Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Mulai dari Berstatus

pelanggaran hukum dan aturan lainnya. Maka dengan mengetahui dan memahami bagaimana potensi proses jenis kejahatan bisa terjadi, khususnya yang terkait dengan obyek yang perlu diamankan, ilmu keamanan memproduksi sistem keamanan untuk menangkal terjadinya potensi kejahatan tersebut. Maka selayaknya pula para pekerja di bidang jasa profesi keamanan, baik dari tingkat manager sampai petugas lapangan, patut memahami dan mendalami terminologi kriminologi sebagai salah satu dasar dalam pelaksanaan tugas pekerjaannya. 61 Sedangkan penggolongan dari pelaku kejahatan ini sendiri dapat kita lihat dari pendapat Capelli yang menggolongkan pelaku kejahatan sebagai berikut: a. Penjahat karena faktor psikophatologis yakni seperti orang sakit jiwa, dan orang yang berjiwa abnormal. b. Penjahat karena kemunduran jiwa yakni orang yang cacat setelaah usia lanut dan orang-orang yang menderita cacat sejak kanak-kanak sehingga sukar menyesuaikan diri dalam masyarakat. c. Penjahat karena faktor social yakni penjahat karena factor kebiasaan dan penjahat karena mendapat kesulitan ekonomi atau fisik. 62

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Mulai dari Berstatus

Tersangka Sampai Dengan Berstatus Narapidana Menurut Ketentuan KUHAP 1. Perlindungan hukum terhadap tersangka dalam masa penahanan 61 http:sekuritipro.comarticle85587pelaku-kejahatan-dan-kejahatan.html ,diakses pada tanggal 15 Februari 2012, pukul 11.56 WIB. 62 H. Ridwan Hasibuan, Kriminologi Dalam Arti Sempit Dan Ilmu-Ilmu Forensik, Medan : USU Press, 1994, hlm 14. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pengertian penahanan dapat ditemui dalam Pasal 1 angka 21 KUHAP, yang menyebutkan: 63 “Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum, atau hakim dengan penetapannya, dalam hal atau menurut cara yang diatur dalam undang- undang ini.” Sementara itu, tujuan penahanan disebutkan dalam Pasal 20 KUHAP, yang menjelaskan sebagai berikut. a. Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 KUHAP berwenang melakukan penahanan. b. Untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan lanjutan. c. Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim disidang pengadilan dengan penetapannya berwenang melakukan penahanan. Mengenai ukuran kepentingan penyidikan pada dasarnya ditentukan oleh kenyataan keperluan pemeriksaan penyidikan itu sendiri secara objektif. Selain itu, juga tergantung pada kebutuhan tingkat upaya penyidik untuk menyelesaikan fungsi pemeriksaan penyidikan yang tuntas dan sempurna, sehingga penyidikan benar-benar mendapatkan hasil pemeriksaan yang akan diteruskan oleh penuntut umum untuk dipergunakan sebagai dasar pemeriksaan didepan persidangan dipengadilan. Berarti, 63 Pasal 1 angka 21 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jika pemeriksaan penyidikan sudah cukup, penahanan tidak diperlukan lagi, kecuali ada alasan lain untuk menahan tersangka 64 . Yang dimaksud dengan landasan penahanan adalah meliputi dasar hukum, keadaan, serta syarat-syarat yang memberikan kemungkinan melakukan tindakan penahanan. Antara yang satu dengan yang lain dari dasar tersebut saling terkait, saling menopang kepada unsur yang lain sehingga andai satu unsur tidak ada, tindakan penahanan kurang memenuhi asas legalitas walaupun tidak sampai dikualifikasi sebagai tindakan yang tidak sah. Unsur yang menjadi landasan dasar penahanan adalah unsur yuridis, unsur kekhawatiran, dan memenuhi syarat-syarat Pasal 21 ayat 1 KUHAP. Undang-undang telah menentukan terhadap pasal-pasal kejahatan tindak pidana apa saja yang dapat dilakukan penahanan atas tersangka atau terdakwa. Dasar unsur yuridis atau objektif, ditentukan dalam pasal 21 ayat 4 KUHAP, yang menyebutkan bahwa penahanan hanya dapat dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana dan atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana. Sedangkan dengan landasan unsur kekhawatiran dilihat dari segi subjektivitas si tersangka atau terdakwa. Adapun unsur keadaan atau keperluan penahanan ditentukan dalam Pasal 21 ayat 1 KUHAP yang menentukan 65 : ”Perintah penahanan atau penahanan lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan 64 Rocky Marbun, op.cit, hlm 15. 65 Ibid UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bukti yang cukup, dalam hal adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana.” Berkaitan dengan penahanan, perlu diketahui juga jenis-jenis penahanan yang dikenakan kepada mereka yang berstatus tersangka atau terdakwa. Pasal 22 ayat 1, menyebutkan jenis-jenis penahanan sebagai berikut: a. Penahanan Rumah Tahanan Negara 66 Mengenai penahanan rumah tahanan negara, penjelasan pasal 22 ayat 1 KUHAP memberikan ketentuan bahwa selama belum ada rumah tahanan negara ditempat yang bersangkutan, penahanan dapat dilakukan dikantor kepolisian negara, dikantor kejaksaan negeri, dilembaga pemasyarakatan, dirumah sakit dan dalam keadaan yang memaksa ditempat lain. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 27 Tahun 1983 Pasal 18 ayat 1 ditentukan bahwa di tiap-tiap ibukota kabupaten atau pemerintah kota dibentuk rutan oleh menteri kehakiman. Namun, karena untuk membentuk atau mendirikan rutan di tiap-tiap kota ibukota kabupaten atau pemerintah kota memerlukan dana yang sangat besar, sampai sekarang ini ketentuan tersebut belum terlaksana sebagaimana dicita-citakan. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini, Menteri Kehakiman menerbitkan Keputusan Nomor M.03.UM.01.06 Tahun 1983 tanggal 16 Desember 1983 tentang penetapan lembaga Pemasyarakatan Tertentu sebagai RUTAN, yang isinya mengatur LAPAS yang beberapa ruangannya digunakan sebagai RUTAN. Hal ini 66 Ibid, hlm 20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA didasari karena RUTAN yang ada sekarang hampir keseluruhannya merupakan bangunan warisan kolonial Belanda yang pada umumnya kondisi dan daya tampungnya sudah sangat tidak memadai lagi. b. Penahanan Rumah 67 Penahanan Rumah atau penahanan yang dilakukan dirumah tempat tinggal atau rumah kediaman tersangka atau terdakwa. Selama tersangka atau terdakwa dalam tahanan rumah, dia harus diawasi. Jadi tersangka atau terdakwa yang sedang menjalani penahanan rumah berada dalam pengawasan pejabat yang melakukan tindakan penahanan rumah. Tata cara pengawasannya tergantung pada kebijaksanaan pejabat yang bersangkutan, karena undang-undang tidak mengatur mengenai tata cara pengawasan. Sedangkan tujuan dari pengawasan ini yaitu untuk menghindari terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan kesulitan dalam penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan dalm sidang pengadilan. Jika tersangka atau terdakwa yang mendapat penahanan rumah berkeinginan meninggalkan rumah, menurut penjelasan Pasal 22 ayat 2 dan ayat 3 KUHAP, tersangka atau terdakwa hanya boleh keluar rumah atau kota dengan ijin dari penyidik, penuntut umum atau hakim yang memberi perintah penahanan. c. Penahanan Kota 68 Pelaksanaan penahanan dilakukan dikota tempat kediaman tersangka atau terdakwa. Pengertian kota dalam pasal ini meliputi pengertian “desa” atau 67 Ibid, hlm 21 68 Ibid, hlm 23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “kampung”, karena jika pengaturan mengenai kota ditafsirkan secara sempit, peraturan penahanan kota hanya berlaku untuk warganegara yang tinggal dikota. Berkaitan dengan penahanan kota, penyidik atau penyidik pembantu wajib memberikan informasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan tersangka, seperti memberitahukan kepada pihak keluarga atau orang-orang yang serumah dengan tersangka dan juga kepada kuasa hukum tersangka. Hal tersebut sangat berguna jika tersaangka membutuhkan bantuan atau pihak- pihak yang dihubungi tersebut bermaksud memberikan bantuan hukum ataupun jaminan penangguhan penanganan, seperti ditegaskan dalam Pasal 59 KUHAP. KUHAP tidak hanya memberikan perlindungan akan hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan pendahuluan ditingkat kepolisian, tetapi juga memberikan jaminan kepastian akan kelangsungan proses pemeriksaan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 50 ayat 1 KUHAP bahwa: “Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan kepada penuntut umum. ” Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa pihak penyidik harus dengan sesegera mungkin melakukan pemeriksaan terhadap tersangka, sehingga dapat segera diajukan oleh penuntut umum ke proses pemeriksaan di pengadilan. Dengan dipercepatnya proses pemeriksaan terhadap orang yang disangkakan melakukan tindak pidana, tidak menimbulkan peluang kepada UNIVERSITAS SUMATERA UTARA petugaspenyidik untuk melakukan hal-hal yang melanggar hak asasi manusia. 69 Selain diwajibkannya proses pemeriksaan sebagai wujud penghormatan akan hak asasi tersangka, KUHAP juga memberikan perlindungan hukum bagi tersangka agar dapat menghubungi penasihat hukum, advokat, atau pengacaranya. Mengenai perlindungan hak-hak tersangka, penyidik-penyidik pembantu tidak boleh melarang pihak-pihak yang akan mengunjungi tersangka, baik dari pihak keluarga maupun dokter pribadi jika terkait dengan kesehatan dari tersangka, bahkan dari pihak yang bukan keluarga, baik untuk mendapatkan jaminan bagi pengangguhan penahanan, mendapatkan bantuan hukum, maupun untuk kepentingan keluarga pasal 58- 61 KUHAP. Selain itu, untuk keperluan bantuan hukum, tersangka juga tidak boleh dilarang melakukan surat menyurat kepada pihak kuasa hukumnya, sepanjang surat menyurat tersebut tidak disalahgunakan peruntukannya. 2. Hak tersangka mengajukan permohonan penangguhan penahanan sementara 70 Berdasarkan Pasal 123 KUHAP, tersangka, keluarga atau penasihat hukum dapat mengajukan keberatan atas penahanan atau jenis penahanan tersangka kepada penyidik yang melakukan penahanan. Jika dalam waktu 3 hari permintaan tersebut belum dikabulkan oleh penyidik, tersangka atau keluarga maupun penasihat hukum dapat mengajukan kepada atasan penyidik. Untuk itu, atasan penyidik dapat 69 Ibid, hlm 24 70 Ibid, hlm 25. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengabulkan permintaan tersebut dengan mempertimbangkan perlu atau tidaknya tersangka itu tetap ditahan atau tetap ada dalam jenis dalam tahanan tertentu. Penyidik atau atasan penyidik dapat mengabulkan permintaan dengan atau tanpa syarat. Jika permintaan tersebut ditolak, pihak tersangka, keluarga atau kuasa hukumnya dapat mengajukan permohonan penangguhan penahanan sementara kepada penyidik, sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 1 KUHAP yang menyebutkan: “Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penuntut umum atau hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat mengadakan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berdasarkan syarat yang ditentukan.” Melihat ketentuan pasal tersebut, pengertian penangguhan penahanan adalah mengeluarkan tersangka atau terdakwa dari penahanan sebelum batas penahanannya berakhir. Dalam penangguhan penahanan masih sah dan resmi, serta masih dalam batas waktu penahanan yang dibenarkan oleh undang-undang, tetapi pelaksanaan penahanan dihentikan dengan cara mengeluarkan tahanan setelah instansi yang menahan menetapkan syarat-syarat penangguhan yang harus dipenuhi oleh tahanan atau orang lain yang bertindak sebagai penjamin. Pemberian penangguhan adalah merupakan salah satu bentuk diskresi dari pihak penyidik. Pemberian penangguhan penahanan kepada tersangka tidak hanya dilihat dari sisi kepentingan HAM semata, tetapi pihak penyidik juga harus melihat dari sisi keselamatan atas nyawa diri tersangka yang menerima penangguhan penahanan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Secara teoritis, penangguhan penahan adalah hak dari si tersangka. Namun, dari sisi normative masih terdapat sisi teknis yang merupakan pertimbangan dari pihak penyidik dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang lain, seperti unsur keselamatan jiwa tersangka jika dilepaskan. Penangguhan seperti disebutkan sebelumnya dilakukan dengan memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan. Adapun syarat tersebut tersirat dalam pasal 31 ayat 1 KUHAP. 71 Penangguhan penahanan harus memenuhi syarat- syarat yang telah ditentukan karena apabila tidak maka penangguhan yang dilakukan tersebut dianggap tidak sah. Selain itu penangguhan harus dilakukan oleh tersangka, keluarga maupun penasihat hukum dengan adanya jaminan. Syarat jaminan yang dimaksud yaitu jaminan berupa uang atau jaminan orang. Berkaitan dengan adanya keberatan oleh pihak tersangka atas penahanan yang dilakukan oleh pihak penyidik jika upaya keberatan tersebut telah dilalui tapi belum mencapai hasil pihak tersangka dapat menggunakan upaya hukum melalui lembaga praperadilan 72 . Dalam pasal 124 KUHAP dikatakan: “Dalam apakah sesuatu penahanan sah atau tidak sah menurut hukum, tersangka, keluarga, atau penasihat hukum dapat mengajukan hal itu kepada pengadilan negeri setempat untuk diadakan praperadilan guna memperoleh putusan apakah penahanan atas diri tersangka tersebut sah atau tidak sah menurut undang-undang ini.” 71 Ibid, hlm 27. 72 Ibid, hlm 37. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sedangkan yang dimaksud dengan praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutuskan menurut cara yang diatur dalam undang- undang, tentang: a Sah atau tidak sahnya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka dan atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka; b Sah atau tidak sahnya penghentian penyelidikan dan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan; c Permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan kepengadilan. Permintaan praperadilan oleh pihak tersangka atau penasihat hukum atau pihak keluarga tersangka, keluarga atau penasihat hukum tidak hanya dapat dilakukan dalam proses tingkat pemeriksaan di kepolisian tetapi juga dapat diajukan kembali saat proses ditingkat pemeriksaan kejaksaan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam pasal 82 ayat 1 huruf e KUHAP. 3. Hak-hak terdakwa dalam pemeriksaan di Pengadilan Pasal 8 UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman mengatakan: “Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, danatau dihadapkan didepan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.” Berdasarkan bunyi pasal tersebut, asas praduga tak bersalah merupakan asas utama pemberian perlindungan hukum bagi terdakwa dalam proses persidangan. Hal UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ini memunculkan hak-hak tersangka dalam proses pemeriksaan didepan persidangan. Adapun hak-hak tersebut adalah sebagai berikut: a. Hak diadili segera 73 Setelah berkas secara keseluruhan dari tingkat penyidikan sudah selesai dilakukan maka penuntut umum harus segera melimpahkan ke pengadilan melalui panitera pengadilan tempat kasus tersebut diadili. Segera disini berpedoman pada prosedur normal sebagaimana telah ditetapkan oleh KUHAP dan administrasi perkara dari Mahkamah Agung pasal 50 KUHAP. b. Hak didampingi oleh Penasihat Hukum atau Pengacara 74 Dalam hal ini KUHAP memberikan kebebasan kepada tersangka dan terdakwa untuk memilih sendiri siapa yang akan menjadi kuasa hukumnya. c. Hak untuk disediakan Penasihat Hukum atau Pengacara secara cuma-cuma oleh Negara Pemberian penasihat hukum ini dibatasi bagi tersangka atau terdakwa yang disangka dan didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati, ancaman pidana 15 tahun atau lebih, atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih. Dan setiap pengacara yang ditunjuk untuk mendampingi, memberikan bantuannya secara cuma-cuma atau gratis. d. Hak untuk diperiksa dalam Persidangan terbuka untuk umum. 73 Ibid, hlm 44 74 Ibid, hlm 45 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Persidangan yang dibuka secara umum oleh hakim dalam persidangan merupakan satu bentuk pengawasan langsung dari masyarakat terhadap jalannya suatu persidangan sehingga tidak ada yang disembunyikan atau berkolusi secara nyata untuk mengatur jalannya persidangan. Namun, pasal 153 ayat 3 KUHAP mengecualikan persidangan terbuka untuk umum bagi perkara-perkara kesusilaan dan tersangka atau terdakwanya adalah anak-anak, sehingga sidangnya harus ditutup. e. Hak untuk dipanggil pada Sidang Pertama secara sah Terdakwa memiliki hak untuk tidak menghadiri sidang pertama jika panggilan yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum belum memenuhi syarat-syarat formil, sehingga menjadikan tidak sahnya panggilan tersebut. Apabila pada saat sidang pertama si terdakwa tidak hadir maka hakim akan memeriksa surat panggilan dan apabila ditemukan bahwa surat tersebut belum memenuhi syarat-syarat formil maka hakim dapat memerintahkan atau melakukan tindakan yaitu persidangan ditunda dan dimundurkan tanggal dan hari sidangnya dan ketua majelis memerintahkan kepada jaksa penuntut umum untuk memanggil terdakwa pada tanggal dan hari yang telah ditentukan oleh majelis hakim. f. Hak mendapatkan penjelasan atas Surat Dakwaan Terdakwa memiliki hak meminta penjelasan atas surat dakwaan yang telah dibacakan oleh jaksa penuntut umum pada pemeriksaan didepan persidangan. Atas hak yang diberikan KUHAP kepada terdakwa, berakibat pada kewajiban hakim untuk menanyakan kepada terdakwa apakah sudah mengerti akan apa UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum sesaat setelah dakwaan dibacakan. Adapun maksud daripada KUHAP memberikan hak penjelasan atas isi surat dakwaan adalah memenuhi ketentuan sebagaimana dimuat dalam pasal 155 ayat 2 KUHAP bahwa: “Untuk menjamin terlindungnya hak terdakwa guna memberikan pembelaannya, maka penuntut umum memberikan penjelasan atas dakwaan tetapi penjelasan itu hanya dapat dilaksanakan pada permulaan sidang.” g. Hak mengajukan Eksepsi dan Pembelaan. 75 Setiap pemeriksaan, baik di kepolisian dan kejaksaan selalu dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan BAP. Secara normative tersangka dan kuasa hukum berhak memperoleh turunan dari BAP tersebut untuk kepentingan pembelaan. Hal ini sesuai dengan Pasal 156 ayat 2 KUHAP. Kepentingan pembelaan yang dimaksud adalah memberikan waktu bagi tersangka dan kuasa hukumnya untuk mempelajari lebih lanjut. Ketika surat dakwaan sudah dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum maka hakim harus mempertanyakan apakah pihak tersangka dan kuasa hukumnya keberatan atas surat dakwaan tersebut dan untuk menyatakan keberatan adalah merupakan hak daripada pihak tersangka tersebut. h. Hak untuk mengajukan perlawanan terhadap Putusan Sela Setelah eksepsi oleh pihak tersangka diajukan kedepan persidangan maka majelis hakim dalam Pengadilan tersebut akan menjatuhkan Putusan Sela. Jika 75 Ibid, hlm 50 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dalam putusan sela eksepsi diterima, perkara berhenti. Akan tetapi apabila eksepsi ditolak pada putusan sela ini maka persidangan akan tetap dilanjutkan pemeriksaannya. i. Hak menolak Keterangan atau mencabut BAP Pada pasal 52 KUHAP dikatakan bahwa: “Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim .” Ketentuan ini memberikan jaminan kepada terdakwa bahwa dalam menyampaikan keterangan harus berada dalam posisi aman dan bebas dari segala kekangan dan perasaan takut. Dengan demikian setiap keterangan terdakwa, termasuk keterangannya sebagai tersangka didalam pemeriksaan kepolisian, haruslah bebas dari tekanan apapun dan paksaan dari pihak manapun. Terdakwa dalam persidangan dapat melakukan pencabutan berita acara pemeriksaan BAP dikepolisian jika disadari bahwa dalam memberikan keterangan mendapat tekanan dan paksaan. Pencabutan BAP yang merupakan hak bagi terdakwa didasarkan pada penafsiran dari pasal 66 KUHAP bahwa tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian. Artinya, bahwa salah satu alat bukti yang sah adalah keteranganpengakuan terdakwa dapat saja dibantah atau ditolak oleh terdakwa sendiri. Kebebasan atau hak tersangka untuk tidak menjawab pertanyaan yang diajukannya proses pemeriksaan juga dilindungi oleh KUHAP, sebagaimana UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diatur dalam pasal 175 KUHAP yang menegaskan bahwa jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab dan setelah itu pemeriksaan dilanjutkan. j. Hak mengajukan Saksi yang meringankan Mengenai saksi meringankan a de charge dijelaskan dalam pasal 65 KUHAP, “Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.” Dalam pemeriksaan pendahuluan atau pemeriksaan dalam sidang pengadilan, seorang terdakwa mempunyaihak untuk membela diri dengan diberi kesempatan untuk mengajukan serang saksi yang dianggap dapat meringankan atau membela dirinya dalam pemeriksaan tersebut sehingga dapat mempengaruhi keyakinan hakim alam menjatuhkan putusan. k. Hak membantah terhadap keterangan Saksi l. Hak untuk melihat barang Bukti m. Hak untuk melakuan Upaya Hukum Banding 4. Hak-hak sebagai Terpidana atau Narapidana Demikian juga jika kita melihat daripada hak-hak terpidana atau narapidana diberikan sebagai upaya perlindungan dan pemenuhan hukum atas dirinya. Adapun hak daripada terpidana itu adalah sebagai berikut: a. Proses Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada pasal 1 butir 2 UU Nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan menyebutkan: 76 “Sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkam kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulang tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggu ngjawab”. Adapun asas-asas dari dilakukannya sistem pembinaan pemasyarakatan yaitu: Pengayoman, Persamaan perlakuan dan pelayanan, Pendidikan dan pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan, dan terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu. b. Remisi Seorang terpidana juga berhak atas Remisi sebagai wujud pemenuhan hukum baginya. Remisi atau pengurangan masa pidana adalah hak yang palling dinantikan oleh setiap narapida. Remisi merupakan salah sarana motivasi untuk membina diri agar kelak ia dapat kembali kemasyarakat melalui reintegrasi yang sehat. Pemberian remisi dimaksudkan untuk menanamkan rasa persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan dengan jiwa kegotong royongan, jiwa toleransi, dan jiwa musyawarah untuk mufakat yang positif. 76 Pasal 1 butir 2 UU nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Remisi merupakan implementasi pembinaan dan bimbingan berdasarkan pancasila.

C. Beberapa praktek perlindungan hak Asasi sebagai Tersangka dan