commit to user 62
2. Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan PTT Padi Varietas
Ciherang. Tingkat Efektivitas Komunikasi dalam Kegiatan PTT padi varietas
Ciherang yang maksud dari penelitian ini adalah ketrampilan dalam kegiatan Pengelolan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang. Kegiatan
PTT yang dilaksanakan antara lain pembibitan, penanaman, pengairan, pemupukan, pengendalian tanaman, penanganan panen, dan pasca panen.
Ketrampilan petani ini akan mempengaruhi terhadap hasil yang akan dicapai.
Penjelasan lebih rinci mengenai tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT dapat diketahui pada penjelasan berikut ini.
a. Pembibitan pemilihan varietas unggul
Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat
dengan perakaran yang baik, tanaman akan tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil
yang lebih baik. Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa kegiatan
pembibitan pemilihan varietas unggul rata-rata 0,26 atau termasuk dalam kategori tidak trampil. Petani di Kecamatan Rembang lebih
banyak memilih varietas unggul dengan cara manual yaitu benih direndam satu malam kemudian diangkat dari perendaman. Setelah itu
gabah diangin-anginkan. Varietas yang ditanam adalah varietas Ciherang. Kebutuhan satu hektar sebanyak 25 kilogram benih.
Penerapan pemilihan benih yang ada tidak sesuai dengan pelaksanaan PTT yaitu seleksi benih dilakukan dengan perendaman benih didalam
air yang telah dicampur larutan ZA ataupun larutan air garam 3 dengan perbandingan 1 kg ZA dilarutkan dengan 3 liter air. Benih yang
mengapung dibuang. Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek batang, perlakuakan benih dengan pestisida fipronil Regent
50 ST.
commit to user 63
b. Penanaman.
Penanaman yang tepat waktu, serentak, dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindarkan serangan hama dan penyakit,
menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat, dan seragam serta hasil yang tinggi.
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa penanaman memiliki rata-rata 3,95 atau termasuk dalam kategori kurang trampil.
Penerapan penanaman dapat dilihat dari persemaian, cara dan tata penanaman serta cara penanaman bibit. Persemaian dilakukan dengan
cara pilih lokasi yang terbaik agar persemaian mudah diairi dan mudah pula air dibuang, tidak ternaungi, dan jauh dari lampu. Luas persemaian
kira-kira 4 atau 125 dari luas pertanaman. Bajak hingga tanah melumpur dengan baik. Lebar persemaian 1-1,2 m dan panjangnya
sesuai petakan, antara 10-10 meter. Tambahkan sekam padi atau bahan organik atau campuran keduanya 2 kgm2 persemaian untuk
menggemburkan tanah,
memudahkan pencabutan
benih, dan
mengurangi kerusakan bibit dan akar. Taburkan benih yang telah direndam dan dikering anginkan secara merata di bendeng persemaian.
Untuk memperoleh bibit yang kuat, berikan 20-40 gram urea permeter persegi persemaian pada tabur benih. Persemaian dengan cara ini jarang
dilakukan oleh petani di Kecamatan Rembang karena kondisi alam yang ada terutama kondisi tanah yang ada disana tidak mendukun. Jenis
tanah yang ada termasuk tanag kering karena kebutuhan air berasal dari air hujan. Waktu pembibitan kemudian siap tanam membutuhkan waktu
sekitar 30 hari, kendala yang dihadapi adalah kebutuhan air. Sedangkan penerapannya membutuhkan waktu kurang dari 21 hari.
Cara dan tata tanaman dengan sistem jajar legowo yaitu cara tanam berselang-seling 2:1 atau 4:1 atau 6:1 dengan jarak tanam 40 x
20 x 10 cm dan disesuaikan dengan kesuburan tanah serta varietas padi yang ditanam. Setiap lubang penanaman terdapat 1- 2 bibit per rumpun.
Namun sebagian besar petani di Kecamatan Rembang masih
commit to user 64
menggunakan sistem tanam yang lama, dimana tanaman hanya ditanam secar urut tanpa memperhatikan jarak tanamnya. Sedangkan setiap
lubang tanam terdapat 2-3 bibit per rumpun. c.
Pemberian air Pada tanaman secara efektif dan efisien pemberian air
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah meruapakan factor penting bagi pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman yaitu air
sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berdeda-beda,
pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stress pada tanaman yang diakibatkan kekurangan dan
kelebihan air. Penerapan PTT untuk pengairan yaitu tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak secara berangsur tanah diairi 2-5 cm
sampai tanaman berumur 10 hari. Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi biasanya 5-6 hari, setelah permukaan tanah retak selama 1
hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm. Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi 5-6 hari lalu diairi setinggi 5 cm. Ulangi hal di
atas sampai tanaman masuk stadia pembungaan. Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm,
kemudian lahan dikeringkan Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa cara pengairan
termasuk dalam kategori tidak trampil dengan rata-rata 1,00. Hal ini disebabkan sebagian besar petani yang ada di kecamatan Rembang
menggantungkan kebutuhan air untuk pengelolaan tanaman dengan cara tadah hujan. Pada waktu musim hujan maka petani akan melakukan
penanaman, tetapi pada waktu musim kemarau dibero tidak digarap atau ditanami palawija.
d. Pemberian pupuk.
Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis,
cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan
commit to user 65
pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi. Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa
pemberiaan pupuk memiliki rata-rata 2,00 atau termasuk dalam kategori tidak trampil.
Penerapan pemupukan secara PTT menggunakan dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik dan organik. Penerapan pemupukan
secara anorganik dengan cara pemupukan N berdasarkan BWD yaitu Pemupukan dasar atau pemupukan pertama N dengan takaran 50-75
kgha dilakukan sebelum tanaman padi berumur 14 hari atau sebelum 14 hari setelah tanam pindah 14 hst. Pada pemupukan pertama ini,
BWD tidak perlu digunakan serta Pengukuran dengan BWD diawali pada 25-28 hst, dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali sampai fase
primordia pada padi hibrida dan padi tipe baru sampai 10 tanaman berbunga. Pemupukan P dan K, yaitu seluruh pupuk P diberikan pada
saat pemupukan dasar secara bersamaan dengan pemupukan pertama N pada 7-10 hst dan pupuk K yang diberikan takarannya rendah sampai
sedang 100 kg KClha, seluruh K diberikan sebagai pupuk dasar, atau bersamaan dengan pemberian pupuk N yang pertama. Dan bila
pupuk K yang diberikan takarannya tinggi 100 kg KClha, 50 K diberikan sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemberian pupuk
N yang pertama, dan sisanya diberikan pada saat primordial. Pemupukan oraganik dilakukan dengan bahan organik disebar
merata di atas hamparan sawah, dua minggu sebelum pengolahan tanah. Kadang-kadang jerami padi dibiarkan dulu melapuk langsung di sawah
selama satu musim. Petani yang ada di Kecamatan Rembang menggunakan pupuk anorganik berupa NPK, Urea, dan SP36. Untuk
pupuk organik menggunakan pupuk cair organik dan tabur berupa granol. Penggunaan pupuk kandang sebelum pengelolaan tanah.
e. Perlindungan tanaman
Perlindungan tanaman dilakukan untuk mengantisipasi dan mengendalikan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau
commit to user 66
penurunan produksi akibat serangan OPT. pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu PHT.
Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada di atas ambang ekonomi. Penggunaan
pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah, dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak
menimbulakan resurjensi atau resisten OPT atau dampak lain yang dapat merugikan lingkungan.
Pengendalian tanaman dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian hama dan gulma. Pengendalan hama dapat dilakukan
dengan cara gunakan varietas tahan, tanam tanaman yang sehat, pengamatan berkala di lapang, Pemanfaatan musuh alami, seperti:
pemangsa predator, misalnya laba-laba, pengendalian secara mekanik, seperti:
menggunakan alat
atau mengambil
dengan tangan,
menggunakan pagar, dan menggunakan perangkap, pengendalian secara fisik, seperti: menggunakan lampu perangkap, serta penggunaan
pestisida hanya bila diperlukan seperti : insektisida, fungisida atau molusida. Sedangkan pengendalian gulma dengan cara penyiangan.
Penerapannya dengan cara dilakukan saat tanaman berumur 10–15 hst. Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10-
15 hst. Diulangi secara berkala 10-25 hari, dilakukan pada saat kondisi tanah macak-macak, dengan ketinggian air 2-3 cm, gulma yang terlalu
dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan, dan dilakukan dua arah yaitu di antara dan di dalam barisan tanaman
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa pengendalian tanaman rata-rata 6,69 atau dalam kategori kurang trampil. Petani di
Kecamatan Rembang menerapkan pengendalian tanaman dengan menggunakan pestisida berupa insektisida karena hama yang ada
berupa serangan dari serangga. Untuk penyiangan dilakukan dengan cara dicabutu dengan tangan. Penyiangan dilakukan saat tanaman ada
gulmanya tetapi jika tidak maka tidak diadakan penyiangan lagi.
commit to user 67
f. Penanganan panen dan pasca panen
Penanganan panen dan pasca panen akan memberiakan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu
tanaman dimana pada masak fisiologi berdasrkan umur tanaman, kadar air, dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas.
Pemanenan dilakukan dengan system kelompok yang dilengkapi dengan peralatan, dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan
hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga
mutu tetap terjaga dan tidak tercecer. Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa penanganan panen dan pasca panen rata-rata 10,43
atau dalam kategori trampil. Petani di kecamatan Rembang dalam panen menggunakan sabit dalam memotong padi. Untuk perontok
gabah dengan
power thresher
. Untuk penanganan pasca penen dilakukan dengan cara menjemur gabah kemudian disimpan didalam
gudang. Sedangkan gabah yang akan digiling setelah penyimpanan biasanya tidak dijemur lagi karena kondisi gabah saat disimpan benar-
benar kering. Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa tingkat efektifitas
komunikasi dalam ketrampilan melakukan kegiatan Pengelolan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang kurang terampil atau rata-rata 24,26.
Ketrampilan yang dimiliki petani tergantung pada sikap petani dalam mengadopsi teknologi inovasi yang tersedia. Kurang trampilnya petani
dalam kegiatan PTT disebabkan petani masih sulit untuk merubah cara pengelolaan tanaman padi dengan teknologi yang baru, selain itu kondisi
di Kecamatan Rembang kurang sesuai dengan penerapan yang ada.
commit to user 68
C. Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi