Sikap pengendara motor; 3
Kenyamanan comfort Amenities kelengkapan pendukung;
Infrastruktur penunjang kelompok penyandang cacat disabled;
4 Keindahah aesthetic
Amenities kelengkapan pendukung; Sumber: Modifikasi Global Walkability Index, 2014
2.3
Metode Pembobotan Skoring
Menurut Malczewski 1999, terdapat beberapa cara pembobotan, pembobotan bisa dilakukan dengan metode ranking, rating, pairwise, comparison,
dan trade-off analysis. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode ranking menggunakan scoring dari Global Walkability Index, merupakan metode
pemberian boot yang sederhana, dimana dalam penyusunannya bobot dibuat dalam tingkatan tertentu. Kriteria dan bobot dibuat berdasarkan persepsi responden.
Penelitian ini dibagi kedalam 4 variabel yang memiliki skor dari 5 untuk penilaian walkability paling baik dan 1 untuk penilaian walkability paing buruk.
2.4 Guna Lahan
Sistem transportasi dan land use atau tata guna lahan harus sangat mempengaruhi sistem pergerakan manusia dan barang. Konsep dasar dari interaksi
atau hubungan antara tata guna lahan dan transportasi adalah aksesibilitas Peter, 1975:307. Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistim pengaturan tata
guna lahan secara geografis dengan sistim jaringan transportasi yang menghubungkannya Black dalam Tamin, 2000:32. Gerak manusia kota dalam
kegiatannya adalah dari rumah ke tempat bekerja, ke sekolah, ke pasar, ke toko, ke tempat hiburan, kemudahan bagi penduduk untuk menjembatani jarak antara berbagai
pusat kegiatan disebut tingkatan daya jangkau atau aksesibilitas Jayadinata, 1992:156. Wibawa, 1996 Sub sistem kegiatan merupakan sistem kegiatan tertentu
yang „membangkitkan‟ pergerakan traffic generation dan dapat „menarik‟ pergerakan traffiic attraction. Sistem ini berkaitan erat dengan pengaturan pola tata
guna lahan sebagai suatu unsur penting pembentuk pola kegiatan dalam kota atau daerah. Sistem tersebut dapat merupakan suatu gabungan dari berbagai sistem pola
kegiatan tata guna tanah land use seperti kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Land use ini juga sebagai aktivitas pendukung. Aktivitas pendukung
adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri
khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya. Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau
plasa tetapi juga mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas.
2.5 Persepsi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia 2005:807 persepsi didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses
seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Robbins,
S.P. 2003:89 proses pembentukan persepsi dipengaruhi oleh : “1 Faktor perhatian dari luar adalah kondisi - kondisi luar yang mempermudah individu untuk
melakukan keinginan, meliputi intensitas, keberlawanan, pengulangan, dan gerakan, 2 Faktor dari dalam internal sets factor adalah faktor dari dalam diri seseorang
yang memiliki proses persepsi antara lain proses belajar learning, motivasi, dan kepribadian”. Dalam Ramdan Pelana, menurut Manahan P. Tampubolon 2008:63,
persepsi adalah gambaran seseorang tentang sesuatu objek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang dihadapi. Persepsi sangat tergantung pada faktor-faktor,
antara lain individu yang membuat persepsi, situasi yang terjadi pada saat persepsi itu dirumuskan, serta gangguan-gangguan yang mempengaruhi dalam proses
pembentukan persepsi target. Dalam Yudi, Robbins 2001:89 mengemukakan bahwasanya ada 3 faktor yang
dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu : 1.
Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu;
2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat
mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi
persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip;
3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab
unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.
27
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini akan membahas mengenai gambaran umum wilayah penelitian yaitu Stasiun Hall yang meliputi; sistem pelayanan di Stasiun Hall dan guna lahan di
sekitar Stasiun Hall.
3.1 Profil Stasiun Hall Bandung
Stasiun Bandung atau Stasiun Hall kode: BD, adalah stasiun utama kereta api di Kota Bandung. Stasiun berketinggian +709 m menjadi batas antara Kelurahan
Pasirkaliki dan Kebon Jeruk. Stasiun Hall masuk kedalam pelayanan kereta api DAOP 2 Bandung.
Daerah operasi 2 Bandung memiliki 53 stasiun yang diklasifikasikan atas beberapa kelas stasiun yaitu stasiun kelas besar, stasiun kelas 1,
stasiun kelas 2 dan stasiun kelas 3, penetapan kelas tersebut disesuaikan dengan potensi dari masing-masing stasiun, adapun perincian jumlah stasiun berdasarkan
kelas yang dimiliki oleh Daerah Operasi 2 Bandung adalah sebagai berikut :
Tabel III-1 Jenis Kelas-Kelas di Stasiun DAOP 2 Bandung
Stasiun Kelas Besar 4 Stasiun
Stasiun Kelas 1 7 Stasiun
Stasiun Kelas 1 khusus angkutan barang 1 Stasiun
Stasiun kelas 2 5 Stasiun
Stasiun kelas 3 36 stasiun
Sumber: Ensiklopedia Bebas, 2014