Malaysia Filipina Model Pengembangan Pariwisata Pensiunan di Negara Asean .1 Thailand

8 jumlah populasi usia lanjut terbesar di dunia, untuk menempatkan warga usia lanjutnya ke negara lain. 27

2.3.2 Malaysia

Malaysia secara konsisten melakukan program promosi “Malaysia My Second Home.” Untuk mensukseskan program ini, Malaysia mencantumkan Pariwisata Pensiunan dan Kesehatan dalam Rencana Induk Pembangunan Malaysia. 28 Hal ini lantas dibarengi dengan pembangunan fasilitas kesehatan dengan berbagai keunggulan seperti: biaya rawat inap yang bersaing, dokter dan prawat yang terlatih, jaringan rumah sakit dan klinik internasional. 29 Di samping itu, Malaysia juga memberikan visa khusus social visit pass yang berlaku 5 lima tahun dan dapat diperpanjang sepanjang wisatawan tersebut tetap tinggal di Malaysia. 30 Kemudian, izin kepemilikan property bagi orang asing yang ingin menikmati masa pensiun di Malaysia. Harga minimum property yang bisa dibeli oleh wisatawan asing ialah RM 500,000. 31

2.3.3 Filipina

Filipina menempatkan pariwisata pensiunan sebagai sektor unggulan pengembangan pariwisata. Strategi ini dilakukan karena Filipina telah kalah bersaing dengan negara ASEAN lainnya seperti: Thailand, Singapura, Malaysia, dan Indonesia dalam mengembangkan pariwisata. 32 Karena itu, Filipina mendirikan Philipine Leisure and Retirement Authority PLRA yang memiliki otoritas membangun dan memasarkan Filipina sebagai pariwisata pensiunan. Badan ini langsung berada di bawah presiden dan mempunyai tugas utama dalam investasi dan pemasaran terintegrasi dalam pariwisata pensiunan di Filipina. 33 27 Ibid. 28 Kee Mun Wong, Ghazali Musa, Retirement motivation among „Malaysia My Second Home‟Participants. http:repository.um.edu.my217851Retirement20motivation.pdf diakses pada 14 Februari 2015. 29 Ibid. 30 Visa Retirement in Malaysia, http:pra.gov.phdl_formfile_name303Malaysia.pdf diakses pada 15 Februari 2015. 31 Malaysia My Second Home Centre , http:www.mm2h.gov.myindex.phpenhomeprogrammeabout- mm2h-programme diakses pada 15 Februari 2015 32 Tourism, Medical Travel, and Retirement , http:www.investphilippines.infoarangkadawp- contentuploads20110617.-Part-3-Seven-Big-Winner-Sectors-Tourism-Medical-Travel-Retirement.pdf diakses pada 14 Februari 2015. 33 Marc Daubenbuechel, Establishment of a retirement village in the Philippines as a response to Global Ageing http:www.rhc.com.phwp-contentuploads201307Investmentstudy09.pdf diakses pada 15 Februari 2015. 9 Dalam mengembangkan pariwisata pensiunan, Filipina telah melatih dokter dan perawat mereka sesuai dengan standar internasional. Hal ini dibarengi dengan proses akreditasi fasilitas kesehatan yang dilakukan oleh PLRA.Filipina juga menawarkan biaya terjangkau dalam pelayanan kesehatan untuk mengimbangi pelayanan kesehatan di Singapura dan Thailand. 34 Filipina juga menawarkan Special Resident Retirement Visa SRRV bagi waisatawan asing yang berencana pensiun di Filipina dengan menawarkan sejumlah manfaat seperti: hak istimewa berupa pembebasan dari pajak penghasilan atas pensiun. 35 34 Tourism, Medical Travel, and Retirement , http:www.investphilippines.infoarangkadawp- contentuploads20110617.-Part-3-Seven-Big-Winner-Sectors-Tourism-Medical-Travel-Retirement.pdf diakses pada 14 Februari 2015. 35 Ibid 10

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan

Penelitian ini bertujuan dalam memberikan dasar rasionalitas perlunya pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Dasar rasionalitas ini akan mencakup dasar filosofis, sosiologis, dan yuridis. Dasar filosofis terkait dengan potensi pengembangan pariwisata pensiunan sebagai sumber pendapatan baru yang selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerintah. Dasar sosiologis terkait dengan potensi perubahan sosial yang positif bagi seluruh pemangku kepentingan di sector pariwisata yang dihasilkan oleh pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Terkait dasar yuridis, pengaturan pengembangan pariwisata pensiunan telah mendapatkan justifikasi dalam peraturan-peraturan Internasional, khususnya berkaitan dengan Hak Asasi Manusia dan United Nations Principles for Older Persons. Sementara justifikasi secara nasional terlihat dalam Undang-undang Hak Asasi Manusia dan Undang-undang Kepariwisataan. Tujuan penelitian berikutnya adalah merumuskan konsep pengaturan yang tepat dalam pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Daya jangkau pengaturan ini tentu harus mencakup setiap pemangku kepentingan yang berinteraksi dalam transaksi jasa pariwisata pensiunan yakni; pemerintah, penyediapemasok jasa, dan wisatawan pensiunan itu sendiri. Sementara terkait substansi pengaturan itu sendiri, proses perumusan standarisasi dan akreditasi menjadi elemen kunci bagi pengembangan pariwisata pensiunan. Proses ini tentu harus mencakup aspek industri, destinasi, pemasaran, dan kelembagaan pariwisata pensiunan.

3.2 Manfaat

Penelitian ini akan bermanfaat dalam mendorong para pengambil kebijakan untuk sesegera mungkin merumuskan peraturan terkait pengembangan pariwisata pensiunan di Bali. Tidak hanya itu, penelitian ini juga akan membantu para pengambil kebijakan dengan merumuskan seperti apa model pengaturan yang tepat dalam pengembangan pariwisata pensiunan di Bali.