Desain Penelitian Uji Kelayakan Program

46

3.2 Desain Penelitian Uji Kelayakan Program

3.2.1 Subjek dan Lokasi Penelitian Subjek sebagai responden dalam penelitian uji kelayakan program ini adalah mahasiswa pendidikan fisika Universitas Negeri Semarang semester VIII sebanyak 30 responden. Responden melakukan kegiatan preview dan penilaian terhadap kualitas program MPI Polarisasi Cahaya yang telah dikembangkan. Penilaian dilakukan terhadap aspek-aspek pendidikan, tampilan program, maupun kualitas teknis. Kegiatan preview dan penilaian dilaksanakan di Jurusan Fisika FMIPA UNNES pada bulan Januari 2010. Hasil uji kelayakan dijadikan acuan untuk perbaikan program selanjutnya. Kegiatan perbaikan program berdasarkan hasil penilaian responden dilaksanakan pada bulan Februari 2010. 3.2.2 Prosedur Penelitian Uji kelayakan program dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1 Mempersiapkan program MPI Polarisasi cahaya di komputer, 2 Mempersilakan responden untuk berinteraksi dengan program, 3 Memberikan angket kepada responden setelah responden merasa cukup berinteraksi dengan program, 4 Menganalisis data angket. 3.2.3 Instrumen Penelitian Uji kelayakan program dilakukan dengan menggunakan instrumen angket. Angket menggunakan format lima respon jawaban yaitu: sangat setuju SS, setuju S, kurang setuju KS, tidak setuju TS, dan sangat tidak setuju STS. Penentuan skor angket dilakukan secara apriori. Bagi skala yang berarah positif, pemberian skor untuk masing-masing respon jawaban yaitu: skor 5 bagi Sangat Setuju SS, skor 4 47 bagi Setuju S, skor 3 bagi Kurang Setuju KS, skor 1 bagi Tidak Setuju TS, dan skor 1 bagi Sangat Tidak Setuju STS. Bagi skala yang berarah negatif, pemberian skor menjadi sebaliknya. 3.2.4 Metode Analisis Data Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah menganalisis data angket tersebut. Hasil analisis data angket digunakan sebagai masukan bagi perbaikan program MPI selanjutnya. Data dianalisis dengan cara sebagai berikut: 1 Angket yang telah diisi responden, diperiksa kelengkapan jawabannya, kemudian disusun sesuai dengan kode responden, 2 Mengkuantitatifkan jawaban setiap pernyataan indikator dengan memberikan skor sesuai dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya, 3 Membuat tabulasi data. 4 Mengkonversi skor menjadi nilai Konversi skor menjadi nilai dengan cara berikut ini Sukardjo dalam Surip 2009. a Mencari skor rata-rata empirisnya dengan persamaan: £ = ∑X N 3.1 Keterangan: £ = Skor rata-rata suatu indikator ∑X = jumlah skor suatu indikator N = jumlah responden b Menentukan kriteria nilai skor rata-rata £ dalam lima kategori, yaitu sangat kurang baik, kurang baik, sedang, baik, dan sangat baik seperti Tabel 3.3. 48 Tabel 3.3. Kategori Penilaian Program No Nilai Kategori 1 Mi + 1,8 Sbi £ Sangat baik 2 Mi + 0,6 SBi £ ≤ Mi + 1,8 SBi Baik 3 Mi – 0,6 SBi £ ≤ Mi + 0,6 SBi Sedang 4 Mi – 1,8 SBi £ ≤ Mi – 0,6 SBi Kurang baik 5 £ Mi – 1,8 SBi Sangat kurang baik Keterangan: Mi Mean ideal = ½ Skor terendah + skor tertinggi SBi simpangan batu ideal = 16 Skor tertinggi – skor terendah. c Konversi Skor Rata-Rata £ Menjadi Nilai Hasil perhitungan persamaan di dalam Tabel 3.3 didapatkan tabel Konversi skor rata-rata £ Tabel 3.4. Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Program No Skor rata-rata Nilai 1 4,2 £ Sangat baik 2 3,4 £ ≤4,2 Baik 3 2,6 £ ≤3,4 Sedang 4 1,8 £ ≤ 2,6 Kurang baik 5 £ ≤ 1,8 Sangat kurang baik 5 Menentukan Kriteria Kelayakan Produk Program MPI Produk MPI dikatakan “layak” digunakan sebagai media maupun sumber belajar, jika nilai yang diperoleh sekurang-kurangnya berkategori “sedang”. Jadi produk yang layak harus berkategori “sedang”, “baik”, atau “sangat baik”. 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Prosedur Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif MPI Fisika Topik Polarisasi Cahaya

4.1.1 Analisis Kebutuhan Pengembangan suatu software pembelajaran dilakukan untuk mendukung kegiatan belajar – mengajar. Kegiatan pembelajaran diharapkan mampu berjalan dengan optimal dengan bantuan multimedia pembelajaran interaktif MPI. Di antara masalah pembelajaran yang dapat teratasi dengan MPI adalah kebutuhan sumber belajar yang berkualitas dan memenuhi standard bagi guru dan siswa, pemerataan sumber belajar dan konsistensi materi pembelajaran untuk seluruh siswa yang tersebar di berbagai daerah sehingga tidak ada lagi perbedaan sumber belajar bagi sekolah di desa dan kota. Di samping itu, dengan pemanfaatan MPI pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan Koesnandar 2006:75. Salah satu materi pembelajaran yang perlu didukung dengan pengadaan multimedia pembelajaran adalah polarisasi cahaya. Beberapa permasalahan yang menjadi dasar pengembangan MPI polarisasi cahaya adalah sebagai berikut: 1 Siswa tidak menjumpai gejala polarisasi cahaya di kehidupan nyata mereka Menurut aliran teori belajar kognitif, pembelajaran di sekolah hendaknya dimulai dengan memberikan pengalaman-pengalaman nyata daripada dengan pemberitahuan-pemberitahuan Rifa’I, 2009:207. Implikasinya, pembelajaran dapat dimulai dengan melakukan pengamatan, demonstrasi, percobaan maupun simulasi di