DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar
i
Daftar Isi iv
Abstraksi vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Permasalahan 8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 8
D. Keaslian Penulisan 9
E. Tinjauan Pustaka 9
1. Pengertian Perlindungan Hukum 9
2. Pengertian Korban 11
3. Pengertian Pelaku Tindak Pidana 14
4. Pengertian Kejahatan 16
5. Pengertian Asas Equality Before The Law 20
F. Metode Penulisan 20
G. Sistematika Penulisan 22
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN MENURUT UNDANG- UNDANG YANG BERLAKU
A. Pengertian Korban Kejahatan
24 1.
Hak-hak Korban 25
2. Jenis-jenis Korban
29
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B. Perlindungan terhadap Korban dalam beberapa
Peraturan Perundang-undangan di Indonesia sebelum lahirnya UU Nomor 13 tahun 2006
31 C.
Perlindungan Hukum terhadap Korban Menurut UU Nomor 13 tahun 2006
42
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU KEJAHATAN MENURUT KUHAP
A.
Pengertian Pelaku Kejahatan
50 B.
Perlindungan Hukum terhadap pelaku kejahatan mulai dari berstatus Tersangka sampai dengan bertatus Narapidana
menurut ketentuan KUHAP 56
C. Beberapa praktek perlindungan hak asasi Tersangka
dan Terdakwa di beberapa Negara 72
BAB IV PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU KEJAHATAN DIDASARKAN
ATAS ASAS EQUALITY BEFORE THE LAW A.
Hubungan Korban Dengan Pelaku Kejahatan 79
B. Perbandingan Perlindungan Korban Dan Pelaku Kejahatan
82 C.
Beberapa Bentuk Pelanggaran Perlindungan Terhadap Diri Korban Dan Pelaku Kejahatan
87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan 94
B. Saran
95
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI JUNI S SIMANJUNTAK
1
LIZA ERWINA EDI YUNARA
Wujud penghormatan hak asasi manusia dalam hukum pidana, hal ini bisa kita lihat dari perlindungan hukum yang diberikan oleh hukum pidana tersebut atas diri
pelaku kejahatan dan korban kejahatan dalam beberapa ketentuan perundang- undangan yang berlaku. Perlindungan hukum yg diberikan oleh Negara baik kepada
korban dan pelaku kejahatan harus didasarkan atas asas equality before the law atau asas persamaaan dalam hukum. Akan tetapi masalahnya hak-hak dari para pihak
dalam peristiwa pidana tersebut seringkali tidak dipenuhi oleh aparat penegak hukum. Dalam kasus Prita Mulyasari dengan RS Omni Internasional, Jaksa meminta penyidik
menambahkan BAP dengan ketentuan pasal 27 dan pasal 45 UU ITE dan Jaksa menjerat Prita dengan pasal tersebut sementara dalam kenyataannya penambahan
pasal tersebut tidak dibuat langsung dalam BAP tapi hanya dibuat dibagian sampul BAP penyidik tersebut. Demikian juga terhadap korban pelecehan seksual sekarang
ini. Banyak pemberitaan yang melanggar privasi dari korban sehingga korban bisa terganggu dalam hal psikis. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini
adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap korban kejahatan menurut UU Nomor 13 tahun 2006, bagaimana perlindungan hukum yang diberikan kepada pelaku
kejahatan menurut KUHAP, dan bagaimana perbandingan perlindungan korban dan pelaku kejahatan didasarkan pada asas equality before the law.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang menggunakan data sekunder yaitu menggunakan bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan library research.
Hasil dari penelitian ini yaitu dengan lahirnya UU Nomor 13 tahun 2006 wujud perlindungan daripada saksi dan korban sudah lebih baik. Sedangkan
perlindungan hukum terhadap pelaku kejahatan dari awal sudah tegas diberikan oleh KUHAP. Akan tetapi wujud perlindungan hukum antara keduanya ini masih timpang
karena perlindungan kepada pelaku kejahatan cenderung lebih baik daripada yang diberikan kepada korban kejahatan. Dan meskipun sudah adanya ketentuan yang
mengatur perlindungan terhadap keduanya masih banyak ditemukan bentuk-bentuk pelanggaran baik atas diri pelaku kejahatan maupun korban kejahatan dalam beberapa
praktik hukm yang terjadi. Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan dan sanksi yang tegas kepada aparat penegak hukum dalam melakukan tugasnya.
Mahasiswa Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hukum Pidana Dosen Pembimbing I, Staff Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Dosen Pembimbing II, Staff pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI JUNI S SIMANJUNTAK
1
LIZA ERWINA EDI YUNARA
Wujud penghormatan hak asasi manusia dalam hukum pidana, hal ini bisa kita lihat dari perlindungan hukum yang diberikan oleh hukum pidana tersebut atas diri
pelaku kejahatan dan korban kejahatan dalam beberapa ketentuan perundang- undangan yang berlaku. Perlindungan hukum yg diberikan oleh Negara baik kepada
korban dan pelaku kejahatan harus didasarkan atas asas equality before the law atau asas persamaaan dalam hukum. Akan tetapi masalahnya hak-hak dari para pihak
dalam peristiwa pidana tersebut seringkali tidak dipenuhi oleh aparat penegak hukum. Dalam kasus Prita Mulyasari dengan RS Omni Internasional, Jaksa meminta penyidik
menambahkan BAP dengan ketentuan pasal 27 dan pasal 45 UU ITE dan Jaksa menjerat Prita dengan pasal tersebut sementara dalam kenyataannya penambahan
pasal tersebut tidak dibuat langsung dalam BAP tapi hanya dibuat dibagian sampul BAP penyidik tersebut. Demikian juga terhadap korban pelecehan seksual sekarang
ini. Banyak pemberitaan yang melanggar privasi dari korban sehingga korban bisa terganggu dalam hal psikis. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini
adalah bagaimana perlindungan hukum terhadap korban kejahatan menurut UU Nomor 13 tahun 2006, bagaimana perlindungan hukum yang diberikan kepada pelaku
kejahatan menurut KUHAP, dan bagaimana perbandingan perlindungan korban dan pelaku kejahatan didasarkan pada asas equality before the law.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang menggunakan data sekunder yaitu menggunakan bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan library research.
Hasil dari penelitian ini yaitu dengan lahirnya UU Nomor 13 tahun 2006 wujud perlindungan daripada saksi dan korban sudah lebih baik. Sedangkan
perlindungan hukum terhadap pelaku kejahatan dari awal sudah tegas diberikan oleh KUHAP. Akan tetapi wujud perlindungan hukum antara keduanya ini masih timpang
karena perlindungan kepada pelaku kejahatan cenderung lebih baik daripada yang diberikan kepada korban kejahatan. Dan meskipun sudah adanya ketentuan yang
mengatur perlindungan terhadap keduanya masih banyak ditemukan bentuk-bentuk pelanggaran baik atas diri pelaku kejahatan maupun korban kejahatan dalam beberapa
praktik hukm yang terjadi. Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan dan sanksi yang tegas kepada aparat penegak hukum dalam melakukan tugasnya.
Mahasiswa Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hukum Pidana Dosen Pembimbing I, Staff Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Dosen Pembimbing II, Staff pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I PENDAHULUAN