39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Preparasi Sampel
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah krim merek x yang tiap 1 gram dari krim tersebut mengandung 102 mg metil salisilat dan 13.6 mg
eugenol. Pada penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari nomor batch yang sama dan pengumpulan sampel dilakukan pada 4 apotek pendidikan yang
berada di kota Yogyakarta. Pada penelitian ini digunakan nomor batch yang sama karena pada nomor batch yang sama dilakukan pada satu kali proses produksi
sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang baik antara satu replikasi dengan replikasi lainnya. Sampel yang digunakan sebanyak 50 buah dengan nomor batch
yang sama, dari 50 sampel tersebut diambil 20 sampel secara acak yang kemudian akan dilakukan penetapan kadar metil salisilat dan eugenol didalam
sampel krim merek x . Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability sample
khususnya simple random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi
tersebut sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel Sugiyono, 2008. Metode ini dilakukan karena
setiap sampel yang digunakan memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel dalam penetapan kadarnya sehingga hasil yang didapat lebih representatif.
Dari 20 sampel tersebut, dikeluarkan dari wadah dan ditimbang berat seluruhnya
dari sampel yang akan dipakai. Sampel yang telah menjadi satu tersebut diaduk rata agar mendapatkan hasil yang homogen. Penetapan kadar dilakukan dengan
menggunakan 5 replikasi untuk mendapatkan hasil penetapan kadar metil salisilat dan eugenol.
Preparasi sampel dilakukan untuk memisahkan analit dari matriks sampel yang berupa basis krim merek x yang merupakan vanishing creams, adalah tipe
emulsi OW sehingga dapat dipecahkan dengan penambahan senyawa kimia seperti basa kuat Beall, 1984
.
Basis vanishing creams meliputi stearyl alcohol, cetyl alcohol, myristic alcohol, dodecyl alcohol, glycerol monostearate, polyoxyl
20 cetostearyl ether, Sorbitol, isopropyl palmitate, methyl paraben, propyl paraben, captan, dan air sehingga pada penetapan kadar dari analit yang diteliti
tidak terganggu oleh matriks sampel yang bisa berupa basis krim yang digunakan. Sehingga penetapan kadar yang dilakukan murni berasal dari analit tanpa adanya
gangguan dari matriks sampel yang tidak diinginkan. Preparasi pada sampel meliputi pemecahan emulsi yang digunakan pada matriks sampel lalu dilakukan
ekstraksi untuk mendapatkan analit yang akan digunakan untuk penetapan kadar. Untuk pemecahan emulsi pada sampel digunakan basa kuat NaOH 6M yang dapat
memecah matriks sampel pada sediaan tersebut, selain itu untuk mengubah analit menjadi bentuk garam sehingga dapat lebih larut dalam air. Namun pada metil
salisilat, penambahan NaOH 6M dapat mengubah metil salisilat menjadi bentuk garam yaitu natrium salisilat. Garam natrium salisilat ini akan lebih larut dalam
air.
Ester yang mengalami hidrolisis biasanya akan berubah menjadi alkohol ataupun asam bebas oleh adanya air. Kecepatan dari reaksinya akan meningkat
oleh adanya peningkatan suhu dan dengan penambahan katalis asam atau basa. Penambahan basa tidak hanya mengkatalis proses hidrolisis, tapi juga bereaksi
dengan produk asam bebas yang terbentuk dan menghasilkan bentuk garam. Metil salisilat yang dihidrolisis dengan larutan basa, maka setiap mol garam salisilat
yang terbentuk setara dengan jumlah mol ester yang terhidrolisis. Penambahan basa NaOH akan mengubah metil salisilat menjadi bentuk garam natrium salisilat.
Penggunaan asam dibutuhkan untuk membentuk senyawa asam bebas hasil dari reaksi hidrolisis dan menetralkan sisa basa yang tidak bereaksi.
Pada eugenol juga terjadi reaksi yang sama yaitu dengan penambahan basa NaOH 6M akan mengubah eugenol menjadi bentuk garam natrium
eugenolat, namun setelah penetralan dengan HCl akan mengubah kembali bentuk garam natrium eugenolat menjadi eugenol.
OCH
3
O
OH
NaOHH
2
O
ONa OH
O
Metil salisilat Garam Natrium Salisilat
100
o
C
OH OH
O
Asam salisilat HCl
Gambar 7. Reaksi hidrolisis metil salisilat menjadi asam salisilat
OH
O ONa
O
Eugenol Natrium eugenolat
NaOHH
2
O 100
o
C
Gambar 8. Reaksi pembentukan garam natrium eugenol
Pada pemecahan emulsi ini dilakukan dengan bantuan pemanasan. Pemanasan juga bertujuan untuk memecah emulsi yang ada pada sampel.
Pemanasan disini menggunakan mantle heater dengan bantuan refluks. Metode refluks dipilih selain untuk memaksimalkan pembentukan garam natrium dan
pemecahan emulsi karena adanya pemanasan, juga untuk mengurangi kehilangan senyawa volatil yang mungkin terjadi, karena metil salisilat merupakan senyawa
yang cukup volatil Avantor Performance Material, Inc, 2011. Pemanasan dilakukan selama 3 jam. Dipilih waktu selama 3 jam karena pada waktu tersebut
didapatkan nilai AUC dari sampel yang paling banyak apabila diteruskan sampai 4 jam hasil yang didapatkan kurang baik karena didapatkan penurunan nilai AUC
dari sampel.
Gambar 9. Densitogram pemanasan sampel selama 1 jam
Gambar 10. Densitogram pemanasan sampel selama 2 jam
Gambar 11. Densitogram pemanasan sampel selama 3 jam
Gambar 12. Densitogram pemanasan sampel selama 4 jam
Tahap selanjutnya adalah menetralkan sisa basa yang telah digunakan untuk pemecahan sampel dengan menggunakan HCl. Penetralan ini bertujuan
untuk mendapatkan kembali analit dalam molekul utuh bukan dalam bentuk garam atau ion sehingga tidak mengganggu pada proses elusi analit. Proses
penetralan dengan menggunakan HCl akan membuat garam natrium salisilat yang terbentuk pada saat hidrolisis akan berubah menjadi asam salisilat sehingga pada
penetapan kadar metil salisilat merupakan penetapan kadar secara tidak langsung karena pada prosesnya terjadi perubahan dari metil salisilat menjadi asam salisilat.
Pada eugenol proses penetralan tersebut akan mengubah garam natrium eugenol menjadi bentuk eugenol mula-mula.
ONa
O
Natrium eugenol HCl
OH
O
Eugenol
Gambar 13. Reaksi pembentukan eugenol dari garam natrium eugenol
Ekstraksi dilakukan secara partisi menggunakan corong pisah. Estrkasi partisi disini menggunakan pelarut yang tidak saling campur. Pelarut lain yang
digunakan adalah kloroform. Dipilih kloroform karena analit yang akan digunakan dapat larut dalam pelarut kloroform dengan prisip like disolve like.
Ekstraksi dilakukan 4 kali dengan setiap ekstraksi sebanyak 10 mL dengan tujuan untuk memaksimalkan hasil ekstraksi. Apabila langsung digunakan volume yang
banyak maka ada kemungkinan analit tersebut belum terambil sehingga untuk memaksimalkan ekstraksi digunakan 4 kali ekstraksi dengan harapan analit
tersebut sudah terambil semua. Setelah itu pelarut yang digunakan diuapkan dan setelah kering dilarutkan kembali dengan etanol untuk dilakukan proses
selanjutnya yaitu proses elusi untuk validasi metode.
B. Fase Gerak