Nyeri akut yang tidak ditangani dengan baik bisa berkembang menjadi nyeri kronik Lalenoh, 2009
2. Persepsi Nyeri dan Nosisepsi
Salah satu fungsi saraf yang penting adalah menyediakan informasi tentang adanya ancaman bahaya atau cedera. Stimulasi suhu 42
o
C, kimia misalnya pH, produk plasma atau kerusakan mekanis pada ujung sensorik
perifer akan menimbulkan keluhan secara verbal dan usaha menghindar pada manusia. Nosiseptor adalah aferen-aferen primer yang berespon
terhadap stimulasi yang berbahaya dan intens. Pertama, stimulasi nyeri mencetuskan aktivitas pada grup aferen primer di neuron-neuron ganglion
sensorik nosiseptor. Melalui sistem spinal dan berbagai sistem intersegmental, informasi tersebut mengakses pusat supraspinal di batang
otak dan talamus. Sistem poyeksi ini mewakili dasar rangsangan somatik dan visera yang memberikan hasil berupa usaha menarik diri atau keluhan
verbal Marsaban et al, 2009 Nosisepsi merupakan istilah yang menunjukkan proses penerimaan
informasi nyeri yang dibawa dari reseptor perifer di kulit dan viseral ke korteks serebri melalui penyiaran neuron-neuron. Neuron-neuron sensorik
pada akar dorsal ganglia mempunyai ujung tunggal yang bercabang ke akson-akson perifer dan sentral. Akson perifer mengumpulkan input
sensorik dari reseptor jaringan, sementara akson sentral menyampaikan input sensorik tersebut ke medula spinalis dan batang otak. Akson sensorik
commit to user
aferen nosiseptif tersebar luas di seluruh tubuh kulit, otot, persendian, visera, meninges dan terdiri dari tiga macam serabut saraf tabel 1.1
Marsaban et al, 2009
3. Mediator Inflamasi dan Modulator Nyeri
Kerusakan jaringan seperti misalnya akibat infeksi, inflamasi atau iskemia, akan memicu produksi berbagai mediator yang bekerja langsung
melalui
ligant-gated ion channel
atau dapat pula melalui reseptor metabotropik yang berkaitan dengan sistem second messenger untuk dapat
mengaktifkan dan atau mensensitasi nosiseptor. Sistem ini diatur secara khusus dengan memperhatikan hubungan linier antara intensitas
rangsangan, aktivitas pada nosiseptor, besar pengaruh pelepasan transmiter spinal dan aktivitas neuron yang memproyeksi medula spinalis ke otak
Marsaban et al, 2009. Jumlah mediator inflamasi dan nyeri semakin bertambah dan tidak
hanya terbatas dengan mediator-mediator seperti yang di atas, tetapi juga berbagai sitokin, kemokin dan faktor-faktor pertumbuhan yang harus
diperhatikan. Akhir-akhir ini diidentifikasi kepentingan relatif untuk setiap perbedaan mediator dan mekanisme kerja pada saat nyeri. Marsaban et al,
2009 Tahap proses terjadinya nyeri diawali dengan transduksi. Kerusakan
jaringan menyebabkan terlepasnya substansi kimiawi endogen berupa bradikinin, substansi P, serotonin, histamin, ion H, ion K, dan prostaglandin.
commit to user
Zat kimia ini terlepas ke dalam cairan ekstraseluler yang melingkupi nosiseptor. Kerusakan membran sel akan melepaskan senyawa
phospholipid
yang mengandung asam arakhidonat dan terjadi aktivasi ujung aferen nosiseptif. Asam arakhidonat atas pengaruh
prostaglandin
PG
endoperoxide synthase
akan membentuk
cyclic endoperoxide
PGG2 dan PGH2 akan membentuk mediator inflamasi sekaligus mediator nyeri
tromboksan TXA2, prostaglandin PGE2, PG2α, prostasiklin PGI2. Terbentuk pula leukotrien LT atas pengaruh 5-lipooksigenase. Setelah
kerusakan jaringan timbul mediator nyeri atau inflamasi berupa substansi P, PGs, LTs dan bradikinin. Dari sel mast dilepaskan histamin. Kombinasi
senyawa ini menimbulkan vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas vaskuler lokal sehingga membantu gerakan cairan ekstravasasi ke dalam
ruang interstisial jaringan rusak. Proses ini mengawali mekanisme respon inflamasi yang merupakan langkah pertama dalam proses pertahanan
jaringan dan reparasi luka. Mediator juga mengaktifkan nosiseptor. PGs dan LTs tidak langsung mengaktifkan melainkan mensensitisasi nosiseptor agar
dapat distimuli oleh senyawa lain seperti bradikinin, histamin sehingga terjadi hiperalgesia, yaitu respon stimuli yang meningkat, pada kondisi
normal sudah menimbulkan sakit. Pelepasan mediator kimiawi terus menerus dapat menyebabkan stimulasi dan sensitisasi terus menerus pula
sehingga terjadi hiperalgesia, alodina dan proses berakhir sesudah terjadi proses penyembuhan. Selanjutnya leukotrien D4 LTD4 mengaktifkan
makrofage dan basofil yang akan menstimuli dan meningkatkan pelepasan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
eikosanoid, yaitu metabolit yang terlepas akibat terjadinya metabolisme asam arakhidonat. Leukotrien D4 juga melepas substansi P dan secara tidak
langsung bekerja pada neuron sensoris dengan menstimuli sel lain untuk melepaskan bahan neuron aktif. Lekosit PMN melepaskan leukotrien B4
LTB4. Keduanya berperan dalam sensitisasi nosiseptor. Pada inflamasi, sistem imun akan melepaskan sitokin proinflamasi : interleukin IL1β, IL6,
TNF, IFN. Sitokin ini dengan cepat akan berinteraksi dengan saraf perifer melalui mediator. IL1β berinteraksi dengan neuron sensoris, mengaktifkan
eikosanoid dalam sel seperti fibroblas dan menyebabkan terlepasnya prostaglandin. Platelet dan sel mast melepas serotonin yang langsung
mengaktifkan atau mensensitisasi nosiseptor dan menimbulkan hiperalgesia. Proses transduksi dapat dihambat oleh obat anti inflamasi non steroid
AINS. Setelah terjadinya transduksi yang dipicu oleh adanya mediator inflamasi maka akan dilanjutkan dengan proses transmisi, modulasi dan
persepsi Gambar 2.1 Setiabudi, 2005. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Gambar.2.1. jaras nyeri sumber Gottschalk A et al. Am Fam physician 2001 and kehlet H et al anesth analg 1993
Pada awal fase transduksi yang dipicu adanya mediator inflamasi yang dihasilkan dari kerusakan jaringan seperti prostaglandin, leukotrien
dan prostasiklin yang merupakan hasil metabolisme dari asam arakhidonat Gambar 2.2. Semakin besar kerusakan jaringan yang ada semakin besar
pula mediator inflamasi yang dihasilkan dan semakin luas juga proses inflamasi yang terjadi sehingga akibat yang ditimbulkan yaitu nyeri juga
akan semakin besar dirasakan Baratawidjaja, 2006; Mansjoer, 2003 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2.2 Jalur pelepasan dan metabolisme asam arakidonat
Sumber: Smyth Fitgerald, 2012
Sindroma nyeri inflamasi dan nyeri neuropati dianggap sesuatu yang berbeda. Inflamasi merupakan fenomena yang khas, yang melibatkan
kaskade dari sel-sel imun , seperti sel mast, neutrofil, makrofage dan limfosit-T. Sel-sel imun tersebut menghasilkan komponen-komponen
sebagai mediator nyeri. Beberapa tipe sel imun juga berperan penting dalam patogenesis dan berubahnya karakter proses nosisepsi pada nyeri neuropatik
perifer. Walaupun peran dan waktu pemunculan sel-sel tersebut belum jelas benar, mereka tampak bersamaan pada saat proses inflamasi terjadi. Gambar
2.3 menjelaskan, pasca cedera sel mast dan makrofage diaktifkan, beberapa
blood-born immune cells
termasuk netrofil dilibatkan dalam usaha perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
melakukan aksi algesik baik secara langsung di nosiseptor maupun tidak langsung dengan melepaskan berbagai mediator imun Thacker
et al.
, 2007.
Gambar 2.3 Imunofisiologi nyeri inflamasi Sumber : thacker
et al
., 2007. Dalam responnya terhadap cedera,sel-sel imun setempat teraktivasi,
dan
blood-borne immune cells
dikerahkan ketempat cedera. Disamping sebagai pertahanan, sel imun berperan juga dalam munculnya sensitisasi
nosiseptor perifer melalui sintesa dan pelepasan mediator inflamasi serta interaksinya dengan neurotransmiter dan reseptor-reseptornya. Sel-sel imun
,sel glia dan sel syaraf membentuk jaringan yang terintegrasi yang mengkoordinir respon imun dan memodulasi eksitabilitas dari jalur nyeri
Ren Dubner, 2010.
4. Asam Arakhidonat