Metil Salisilat PENELAAHAN PUSTAKA

1. Nonvolatile: nilai volatilitas berdasarkan hukum Henry sebesar H 3 x 10 -7 atm.m 3 mol. 2. Semivolatile: nilai volatilitas diantara 3 x 10 -7 atm.m 3 mol H 10 -5 atm.m 3 mol. 3. Volatile: nilai volatilitas antara 10 -5 atm.m3mol H 10 -3 atm.m 3 mol. 4. Highvolatile: nilai volatilitas sebesar H 10 -3 atm.m 3 mol Mitra, 2003. Hasil konversi satuan dari atm menjadi pascal 1 atm = 101325 pa adalah sebagai berikut: 1. Nonvolatile: 3 x 10 -7 atm.m 3 mol menjadi 0,03039 Pa.m 3 mol. Nilai H 0,03039 Pa.m 3 mol. 2. Semivolatile: 10 -5 atm.m 3 mol menjadi 1,013 Pa.m 3 mol sehingga nilai volatilitas antara 0,03039 Pa.m 3 mol H 1,013 Pa.m 3 mol. 3. Volatile: 10 -3 atm.m 3 mol menjadi 101,325 Pa.m 3 mol sehingga nilai volatilitas antara 3,0398 Pa.m 3 mol H 101,325 Pa.m 3 mol. 4. Highvolatile: H 101,325 Pa.m 3 mol. Dari hasil konversi tersebut, eugenol dapat dimasukkan dalam kategori semivolatile karena memiliki nilai volatilitas sebesar 0,2 Pa.m 3 mol.

B. Metil Salisilat

Metil salisilat biasa ditemukan dalam tanaman wintergreen, namun untuk saat ini keberadaan dari metil salisilat telah banyak ditemukan karena sudah dapat dibuat sintesis dari asam salisilat Astuti, 2006. Zat tersebut terdiri dari tidak kurang 99,0 bb dan tidak lebih dari 100,5 bb metil 2-hidroksibenzoat, tidak berwarna atau kuning terang, sangat larut dalam air, larut dalam alkohol, minyak lemak dan minyak esensial The Department of Health, 2010b . Senyawa ini berbentuk cair tak berwarna, kekuningan atau kemerahan dengan bau khas seperti gandapura Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995. Nilai dari metil salisilat dalam etanol sekitar 570 pada maks 238 nm dan 280 pada maks 306 nm, sedangkan nilai dari asam salisilat dalam 0,5 N natrium hidroksida NaOH sebesar 260 pada maks 300 nm Clarke, 1971 dan dalam etanol 95 sebesar 262 pada maks 300 nm Ahlneck and Alderborn, 1988. Dalam dunia pengobatan, metil salisilat digunakan sebagai analgesik topikal yang biasa digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri arthritis dan biasa digunakan pada produk-produk farmasetik maupun kosmetik. Biasanya pada produk-produk farmesetik ini, penggunaan metil salisilat ditambahkan dengan mentol untuk memberikan daya analgesik yang lebih kuat. Produk akhirnya bisa berupa balsam, krim, minyak atau salep Rhodia, 2011. Gambar 2. Struktur Metil Salisilat The Departement of Health, 2010b Keberadaan air dalam sediaan metil salisilat dapat menyebabkan senyawa ini mengalami hidrolisis pada bagian ester pada senyawa tersebut. Asam karboksilat yang terbentuk antara ester dengan natrium hidroksida basa dikenal sebagai hidrolisis basa. Prosedur umum pembentukan asam karboksilat melibatkan refluks ester dalam NaOH 6M sampai campuran menjadi homogen, menunjukkan garam karboksilat larut dalam air, RCO 2- . Pengasaman campuran selama work-up menghasilkan asam karboksilat Newton, 2011. Hidrolisis dilakukan dengan menggunakan refluks ketika senyawa yang akan dihidrolisis tersebut merupakan senyawa yang volatil sehingga dapat meminimalkan jumlah ester yang hilang Gearien and Grabowski, 1969. Ester yang mengalami hidrolisis biasanya akan berubah menjadi alkohol ataupun asam bebas oleh adanya air. Kecepatan dari reaksinya akan meningkat oleh adanya peningkatan suhu dan dengan penambahan katalis asam atau basa. Penambahan basa tidak hanya mengkatalis proses hidrolisis, tapi juga bereaksi dengan produk asam bebas yang terbentuk dan menghasilkan bentuk garam Gearien and Grabowski, 1969. Metil salisilat yang dihidrolisis dengan larutan basa, maka setiap mol garam salisilat yang terbentuk setara dengan jumlah mol ester yang terhidrolisis. Penambahan basa NaOH akan mengubah metil salisilat menjadi bentuk garam natrium salisilat. Penggunaan asam dibutuhkan untuk membentuk senyawa asam bebas hasil dari reaksi hidrolisis dan menetralkan sisa basa yang tidak bereaksi.

C. Krim