Dimensi Nasional Dasar Yuridis .1 Dimensi Internasional

18 ICESCR , terdapat pula beberapa pasal yang mengindikasikan keterpihakan terhadap masyarakat usia lanjut. Pasal-pasal ini antara lain: pasal 9 yang mengatur hak atas keamanan social; 52 pasal 11 tentang hak atas standar hidup yang layak; 53 dan pasal 12 yang mengatur tentang hak atas pencapaian maksimal atas kesehatan fisik dan mental. 54 Pengakuan hak-hak asasi manusia kepada masyarakat usia lanjut secara eksplisit terdapat dalam United Nations Principles for Older Persons. Disebutkan beberapa prinsip penting diantaranya: 55 1. Older persons should have access to adequate food, water, shelter, clothing and health care through the provision of income, family and community support and self-help. 2. Older persons should have the opportunity to work or to have access to other income- generating opportunities. 3. Older persons should have access to appropriate educational and training programmes. 4. Older persons should be able to live in environments that are safe and adaptable to personal preferences and changing capacities. 5. Older persons should remain integrated in society, participate a ctively in the formulation and implementation of policies that directly affect their well-being and share their knowledge and skills with younger generations. 6. Older persons should have access to health care to help them to maintain or regain the optimum level of physical, mental and emotional well-being and to prevent or delay the onset of illness. 7. Older persons should have access to social and legal services to enhance their autonomy, protection and care. 8. Older persons should have access to the educational, cultural, spiritual and recreational resources of society. 9. Older persons should be treated fairly regardless of age, gender, racial or ethnic background, disability or other status, and be valued independently of their economic contribution.

5.1.3.2 Dimensi Nasional

Dalam dimensi nasional, cikal bakal pengakuan hak asasi manusia terhadap masyarakat usia lanjut terdapat dalam Pasal 28 F Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasidenggan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. 56 Di samping itu Pasal 28 H 1 menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, 52 International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, G.A. Res. 2200 XXI A, U.N.Doc.ARES220XXI Dec. 16, 1966, Article 9 53 Ibid, article 11. 54 Ibid article 12. 55 United Nations Principles for Older Persons, ARES4691, 74th plenary meeting ,16 December 1991 56 Undang-undang Dasar 1945 Pasal 28 F 19 dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. 57 Dalam tingkatan Undang-undang, Pasal 42 Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan bahwa Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atau biaya negara, untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 58 Selanjutnya dalam Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia disebutkan hak dan Kewajiban Lansia. Pasal 5 menyebutkan bahwa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selanjutnya, sebagai penghonnatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi : a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. pelayanan kesehatan; c. pelayanan kesempatan kerja; d. pelayanan pendidikan dan pelatihan; e. kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; f. kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; g. perlindungan sosial; dan h. bantuan sosial. 59 Terkait dengan pariwisata pensiunan, memang harus diakui belum terdapat aturan yang secara eksplisit mengatur sektor potensial ini. Dalam Pasal 21 Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa wisatawan yang memiliki keterbatasan fisik, anak-anak, dan lanjut usia berhak mendapatkan fasilitas khusus sesuai dengan kebutuhannya. Perumusan pasal ini setidaknya mengindikasikan bahwa terhadap mereka yang lanjut usia, membutuhkan perlakuan, pelayanan, dan fasilitas yang berbeda sejalan dengan kebutuhan khusus mereka. Dalam level peraturan dibawah undang-undang, Keputusan Presiden No. 52 Tahun 2004 tentang pembentukan Komisi Nasional Lanjut Usia menyebutkan bahwa komisi inimempunyai tugas antara lain: a. membantu Presiden dalam mengkoordinasikan pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraansosial lanjut usia;b. memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden dalam penyusunan kebijakan upayapeningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia. Selanjutnya, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1998 tentang Kemudahan Bagi Wisatawan Lanjut Usia Mancanegaramenyebutkan bahwa wisatawan lanjut 57 Ibid, pasal 28 H 1 58 Undang-Undang 39 Tahun 1999 Pasal 42 59 Undang-undang No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lansia Pasal 5. 20 usia mancanegara adalah wisatawan warga negara asing yangmempunyai usia sekurang- kurangnya 55 tahun. Pasal 2 lalu menyatakan bahwawisatawan lanjut usia mancanegara dapat diberikan Izin Tinggal Terbatasselama satu tahun, dan diberikan jaminan perpanjangan untuk paling banyaklima kali berturut-turut dengan persyaratan-persyaratan seperti: a. Memiliki pernyataan dari Lembaga Dana Pensiun atau Bank di negara asalnyaataupu di Indonesia, tentang tersedianya dana untuk memenuhi kebutuhanhidupnya selama di Indonesia; b. Memiliki asuransi kesehatan, kematian dan asuransi tanggung jawab hukumkepada pihak ketiga di bidang perdata, baik di negara asalnya ataupun diIndonesia; dan c. Menyampaikan pernyataan untuk tinggal di sarana akomodasi yang tersediaselama di Indonesia, baik yang diperoleh dengan cara sewa, sewa beli ataupembelian. Pasal 3 lalu menyebutkan bahwa Wisatawan lanjut usia mancanegara harus mempekerjakan pramuwisma Warga Negara Indonesia selama berada di Indonesia. Kemudian, Hal-hal yang berkaitan dengan administrasi kemudahan Izin Tinggal Terbatas wisatawan lanjut usia mancanegara sejak kedatangan ke, perpanjangan tinggal di dan kepulangannya dari Indonesia diurus oleh Biro Perjalanan Wisata Indonesia yang memenuhi persyaratan. Sebagai aturan pelaksana dari keputusan presiden di atas, Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.04.IZ.01.02 tahun 1998 tentang pemberian visa dan izin keimigrasian bagi wisatawan lanjut usia mancanegara menyebutkan bahwa Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri dapat memberikan Visa Kunjungan atas kuasa sendiri kepada Wisatawan Lanjut Usia Mancanegara. Kemudian, Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri hanya dapat memberikan Visa Tinggal Terbatas kepada Wisatawan Lanjut Usia Mancanegara setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Imigrasi. Dalam Pasal 2 disebutkan bahwa Permohonan Visa diajukan oleh yang bersangkutan melalui Biro Perjalanan yang ditunjuk kepada Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri dengan mengisi formulir permohonan Visa yang telah ditetapkan. Selanjutnya, Izin Tinggal Kunjungan yang diberikan kepada wisatawan lanjut usia mancanegara dapat dialihstatuskan menjadi Izin Tinggal Terbatas. Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.07.IZ.01.02 tahun 2006 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor: M.04 IZ.01.02 tahun 1998 tentang Pemberian Visa dan Izin Keimigrasian bagi Wisatawan Lanjut Usia Mancanegara menyebutkan sejumlah negara dari asal wisatawan lanjut usia mancanegara yang dapat diberikan visa dan izin keimigrasian yakni; Afrika 21 Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Austria, Bahrain, Belgia, Belanda, Brasilia, Brunai Darussalam, Bulgaria, Cyprus, Denmark, Emirat Arab, Estonia, Finlandia, Hongaria, India, Inggris, Irlandia, Iran, Islandia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Kuwait, Liechtenstein, Luxemburg, Maladewa, Malaysia, Malta, Mesir, Monaco, Norwegia, Oman, Perancis, Philipina, Polandia, Portugal, Qatar, Rusia, Saudi Arabia, Selandia Baru New Zealand, Singapura, Spanyol, Suriname, Swedia, Swiss, Taiwan, Thailand dan Yunani. Dalam Pasal 5 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.04.IZ.01.02 tahun 1998 tentang pemberian visa dan izin keimigrasian bagi wisatawan lanjut usia mancanegara disebutkan bahwa Permintaan alih status keimigrasian dari Izin Kunjungan menjadi Izin Tinggal Terbatas diajukan oleh orang asing yang bersangkutan melalui Biro Perjalanan Wisata Indonesia yang ditentukan kepada Kepala Kantor Imigrasi dengan cara mengisi daftar isian yang telah ditentukan, dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi. Sesuai dengan bunyi pasal 5, Wisatawan Mananegara Lanjut Usia dapat diberikan Izin Tinggal Terbatas selama 1 satu tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 5 lima kali dengan jangka waktu setiap kali perpanjangan selama 1 satu tahun. Lalu, istri yang sah dari wisatawan lanjut usia pemegang Izin Tinggal Terbatas dapat diberikan status keimigrasian yang sama dengan suaminya. Pasal 8 lalu meyebutkan bahwa wisatawan lanjut usia tidak diperbolehkan bekerja melakukan kegiatan untuk mencari nafkah dan melakukan usaha. Dalam Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor : F.492-UM.01.10 tahun 2002 tanggal : 18 april 2002 tentang petunjuk pelaksanaan pemberian visa dan izin keimigrasian bagi wisatawan lanjut usia mancanegara. Dimana kebijakan yang bersifat umum meliputi: 1. Wisatawan Lanjut Usia Mancanegara adalah wisatawan warganegara asing yang berusia sekurang-kurangnya 55 tahun selanjutnya disebut Lansia; 2. Biro Perjalanan Wisata Lansia adalah badan usaha yang melakukan kegiatan membantu pengurusan kemudahan bagi kepentingan wisatawan lanjut usia mancanegara yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ; 3. Permohonan visa dan izin keimigrasian diajukan oleh orang asing yang bersangkutan melalui Biro Perjalanan Wisata Lansia Indonesia atau korespondennya di luar negeri ; 4. Pemberian Visa Kunjungan Lansia dapat diberikan atas kuasa sendiri Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ; 5. Perpanjangan Izin Kunjungan Lansia dan Izin Tinggal Terbatas Lansia diberikan oleh Kepala Kantor Imigrasi atau pejabat yang ditunjuk yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal wisatawan lanjut usia mancanegara ; 22 2. Izin Kunjungan Lansia dapat dialihstatuskan menjadi Izin Tinggal Terbatas Lansia dengan keputusan Direktur Jenderal Imigrasi atau pejabat yang ditunjuk ; 3. Izin Tinggal Terbatas Lansia dapat dialihstatuskan menjadi Izin Tinggal Tetap Lansia dengan Keputusan Direktur Jenderal Imigrasi atau pejabat yang ditunjuk.

5.1.3.3 Dimensi lokal