Q.S. al-Syu`arâ` [26]: 214 – 216
77
AlQuran Hadis Kurikulum 2013
dengan cara yang baik; ungkapan yang halus, mengedepankan sopan santun, tidak menggunakan suara yang keras apalagi membentak. Karena yang terpenting diskusi
dan dialog pada umumnya adalah kekuatan dalil dan argumentasi yang mudah dicerna dan diterima oleh lawan diskusinya. Ketika tidak menemukan titik temu dalam diskusi
tersebut, maka almujâdalah ini sebaiknya dihentikan dari pada menghabiskan tenaga sia-sia, sebagaimana pesan yang terkandung di dalam Q.S. al-Kahfi [18]: 69
اًراَن َيِمِلا َظلِل اَنْدَتْع َ
أ اَنِإ ْرُفْكَي ْ
لَف َءا َش ْنَمَو ْنِمْؤُي ْ
لَف َءا َش ْنَمَف ْمُكِّبَر ْنِم ُقَ ْ
لا ِل ُقَو
ُباَ َشلا َسْئِب َهوُجُو ْ
لا يِوْشَي ِلْهُم ْ
ل َك ٍءاَمِب اوُثاَغُي اوُثيِغَتْسَي ْنِ اَهُقِداَ ُس ْمِهِب َطاَح َ
أ اًقَفَتْرُم ْتَءاَسَو
Artinya : “Dan Katakanlah: «kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir». Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim
itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
2. Q.S. al-Syu`arâ` [26]: 214 – 216
ْنِإَف 5 َيِنِمْؤُم ْ
لا َنِم َكَعَبَتا ِنَمِل َكَحاَنَج ْضِفْخاَو 4 َيِبَر ْقَ ْلا َكَتَيِشَع ْرِذْنَأَو
6 َنوُلَمْعَت اَمِم ٌءيِرَب ِ ّنِإ ْلُقَف َكْو َصَع
Artinya : “Dan berilah peringatan kepada kerabatkerabatmu yang terdekat 214. dan
rendahkanlah dirimu terhadap orangorang yang mengikutimu, yaitu orangorang yang beriman 215. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: “sesungguhnya
aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan 216”
Ayat ini merupakan perintah sekaligus menjadi petunjuk bagi semua pelaku dakwah untuk memulai dakwah dari dirinya dan orang-orang terdekat. Karena perilaku
melanggar dan merusak yang berdampak pada perjalanan dakwah, pada umumnya dilakukan oleh orang-orang terdekat, yang berasal dari keluarga dan lingkungan. Nabi
Nuh diuji dengan anak dan istrinya, nabi Ibrahim diuji dengan bapaknya, nabi Luth diuji dengan istrinya dan nabi Muhammad saw diuji dengan paman-pamannya. Meskipun
demikian dakwah tidak boleh berhenti di keluarga saja, karena masyarakat secara umum juga membutuhkan pencerahan dan peringatan.
Buku Gur u Kela s X I I 78
Perintah dakwah yang terdapat di ayat ini diungkapkan dengan istilah alindzâr, yaitu ajakan yang mengandung unsur peringatan dan ancaman akan datangnya adzab
Allah, tetapi harus tetap disampaikan dengan cara yang lembut dan mengedepankan kesopanan.
Keberhasilan dakwah tidak diukur dengan seberapa banyak pengikut kita. Kewajiban di dalam dakwah adalah menyampaikan pesan-pesan al-Quran dan al-Sunnah, bukan
mendapat pengikut yang sebanyak-banyaknya. Maka proses dakwah tetap harus berjalan, meskipun tidak ada satu pun yang mengikuti jejak kita.
َكُم ِصْعَي ُ َلاَو ُهَ َلاَسِر َتْغَلَب اَمَف ْلَعْفَت ْمَل ْنِ َكِّبَر ْنِم َكْ َلِإ َلِزْنُأ اَم ْغِّلَب ُلوُسَرلا اَهُيَأاَي
َنيِرِف َكْلا َمْوَقْلا يِدْهَي َل َ َلا َنِإ ِساَنا َنِم
Artinya : “Hai rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu.
Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanahNya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. Q.S. al-Maidah [5]: 67.
3. Q.S. al-Hijr [15]: 94 – 96