konsisten dalam kelompok

Siswa aktif bekerja sama dengan kelompok.

5 Adanya komitmen memenuhi tugas dari guru

Siswa memenuhi instruksi dan tugas dari guru.

Jumlah Skor

Berilah tanda (√) untuk skor yang menunjukkan indikator yang diamati. Sangat Baik = 4


(25)

Cukup = 2

Kurang = 1

Data mengenai respon siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) dalam pembelajaran matematika dapat diukur dengan angket, dengan pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Setiap jawaban siswa diberikan skor pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Penskoran Angket Respon Siswa

Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif Skor

Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 4 Setuju (S) 2

Kurang Setuju (KS) 3 Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4

Sangat Tidak Setuju


(26)

K. TEKNIK ANALISIS DATA

Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data dari berbagai sumber, membaca data, kemudian merekapitulasi dan menyimpulkan.

K.1 Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Data yang diperoleh dari hasil tes tentang hasil belajar matematika dianalisis secara deskriptif. Hasil belajar siswa diukur dari tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan matematika yang diberikan. Pada penelitian ini akan dicari presentase hasil belajar siswa (Subariyati,2006).

PK=Banyaknya jawaban dengan kategori a dan b Banyaksisw a × Banyak soal ×100 K.2 Data Keaktifan Siswa

Data yang diperoleh dari hasil tes tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dianalisis secara deskriptif. Sehubungan yang hendak diteliti mengenai keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, berarti akan ditinjau dari partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan. Pada penelitian ini akan dicari skor keaktifan siswa. Perhitungan skor dan penilaian dihitung dengan cara berikut.

1. Jumlah skor (JS) dihitung dengan menjumlah skor-skor untuk masing-masing indikator.

2. Skor akhir (SA) sesuai rumus berikut:

SA= JS

Skormaksimal×100

3. Kriteria keberhasilan ditentukan sebagai berikut: 90 SA 100 : Sangat Baik

80 SA ¿ 90 : Baik 60 SA ¿ 80: Cukup 1 SA ¿ 60: Kurang


(27)

K.3 Data Respon Siswa

Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran matematika setelah diterapkannya model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) dianalisis dengan menggunakan angket respon siswa. Data respon siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor respon siswa

(

T

)

, mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI), di mana:

Mean Ideal (MI) =

1

2 (skor maksimum + skor minimum)

Standar Deviasi Ideal (SDI) =

1

6 (skor maksimum - skor

minimum)

Rata-rata skor respon siswa dianalisis dengan rumus :

Keterangan : ´

T = rata-rata skor respon siswa xi = skor respon siswa ke-i

n = banyak siswa

Rata-rata skor respon siswa yang diperoleh, dicocokkan dengan penggolongan kriteria berikut.

Tabel 6. Penggolongan Kriteria Respon Siswa

Rentangan Skor Kualifikasi

´

T ≥ M + 1,8 SDi Sangat positif

M + 1,8 SDi > T ≥´ M + 0,6 SDi

Positif M + 0,6 SDi > T ≥´ M - 0,6

SDi

Cukup positif M – 0,6 SDi > T ≥´ M – 1,8

SDi

Kurang positif ´

T<¿ M −¿ 1,8 SD Sangat kurang positiif T=

i=1

n

xi n


(28)

Penerapan model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) dalam pembelajaran matematika dikatakan berhasil apabila sikap siswa setidaknya berada dalam kategori positif.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Proposal reciprocal teaching.

http://pendidikanmatematika.files.wordpress.com/2009/03/proposal_recipr ocal_teaching_.doc. (diakses pada tanggal 16 Maret 2014).

Anonim. 2013. Skripsi Lengkap.

http://gandrog.files.wordpress.com/2013/07/skripsi-lenkap.pdf. (diakses pada tanggal 17 Maret 2014).

Marthawuri. 2012. Proposal Skripsi.

http://marthawuri.wordpress.com/2012/01/13/proposal-skripsi/. (diakses pada tanggal 15 Maret 2014).

Mathunnes, Diana. Artikel Ilmiah (efektifitas reciprocal theaching) http://www.academia.edu/5461369/Artikel_Ilmiah_efektifitas_reciprocal_t heaching_?login=&email_was_taken=true. (diakses pada tanggal 17 Maret 2014).


(1)

C Langkah/proses salah dan jawaban akhir benar D Langkah/proses salah dan jawaban akhir salah Indikator keberhasilan dapat dilihat dari banyaknya jawaban siswa dari kategori diatas. Model ini dikatakan berhasil apabila jawaban siswa dengan kategori A dan B minimal sebanyak 85%. Data mengenai aspek keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika sebagai indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching). Aspek keaktifan dalam pembelajaran matematika dapat diukur dengan menggunakan pedoman obeservasi yang diisi oleh guru. Hal ini dilakukan di setiap siklus. Penilaian pedoman observasi berdasarkan skor pada Tabel 4. berikut.

Tabel 4. Angket Pengamatan Keaktifan Siswa No Indikator Umum Indikator Tingkah Laku yang

Diamati

Skor 4 3 2 1 1 Adanya keseringan

belajar dengan konsisten.

Siswa memperhatikan guru dengan antusias.

2 Adanya ketekunan belajar dan komitmen memenuhi tugas dari guru.

Siswa tekun dalam melakukan aktivitas belajar di kelas atau ketika mengerjakan tugas dari guru.

3 Adanya keseringan belajar dengan konsisten

Siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran/berdiskusi dengan masyarakat.

4 Adanya keseringan belajar dengan konsisten dalam kelompok

Siswa aktif bekerja sama dengan kelompok.

5 Adanya komitmen memenuhi tugas dari guru

Siswa memenuhi instruksi dan tugas dari guru.

Jumlah Skor

Berilah tanda (√) untuk skor yang menunjukkan indikator yang diamati. Sangat Baik = 4


(2)

Cukup = 2

Kurang = 1

Data mengenai respon siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) dalam pembelajaran matematika dapat diukur dengan angket, dengan pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Setiap jawaban siswa diberikan skor pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Penskoran Angket Respon Siswa

Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif Skor

Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 4 Setuju (S) 2

Kurang Setuju (KS) 3 Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4

Sangat Tidak Setuju


(3)

K. TEKNIK ANALISIS DATA

Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data dari berbagai sumber, membaca data, kemudian merekapitulasi dan menyimpulkan.

K.1 Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Data yang diperoleh dari hasil tes tentang hasil belajar matematika dianalisis secara deskriptif. Hasil belajar siswa diukur dari tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan matematika yang diberikan. Pada penelitian ini akan dicari presentase hasil belajar siswa (Subariyati,2006).

PK=Banyaknya jawaban dengan kategori a dan b Banyaksisw a × Banyak soal ×100 K.2 Data Keaktifan Siswa

Data yang diperoleh dari hasil tes tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dianalisis secara deskriptif. Sehubungan yang hendak diteliti mengenai keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, berarti akan ditinjau dari partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan. Pada penelitian ini akan dicari skor keaktifan siswa. Perhitungan skor dan penilaian dihitung dengan cara berikut.

1. Jumlah skor (JS) dihitung dengan menjumlah skor-skor untuk masing-masing indikator.

2. Skor akhir (SA) sesuai rumus berikut:

SA= JS

Skormaksimal×100

3. Kriteria keberhasilan ditentukan sebagai berikut: 90 SA 100 : Sangat Baik

80 SA ¿ 90 : Baik 60 SA ¿ 80: Cukup 1 SA ¿ 60: Kurang


(4)

K.3 Data Respon Siswa

Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran matematika setelah diterapkannya model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) dianalisis dengan menggunakan angket respon siswa. Data respon siswa dianalisis berdasarkan rata-rata skor respon siswa

(

T

)

, mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI), di mana:

Mean Ideal (MI) = 1

2 (skor maksimum + skor minimum)

Standar Deviasi Ideal (SDI) = 1

6 (skor maksimum - skor minimum)

Rata-rata skor respon siswa dianalisis dengan rumus :

Keterangan :

´

T = rata-rata skor respon siswa xi = skor respon siswa ke-i

n = banyak siswa

Rata-rata skor respon siswa yang diperoleh, dicocokkan dengan penggolongan kriteria berikut.

Tabel 6. Penggolongan Kriteria Respon Siswa

Rentangan Skor Kualifikasi

´

T ≥ M + 1,8 SDi Sangat positif

M + 1,8 SDi > T ≥´ M + 0,6 SDi

Positif M + 0,6 SDi > T ≥´ M - 0,6

SDi

Cukup positif M – 0,6 SDi > T ≥´ M – 1,8 Kurang positif

T=

i=1 n xi n


(5)

Penerapan model pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) dalam pembelajaran matematika dikatakan berhasil apabila sikap siswa setidaknya berada dalam kategori positif.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Proposal reciprocal teaching.

http://pendidikanmatematika.files.wordpress.com/2009/03/proposal_recipr ocal_teaching_.doc. (diakses pada tanggal 16 Maret 2014).

Anonim. 2013. Skripsi Lengkap.

http://gandrog.files.wordpress.com/2013/07/skripsi-lenkap.pdf. (diakses pada tanggal 17 Maret 2014).

Marthawuri. 2012. Proposal Skripsi.

http://marthawuri.wordpress.com/2012/01/13/proposal-skripsi/. (diakses pada tanggal 15 Maret 2014).

Mathunnes, Diana. Artikel Ilmiah (efektifitas reciprocal theaching) http://www.academia.edu/5461369/Artikel_Ilmiah_efektifitas_reciprocal_t heaching_?login=&email_was_taken=true. (diakses pada tanggal 17 Maret 2014).