i. Bangun-Miliki-Operasi-Transfer Build-Own-Operate-Transfer
BOOT merupakan bentuk kemitraan yang dalam hal ini pihak swasta mendapatkan waralaba ekslusif untuk pembiayaan, pembangunan, operasi,
perawatan, pengaturan dan pengumpulan bayaran dalam periode yang tetap sebagai kompensasi investasinya. Dan pada akhir masa waralaba, fasilitas
tersebut dapat kembali menjadi milik pemerintah. Kemitraan jenis ini juga dapat diaplikasikan pada hampir seluruh infrastruktur dan fasilitas publik.
Kelebihannya: 1 Maksimasi penggunaan sumber pendanaan.
2 Konstruksi fasilitas yang paling efisien dan efektif 3 Masyarakat dapat menikmati fasilitas tanpa mengeluarkan biaya tetap
yang mahal dan hutang jangka panjang 4 Kondisi awal pembangunan diserahkan pada pihak swasta
5 Akses terhadap keahlian manajerial pihak swasta, peralatan, inovasi dan tenaga kerja dapat mendatangkan penghematan
6 Pembagian risiko dengan pihak swasta. Kelemahannya:
1 Fasilitas dapat ditransfer kembali kepada publik ketika fasilitas sedang digunakan namun biaya operasi meningkat
2 Publik kehilangan kontrol terhadap modal konstruksi dan modal awal operasi
3 Kontrak harus diperhatikan dengan seksama untuk menghindari kajadian yang tidak diinginkan di masa depan.
commit to user
4 Partner swasta dapat menentukan ongkos yang dibayarkan konsumen. 5 Kesulitan dalam penggantian partner swasta ketika terjadi risiko
kebangkrutan
j. Bangun-Miliki-Operasi Build-Owned-Operate
Bangun-Miliki-Operasi BOO me-rupakan jenis kemitraan berupa transfer kepemilikan dan tanggung jawab fasilitas publik yang dalam hal ini pemda
melakukan kontrak dengan partner swasta untuk membangun, dan memiliki kemudian mengoperasikan fasilitas baru, partner swasta juga membiayai
pelaksanaan proyek. Kemitraan jenis ini juga dapat diaplikasikan pada hampir seluruh infrastruktur dan fasilitas publik.
Kelebihannya: 1 Tidak ada keterlibatan pemerintah dalam penyediaan dana dan operasi
fasilitas 2 Publik dapat mengatur jasa layanan yang disediakan sektor swasta
3 Sektor swasta mengoperasikan layanan dalam bentuk yang paling efisien dalam jangka panjang atau jangka pendek
4 Tidak membutuhkan pendanaan pemerintah 5 Tersedia aliran pendapatan yang berasal dari PPh dan pajak properti dari
fasilitas yang disediakan publik 6 Kebijakan penanganan jangka panjang dalam melakukan operasi
merupakan insentif bagi pembangun kontraktor Kelemahannya:
1 Sektor swasta tidak membangun fasilitas tersebut sebagai barang publik perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
2 Pemerintah tidak memiliki mekanisme untuk mengatur harga yang berlaku 3 Penyediaan fasilitas dibatasi oleh peraturan daerah yang berlaku
4 Tidak ada kompetisi dalam penyediaan fasilitas publik ini. Dari bentuk-bentuk kerjasama yang disajikan diatas, menjadikannya
sebagai prioritas pilihan untuk mengembangkannya kedalam kondisi lokal, mengingat kondisi lokal akan mempengaruhi struktur kerja implementor
program. Adapun bentuk kerjasama yang terjadi kota Surakarta, dengan meleburnya peran Pemkot sebagai regulator dan Damri sebagai operator
BRT. Melihat dari skema bentuk kemitraan diatas, maka bentuk kerjasama antara Pemkot Surakarta dan UPT Damri Surakarta dapat diambil dari salah
satu bentuk diatas atau diambil melalui kombinasi bentuk kemitraannya sampai pada tingkat tertentu dinamis.
Dalam memenuhi beberapa aspek pendukung seperti, pengadaan bus; pembuatan shelter dan komponen pendukung Bus Rapid Transit; dan
manajemen operator Batik Solo Trans, terjadi pola kerjasama yang berbeda- beda dengan adanya pelibatan beberapa aktor yang berbeda dengan tujuan
maupun kepentingan yang berbeda. Pemahaman akan hal ini peneliti mencoba mengkonstruksikan dari kesepuluh bentuk kerjasama tersebut
kedalam bentuk realitas akan pola kerjasama yang terjadi, maka dinamisasi yang dinyatakan diatas ditujukan pada apa yang telah terjadi di kota Surakarta
dengan beberapa konsekuensi dan kesiapan beberapa aktor untuk menjalankan sistem BRT ini sebagai inovasi kerja yang berbeda dengan
commit to user
kondisi daerah-daerah lainnya di Indonesia yang telah menerapkan sistem Bus Rapid Transit menjadi transportasi publik perkotaannya.
Dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah kota Surakarta, menjadikan kerjasama sebagai alternatif terbaik. Bentuk kerjasama
yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan akan operasionalisasi sistem Bus Rapid Transit di kota Surakarta. Kondisi ini berinisiasi pada kebutuhan
apa yang disesuaikan dan dengan siapa aktor yang pas menjalankan program ini. Seperti halnya bekerjasama dengan Damri yang dikenal sebagai BUMN,
dimana mengkerjasamakan program Batik Solo Trans untuk dioperasionalkan pihak Damri atas dasar yang tepat, karena Damri adalah Badan Usaha Negara
yang telah lama dan berpengalaman dalam pengusahaan transportasi perkotaan. Kondisi seperti inilah yang dibutuhkan analisis kelembagaan yang
benar, dimana adanya peran untuk memperkecil konflik, ketergantungan akan subsidi dan realisasi yang meninggalkan kesan dominasi negara yang terlalu
mencampuri manajemen profite. Secara teoritis dan pengalaman empiris, badan-badan kerjasama dapat
dikategorikan kedalam beberapa model PKP2A III LAN, 2002, yang telah dimodifikasi penulis. Beberapa model yang umum dipergunakan adalah
sebagai berikut:
a Kerjasama Usaha Dengan Membentuk Lembaga Baru yang Permanen
Dalam model ini, Badan Kerjasama dipimpin dan dikelola oleh manajemen yang terpisah dari struktur pemerintah daerah. Kedudukan
commit to user
pemerintah daerah hanya sebagai pemilik saham yang dalam operasionalnya akan diwakili oleh anggota komisaris badan usaha
tersebut. Dengan
demikian, fungsi
pengendalian dan
pertanggungjawaban badan usaha dilakukan melalui mekanisme rapat umum pemegang saham RUPS. Dalam RUPS tersebut, pemda sebagai
pemilik saham dapat meminta pertanggung jawaban Badan Usaha dan sekaligus pemda dapat menentukan personil untuk duduk sebagai salah
satu anggota danatau ketua dari dewan komisaris.
b Kerjasama Usaha Tanpa Membentuk Badan Lembaga Baru.
Kerjasama ini dilakukan antar badan usaha dari suatu daerah dengan daerah lainnya, pada sejumlah tahapan aktivitas usahanya. Misalnya
dalam penyediaan bahan baku, produksi, maupun dalam pemasaran barang dan jasanya. Salah satu contohnya misalnya kerjasma antara
beberapa PDAM, dimana PDAM satu daerah memandang lebih ekonomis kalau membeli bahan baku air dari PDAM daerah lain,
dibandingkan dengan membangun instalasi bahan bakunya sendiri. Atau satu Perusda yang memiliki pasar, dapat melakukan kerjasama dengan
Perusda lain dalam pemasaran hasil usaha badan usaha daerah lainnya.
c Kerjasama Pelayanan Dengan Membentuk Lembaga Baru yang Permanen.
Dalam kerjasama dengan pola ini, kelembagaan baru yang dibentuk merupakan milik bersama bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama.
Kelembagaan ini diberi tugas untuk menangani urusan-urusan atau perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
fungsi-fungsi tertentu, yang apabila dilakukan masing-masing daerah akan terjadi pemborosan, kemungkinan inkonsistensi kebijakan,
ketidakoptimalan pendayagunaan
potensi kawasan
itu, atau
ketidakoptimalan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat di kawasan itu. Contoh riil mengenai hal ini adalah kelembagaan
almagamasi dalam pengelolaan kebersihan persampahan.
d Kerjasama Pelayanan Tanpa Membentuk Lembaga Baru.
Kerjasama ini dilakukan antar instansi dari suatu daerah dengan daerah lainnya
atau pemerintah
dengan lembaga
lainnya, untuk
menyelenggarakan pelayanan tertentu, misalnya dalam penyediaan atau pembangunan fasilitas umum dan prasarana dasar seperti jalan, jembatan,
gorong-gorong, sarana sanitasi MCK, dan sebagainya. Instansi yang terikat dalam kerjasama tersebut cukup membuat kesepakatan tertulis
dokumen kontrak atau MoU, yang berisi tentang hak dan kewajiban masing-masing
pihak, materi
dan mekanisme
kegiatan yang
dikerjasamakan, serta pengaturan jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan. Contoh konkrit pola kerjasama ini adalah pembangunan jalan
yang menghubungkan beberapa kampung yang berdekatan namun secara administratif berada di wilayah kabupaten yang berbeda. Contoh lain
adalah pelayanan kesehatan bagi penduduk suatu daerahkabupaten oleh Puskesmas yang berada di daerah kabupaten lain.
commit to user
e Kerjasama Bantuan Teknis technical assistance.
Model ini adalah kerjasama pembangunan antara daerah atau daerah itu sendiri melalui perbantuan dari pusat. Dimana kerjasama memberikan
bantuan satu sama lain dalam hal-hal yang bersifat mikro atau yang bersifat teknis operasional penyelenggaraan pemerintah di daerahnya.
Dengan melihat beberapa model yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah terhadap beberapa lembaganya dalam konteks kerjasama, dimana
model kerjasama pelayanan tanpa membentuk lembaga baru dan kerjasama bantuan teknis sesuai dengan kondisi yang terjadi saat ini di kota Surakarta
dalam pengembangan Bus Rapid Transit. Dimana dalam memberi pelayanan transportasi perkotaan yang baru, Pemkot Sukarata melihat peluang untuk
mengkerjasamakan program Batik Solo Trans dengan Damri atas konteks bagaimana program ini dapat berjalan dengan efisien, memberikan peran
kepada Damri sangat meminimalisirkan beberapa pos pendanaan dengan tanpa membentuk perusahaan daerah atau lembaga baru yang nantinya akan
memakan banyak pendanaan. Adapun kerjasama yang berupa bantuan teknis, berkesesuaian dengan kondisi yang dimana pemberian armada baru dari pusat
untuk dioperasionalkan di kota Surakarta tanpa terbebaninya cost pengadaan barang untuk memenuhinya.
commit to user
B. Kerangka Pikir