sepanjang rel kereta api masih banyak jumlahnya, mayoritas permukiman kumuh adalah milik masyarakat yang penghasilannya dibawah upah minimum regional
UMR dan terkadang ada pula masyarakat pendatang yang tidak memiliki uang cukup untuk membeli lahan. Sehingga membangun rumah di pinggir rel kereta api.
3.3.4 Desain Design
Sepanjang jalur pedestrian di sekitar Stasiun Hall memiliki kondisi fisik jalur pedestrian yang sama hanya saja ada beberapa yang memiliki sistem drainase yang
kurang baik yaitu di Jalan Stasiun Timur. Namun hampir disepanjang jalan terdapat pepohonan yang rindang namun terkadang tidak optimal pemanfaatannya sebagai
peneduh bagi pejalan kaki di sekitar Stasiun Hall. Pada Gambar 3.17 dijelaskan
kondisi jalur pedestrian di sepanjang Jalan Kebon Kawung, Jalaan Pasir Kaliki dan Jalan Kebon Jati . Pada Gambar 3.6 terdapat 2 pintu masuk ke stasiun yaitu pintu
Utara dan pintu Selatan. PintuPeron Utama dibangun pada tahun 1990, untuk warga yang baru tiba di Bandung atau akan keluar Bandung dengan menggunakan kereta
kelas bisnis dan eksekutif. Diseberang Pintu Utara Stasiun Hall terdapat pangkalan Bus Damri. PintuPeron Selatan dahulunya adalah pintu utama masuk ke Stasiun
Hall. Saat ini pintu Selatan digunakan untuk penumpang kereta api lokal untuk berpergian antar wilayah Bandung
.
50
Stasiun Hall
Jln. Kebon Kawung
Jln. Kebon Jati
Jl n
. P
as ir
k al
ik i
Gambar 3.17 Desain Jalur Pedestrian di Sekitar Stasiun Hall Bandung
Jln. Stasiun Timur
Gambar 3.18 Desain Stasiun Hall, Bandung
Sumber: Daerah Operasi 2 Bandung
52
BAB IV PENILAIAN TINGKAT
WALKABILITY DI SEKITAR STASIUN HALL BANDUNG
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai persepsi pengguna KRD Patas AC jurusan Cicalengka-Bandung untuk menilai tingkat walkability jalan di sekitar
Stasiun Hall dengan menggunakan penilaian berdasarkan Global Walkability Index. Standar dari Global Walkability Index GWI yang dikembangkan oleh H. Krambeck
untuk World Bank, memberikan analisis kualitatif penilaian tentang kondisi berjalan termasuk keselamatan, keamanan, dan kenyamanan lingkungan pejalan kaki. Ada 9
sembilan parameter untuk mengukur tingkat keamanan, keselamatan, kenyamanan dan keindahan yaitu konflik jalur pejalan kaki dengan moda transportasi lain,
ketersediaan jalur pejalan kaki, ketersediaan penyeberangan, tingkat keselamatan persimpangan, perilaku pengendara, kenyamanan amenities, infrastruktur bagi
penyandang cacat, hambatan, dan keamanan dari kejahatan. Perjalanan responden menuju ke tempat kerja dilakukan dengan menggunakan
moda berjalan kaki atau tidak berjalan kaki. Namun hal ini tidak berpengaruh dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik responden dengan
tingkat walkability jalan di sekitar Stasiun Hall Bandung.
4.1 Profil Responden
Pada penelitian ini jumlah responden yang menjadi sampel adalah 100 orang yaitu penumpang KRD Patas AC jurusan Cicalengka-Bandung dengan tujuan
bekerja. Profil responden terdiri dari usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, penghasilan per-bulan, pendidikan terakhir, intensitas perjalanan, moda transportasi yang
digunakan dan jarak tempuh.
4.1.1 Moda yang Digunakan Responden dari Stasiun Hall Menuju Tempat
Bekerja
Pada penelitian ini moda yang digunakan responden dari Stasiun Hall menuju ke