Prinsip dasar dan tujuan metode kreatif-produktif

dalam bembelajaran ini dinilai dari tingkat kreativitas dan produktivitas desain sebagai produk kreatif. Hal ini merupakan indikator kompetensi belajar dalam mata pelajaran menggambar busana. b Metode kreatif produktif

1. Prinsip dasar dan tujuan metode kreatif-produktif

Pada awalnya, model pembelajaran kreatif dan produktif khusus dirancang untuk pembelajaran apresiasi sastra. Namun pada perkembangannya, dengan berbagai modifikasi, model ini dapat digunakan untuk pembelajaran berbagai bidang studi. Menurut Indrawati dan Wanwan Setyawan 2009, pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Menurut Neni Budiwati 2009 metode pembelajaran kreatif produktif merupakan metode yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil. Pembelajaran ini berpijak pada teori konstruktivistik yaitu belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya, dengan demikian dalam pembelajaran ini para siswa diharapkan dapat mengkonstruksi sendiri konsep atau materiyang mereka dapatkan. Menurut paradigma konstruktivistik, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah, mengembangkan konsep, konstruksi solusi dan algoritma daripada menghafal prosedur dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Pembelajaran lebih dicirikan oleh aktivitas eksperimentasi, pertanyaan- pertanyaan, investigasi, hipotesis, dan model-model yang dibangkitkan oleh siswa sendiri. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kreatif produktif adalah metode yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang berpijak pada teori konstruktivistik, yaitu belajar lebih mengutamakan pemahaman konsep oleh siswa secara mandiri dan terbuka sehingga memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat memecahkan masalah secara divergen berpikir kreatif dan meningkatkan produktivitas. Secara umum, terdapat lima prinsip dasar yang melandasi kelas konstruktivistik, yaitu 1 meletakkan permasalahan yang relevan dengan kebutuhan siswa, 2 menyusun pembelajaran di sekitar konsep-konsep utama, 3 menghargai pandangan siswa, 4 materi pembelajaran menyesuaikan terhadap kebutuhan siswa, 5 menilai pembelajaran secara kontekstual I Wayan Santyasa:2003 dalam Model-Model Pembelajaran.pdf. Prinsip-prinsip dasar atau karakteristik pembelajaran kreatif produktif yaitu: 1 Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran 2 Siswa didorong untukmenemukan mengkonstruksi sendiri konsep yang sedang dikaji melalui pnafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi atau percobaan. 3 Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama 4 Untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias serta percaya diri. http:model-pembelajaran-kreatif-dan- inovatif.html Mengacu pada karakteristik tersebut, model pembelajaran ini sangat sesuai diterapkan untuk mata pelajaran dengan materi yang menuntut pemahaman nilai dan konsep yang tinggi serta penerapan dari pemahaman tersebut dalam karya nyata. Hal ini sesuai dengan materi pada pembelajaran menggambar busana sebagai mata diklat produktif yang mengacu pada karya nyata sebagai ketrampilan unjuk kerja. Metode pembelajaran kreatif produktif bertujuan untuk memahamkan konsep terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tetentu, mampu menerapkan konsep atau memecahkan masalah, serta mampu mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut. Dalam pembelajaran menggambar busana, penggunaan metode pembelajaran kreatif produktif bertujuan meningkatkan ketrampilan dan kreativitas dalam menerapkan pemahaman konsep dalam bentuk karya nyata, yaitu berupa desain busana. Secara umum kegiatan pembelajaran dalam metode kreatif produktif dibagai menjadi empat langkah dan satu langkah evaluasi, yaitu: 1. Orientasi Dalam metode kreatif produktif, pembelajaran diawali dengan orientasi. Bentuk dari kegiatan ini menurut Indrawati dan Wanwan Setyawan 2009 yaitu mengkomunikasikan dan menyepakati tugas dan langkah pembelajaran. menurut Neti Budiwati dalam tahap orientasi guru mengemukakan tujuan, materi, waktu, langkah, hasil akhir yang diharapkan dari siswa serta penilaian yang diterapkan. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. Adanya negosiasi ini diharapkan akan terjadi kesepakatan antara guru dan siswa. 2. Eksplorasi Pada tahap ini siswa melakukan eksplorasi terhadap masalah konsep yang sedang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan membaca, melakukan observasi, wawancara, menonton satu pertunjukan, melakukan percobaan, browsing melalui internet, dan sebagainya Indrawati dan Wanwan Setyawan, 2009. Kegiatan eksplorasi dapat dimaknai sebagai kegiatan untuk melibatkan peserta didik dalam mencari informasi yang luas mengenai materi yang sedang dipelajari dari berbagai sumber belajar baik yang ada lingkungan sekolah atau di luar sekolah, misalnya melalui lembar kerja peserta didik, buku teks, media massa koran, majalah, internet, praktikum, atau museum Depdiknas, 2007. Menurut I Wayan Santyasa 2007 eksplorasi yaitu merencanakan pengorganisasian informasi, melukiskan diagram pemecahan, membuat tabel, grafik, atau gambar. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Agar eksplorasi menjadi terarah, guru sebaiknya memberikan panduan singkat yang memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja, serta hasil akhir yang diharapkan. 3. Interpretasi Kegiatan dalam tahap ini yaitu menginterpretasikan hasil eksplorasi melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan percobaan kembali bila diperlukan Indrawati dan Wanwan Setyawan, 2009. Kegiatan interpretasi dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada pesreta didik untuk memberikan arti pada informasi baru yang diperoleh dengan menghubungkan pengetahuan- pengetahuan atau informasi yang sudah dimiliki sebelumnya Depdiknas, 2007. Kemampuan peserta didik dalam tahap interpretasi berupa kemampuan menguraikan materi yang sedang dipelajari secara lebih rinci sesuai dengan tingkat pemahaman dan analisis mereka. 4. Re-kreasi Menurut Indrawati dan Wanwan Setyawan 2009, pada tahap re-kreasi, siswa ditugaskan untuk menghasilakan sesuatu yang mencerminkan pengalamannya terhadap konsep topic masalah yang sedang dikaji menurut kreasinya masing-masing. Re-kreasi dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Menurut I Wayan Santyasa 2007 tahap rekreasi siswa secara aktif dapat melakukan perluasan jawaban, menemukan alternatif pemecahan lain, memperluas konsep dan generalisasi, mendiskusikan pemecahan, memformulasikan masalah-masalah variatif yang orisinil. Hasil re-kreasi merupakan produk kreatif yang dapat dipresentasikan, dipajang atau ditindaklanjuti. 5. Evaluasi Evaluasi yang dilakukan tidak terbatas pada evaluasi terhadap hasil akhir atau produk kreatif dari proses re-kreasi, melainkan juga terhap keselaruhan proses atau kegiatan-kegiatan yang telah dilalui Depdiknas, 2007. Hasil evaluasi ini tidak hanya sebagai umpan balik, lebih dari itu sebagai upaya peningkatan kualitas hasil dan proses secara keseluruhan. Selanjutnya langkah-langkah tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh guru sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, materi, karakteristik siswa, serta kondisi sarana dan prasarana dengan berpegang pada hakekat setiap langkah.

3. Mata diklat menggambar Busana