Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
PREVALENSI TERJADINYA STOMATITIS AFTOSA REKUREN
(SAR) PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
YANG BERPENGALAMAN SAR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
TAHAN HABAKUK PARWIRA BANUAREA NIM : 040600090
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(2)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2009
Tahan H.P Banuarea
Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera UtaraYang Berpengalaman SAR.
xii + 33 halaman
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan suatu penyakit ulang kambuh pada mukosa mulut yang paling sering terjadi. SAR pada tahap awal umumnya sakit, dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh kembali.
Etiologi dan patogenesis SAR belum diketahui pasti. Ulser pada SAR bukan karena satu faktor saja tetapi terjadi dalam lingkungan yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari trauma, stres, hormonal, genetik, merokok, alergi dan infeksi mikroorganisme atau faktor imunologi.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi SAR pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiwa Universitas Sumatera Utara yang berusia 18-24 tahun, dengan besar sampel yang diambil sebanyak 264 orang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei deskriptif, dan sampel dibagi menjadi 12 kelompok sesuai fakultas yang ada di
(3)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Universitas Sumatera. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara yang dibantu kuesioner dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi stomatitis aftosa rekuren.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi SAR pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara adalah 64,39% dan mahasiswa yang tidak mempunyai pengalaman SAR adalah 35,61%. Prevalensi tertinggi dijumpai pada mahasiswa FKG yaitu 7,20% dan faktor pencetus SAR yang terbanyak adalah trauma dan stres. Faktor pencetus stres dijumpai paling banyak pada mahasiswa FKG yaitu 30,43% terutama pada saat ujian.
(4)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 29 Juni 2009
Pembimbing : Tanda Tangan
(Syuaibah Lubis, drg NIP: 130 365 329
(5)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 29 Juni 2009
(6)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
KETUA : Syuaibah Lubis, drg
(7)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga penulis yang sangat penulis cintai yaitu bapak H.W Banuarea (alm.), mama M. br. Naibaho, abang-abangku: Ranto Banuarea, Bukti Banuarea dan Bakti Banuarea atas segala kasih sayang, doa dan dukungan serta bantuan baik berupa moril maupun materil kepada penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Syuaibah Lubis, drg., selaku dosen pembimbing skripsi atas kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas saran dan masukan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
(8)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
3. Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM selaku koordinator skripsi dan tim penguji skripsi.
4. Hj. Minasari Nst, drg., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di FKG USU.
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Keluarga besar Banuarea, Keluarga Ambor Sihombing (Boma, Lae Wiliam, Astrid), Tonga Patar dan Keluarga besar Naibaho, Tulang Nalom Naibaho, Tulang Togarma Naibaho, Tulang Olopan Naibaho, Aju Radenna, Aju Rumata, Yefta atas bantuan, kasih sayang, dan doa yang diberikan kepada penulius selama ini.
7. Asniari Pasaribu atas segala kebaikannya kepada penulis.
8. Ramos, Dedi, Zovai, Jery, Alex yang telah membantu dan memotivasi penulis, teman-teman yang di KKS (Era, B’ Welly, B’ John, B’ Togu, B’ Doar), teman-teman stambuk 2004 dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, bangsa dan Negara Indonesia, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
Medan, Juni 2009 Penulis,
(Tahan H.P Banuarea NIM: 040600090
(9)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Stomatitis Aftosa Rekuren ... 4
2.2 Etiologi dan Patogenesis... 4
2.3 Gambaran Klinis ... 8
2.4 Diagnosa ... 11
2.5 Terapi dan Perawatan ... 11
2.6 Kerangka Teori ... 12
(10)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ... 13
3.2 Populasi dan Sampel ... 13
3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 14
3.4 Variabel Penelitian ... 14
3.5 Defenisi Operasional ... 14
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 15
3.7 Cara Pengumpulan Data ... 16
3.8 Pengolahan Data ... 16
3.9 Analisa Data ... 16
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Responden... 17
4.2 Stomatitis Aftosa Rekuren ... 18
BAB 5 PEMBAHASAN ... 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 31
6.2 Saran ... 31
(11)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Informasi Gambaran Responden, tahun 2009 ... 17
2. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren Berdasarkan Jenis Kelamin, Riwayat SAR Orangtua, dan Kebiasaan Merokok
pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, tahun 2009 ... 18 3. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren
Berdasarkan Frekuensi Terjadinya SAR, tahun 2009 ... 19 4. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren
Berdasarkan Kekerapan Terjadinya SAR, tahun 2009 ... 20 5. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren
Berdasarkan Fakultas, tahun 2009 ... 21
6. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren Berdasarkan Faktor Pencetus pada Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara, tahun 2009... 21 7. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren
Berdasarkan Faktor Pencetus Trauma pada Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara, tahun 2009... 22 8. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren
Berdasarkan Faktor Pencetus Stres pada Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara, tahun 2009... 22 9. Distribusi dan Frekuensi Faktor Pencetus Stres
Berdasarkan Fakultas, tahun 2009 ... 23 10. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren
Berdasarkan Lokasi SAR pada Mahasiswa
Universitas Sumatera Utara, tahun 2009... 23 11. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren
Berdasarkan Tindakan Perawatan pada Mahasiswa
(12)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
11. Distribusi dan Frekuensi Stomatitis Aftosa Rekuren Berdasarkan Pengobatan Sendiri pada Mahasiswa
(13)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Stomatitis Aftosa Rekuren Tipe Minor ... 9
2. Stomatitis Aftosa Rekuren Tipe Mayor ... 10
(14)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara
(15)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan suatu penyakit ulang kambuh pada mukosa mulut yang paling sering terjadi.1 SAR pada tahap awal umumnya sakit, dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh
kembali.2 Walaupun SAR tidak mengancam kehidupan tetapi dapat mengurangi
kualitas kehidupan karena pada saat makan, menelan atau berbicara akan
menyebabkan rasa sakit.3 Selain itu sifat SAR yang ulang kambuh sangat
mengganggu karena pasien sudah berusaha untuk mencari pengobatan pada beberapa dokter.1
Prevalensi SAR bervariasi tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Prevalensi SAR sekitar 20% dari seluruh populasi umum.4 Menurut penelitian Axell dan Henricsson, SAR mengenai 17,7% penduduk Swedia.5 Di Amerika, prevalensi tertinggi ditemukan pada mahasiswi keperawatan 60%, mahasiswa kedokteran gigi
56% dan mahasiswa profesi 55%.5 Menurut penelitian Ship, prevalensi SAR 66%
terdapat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, dan dijumpai adanya hubungan dengan stres.6,7 Di Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama), prevalensi SAR periode 2003-2004 dari 101 pasien terdapat kasus SAR 17,83% (18 pasien).1
Episode pertama SAR sering dimulai pada dekade kedua kehidupan.8
(16)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
sering ditemukan pada masa dewasa muda.3 SAR lebih cenderung pada wanita,
kelompok sosial ekonomi tinggi, penderita stres, atau orang yang mempunyai riwayat SAR pada keluarganya.2,4
Sehubungan dengan etiologi penyakit ini yang tidak jelas, sukar untuk menemukan suatu perawatan yang pasti dan perawatan-perawatan yang diarahkan
hanya untuk memperbaiki gejala.9 Karena SAR dapat sembuh sendiri tanpa
pengobatan maka sering pasien mengabaikannya atau mengobati sendiri dengan obat-obatan yang diketahui dari iklan media massa. Banyak orang cenderung menamakan semua kelainan dalam mulut, baik yang disertai sakit atau tidak, sebagai SAR sehingga menyebabkan kekeliruan dan menyesatkan.2 Berdasarkan beberapa laporan penelitian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi SAR dan melihat distribusi dan frekuensi faktor pencetus SAR pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara, karena menurut literatur, episode pertama SAR sering dimulai pada dekade kedua kehidupan yang sesuai dengan usia rata-rata mahasiswa.
1.2 Permasalahan
Dari uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka timbul permasalahan : 1. Berapakah prevalensi SAR pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara? 2. Bagaimana distribusi dan frekuensi faktor pencetus SAR pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara?
3. Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap SAR yang pernah dideritanya?
(17)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
1.Untuk mengetahui prevalensi SAR pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui distribusi dan frekuensi faktor pencetus terjadinya SAR pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap SAR yang pernah dideritanya.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan gambaran bagi dokter gigi tentang kejadian SAR pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan penyuluhan bagi tenaga kesehatan dalam mengurangi resiko dan pencegahan terkena SAR.
(18)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Stomatitis Aftosa Rekuren
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan dengan tanda khas berupa adanya ulser oval rekuren pada mukosa mulut tanpa tanda-tanda adanya penyakit lain.1 Ulser mempunyai ukuran yang bervariasi 1-30 mm, tertutup selaput kuning keabu-abuan, berbatas tegas, dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk beberapa hari atau bulan.2,5 Karakteristik ulser yang sakit terutama terjadi pada mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa orofaring.1 SAR dapat membuat frustasi pasien dan dokter gigi dalam merawatnya karena kadang-kadang sebelum ulser yang lama sembuh ulser baru dapat timbul dalam jumlah yang lebih banyak.10,11
2.2 Etiologi dan Patogenesis
Etiologi dan patogenesis SAR belum diketahui pasti. Ulser pada SAR bukan karena satu faktor saja tetapi terjadi dalam lingkungan yang memungkinkannya berkembang menjadi ulser. Faktor-faktor ini terdiri dari trauma, stres, hormonal, genetik, merokok, alergi dan infeksi mikroorganisme atau faktor imunologi. Dokter gigi sebaiknya mempertimbangkan bahwa faktor-faktor tersebut dapat memicu perkembangan ulser SAR.12,13
Tidak ada teori yang seragam tentang adanya imunopatogenesis dari SAR,
(19)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
penelitian mengungkapkan bahwa adanya respon imun yang diperantai sel secara berlebihan pada pasien SAR sehingga menyebabkan ulserasi lokal pada mukosa.15 Respon imun itu berupa aksi sitotoksin dari limfosit dan monosit pada mukosa mulut dimana pemicunya tidak diketahui.11,14
Beberapa kelompok bakteri dan virus diduga sebagai penyebab SAR tetapi sampai sekarang belum terbukti dengan benar. Streptococcus diduga sangat berpengaruh dalam patogenesis SAR baik secara langsung maupun melalui stimulus antigen yang mungkin melakukan reaksi silang dengan mukosa mulut, tetapi penelitian menunjukkan bahwa limfosit merespon Streptococcus sanguis dan S. mitis pada pasien SAR tidak berbeda dengan kelompok kontrol. Beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung teori virus sebagai penyebab SAR.5,7,16
Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan merokok. Pasien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok, dan terdapat prevalensi dan keparahan yang lebih rendah dari SAR diantara perokok berat berlawanan dengan yang bukan perokok. Beberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok.7,17
2.2.1 Genetik
Faktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada pasien yang menderita SAR. Faktor genetik SAR diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah
human leucocyte antigen (HLA), namun beberapa ahli masih menolak hal tersebut.
HLA menyerang sel-sel melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel mononukleus ke epitelium.5,15,16 Sircus berpendapat bahwa bila kedua orangtua
(20)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
menderita SAR maka besar kemungkinan timbul SAR pada anak-anaknya. Pasien dengan riwayat keluarga SAR akan menderita SAR sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien tanpa riwayat keluarga SAR.7,16
2.2.2 Trauma
Ulser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka penetrasi akibat trauma.18 Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan pada mukosa mulut.19 Umumnya ulser terjadi karena tergigit saat berbicara, kebiasaan buruk (bruksism), atau saat
mengunyah, akibat perawatan gigi, makanan atau minuman yang terlalu panas.20
Trauma bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya SAR pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan sebagai faktor pendukung.16
2.2.3 Alergi
Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan (hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen, merupakan substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi, tetapi tidak bisa membentuk antibodinya sendiri.21
SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik atau permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta bahan makanan.21,22 Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang sensitif, mukosa, akan meradang dan edematous. Gejala ini disertai dengan rasa panas, kadang-kadang timbul gatal-gatal, dapat juga berbentuk
(21)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
vesikel kecil, tetapi sifatnya sementara dan akan pecah membentuk daerah erosi kecil dan ulser yang kemudian akan berkembang menjadi SAR.21
2.2.4 Stres
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor yang berperan secara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren ini.23 Aktifnya hormon glukokortikoid pada orang yang mengalami stres dapat menyebabkan meningkatnya katabolisme protein sehingga sintesis protein menurun. Akibatnya metabolisme sel terganggu sehingga rentan terhadap rangsangan atau mudah terjadi ulser.16
Menurut penelitian Mcnally, menunjukkan kebanyakan orang yang menderita ulser mempunyai level stres yang meningkat. Misalnya stres karena kematian anggota keluarga sangat berperan dalam menyebabkan terjadinya ulser mulut.3
2.2.5 Hormonal
Pada wanita sekelompok SAR sering terlihat di masa pra menstruasi bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali. Keadaan ini diduga berhubungan dengan faktor hormonal. Hormon yang dianggap berperan penting adalah estrogen dan progesteron.16,18
Dua hari sebelum menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron secara mendadak. Penurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan aliran darah sehingga suplai darah utama ke daerah perifer menurun dan terjadinya gangguan keseimbangan sel-sel termasuk rongga mulut, memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang berlebihan terhadap jaringan mulut
(22)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
dan rentan terhadap iritasi lokal sehingga mudah terjadi SAR. Progesteron dianggap berperan dalam mengatur pergantian epitel mukosa mulut.16
2.3 Gambaran Klinis
Ada tiga tahap perkembangan ulser SAR, yaitu :
1. Tahap pra-ulserasi, meliputi infiltrasi sel mononukleus ke dalam inti vakuola epitelium. Tahap ini diikuti dengan degenerasi sel epitel suprabasal yang disertai oleh mononukleus, sebagian besar limfosit masuk ke dalam lamina propria.
2. Tahap ulserasi, meliputi penambahan infiltrasi sel mononukleus pada jaringan (terutama epitelium). Tahap ini disertai edema yang lebih luas dan degenerasi dari epitelium, yang berkembang menjadi ulser yang sebenarnya dengan membran fibrin yang menyelubungi ulser.
3. Tahap penyembuhan, meliputi regenerasi dari epitelium.5,17,22
Tidak semua SAR mempunyai tanda-tanda klinis yang sama. Terlihat adanya variasi pada ukuran, kedalaman, dan rentang waktu terjadinya ulser. Berdasarkan hal tersebut SAR dibagi menjadi tiga tipe yaitu stomatitis aftosa rekuren tipe minor, stomatitis aftosa rekuren tipe mayor, dan stomatitis aftosa rekuren tipe herpetiformis.16
2.3.1 SAR Tipe Minor
Tipe minor (disebut juga Mikulicz’s aphthae) mengenai sebagian besar pasien SAR yaitu 75% sampai dengan 85% dari keseluruhan SAR, yang ditandai dengan adanya ulser berbentuk bulat dan oval, dangkal, dengan diameter 1-10 mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematous. Ulserasi dari tipe minor cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar
(23)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas 4-5 ulser dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari tanpa meninggalkan bekas jaringan parut.5,17,18
Gambar 1. Stomatitis aftosa rekuren tipe minor
2.3.2 SAR Tipe Mayor
Tipe mayor (Periadenitis mucosa necrotica recurrens atau penyakit Sutton) diderita 10%-15% dari penderita SAR dan lebih parah dari tipe minor. Ulser biasanya tunggal, berbentuk oval dan berdiameter sekitar 1-3 cm, berlangsung selama 4 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin.14,17
Ulser yang besar, dalam serta bertumbuh dengan lambat biasanya terbentuk dengan bagian tepi yang menonjol serta eritemaous dan mengkilat, yang menunjukkan bahwa terjadi edema. Selalu meninggalkan jaringan parut setelah sembuh dan jaringan parut tersebut terjadi karena keparahan dan lamanya ulser.17,18,19
(24)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Gambar 2. Stomatitis aftosa rekuren tipe mayor
2.3.3 SAR Tipe Herpetiformis
Istilah herpetiformis pada tipe ini dipakai karena bentuk klinisnya (yang dapat terdiri dari 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes tidak mempunyai peran etiologi pada SAR tipe herpetiformis. SAR tipe herpetiformis jarang terjadi yaitu sekitar 5%-10% dari semua kasus SAR. Setiap ulser berbentuk bulat atau oval, mempunyai diameter 0,5-3,0 mm dan bila ulser bergabung bentuknya tidak teratur. Setiap ulser berlangsung selama satu minggu sampai dua bulan dan tidak akan meninggalkan jaringan parut ketika sembuh. 17,18,19
(25)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
2.4 Diagnosa
Diagnosis SAR didasarkan pada gambaran klinis dari ulser serta riwayat penyakitnya. Perhatian khusus harus ditujukan pada umur terjadinya, lokasi, lama (durasi), serta frekuensi ulser. Setiap hubungan dengan faktor hormon, stres, dan alergi harus dicatat.19 Pemeriksaan tambahan diperlukan seperti pemeriksaan sitologi, biopsi, dan kultur bila ulser tidak kunjung sembuh. Penderita dan dokter gigi perlu waspada terhadap kelainan-kelainan lain didalam mulut yang mirip dengan SAR, misalnya stomatitis herpetika dan kanker mulut. Stomatitis herpetika disebabkan oleh virus Herpes simpleks tipe 1, lesi awal berbentuk vesikel, lesi matang berbentuk ulser kecil tanpa pinggiran eritema, lesi berkelompok, lokasinya pada mukosa berkeratin dan dapat menular ke orang lain.Kanker mulut dapat menyerupai stomatitis aftosa, hanya pada yang ganas biasanya tidak sakit, dan tak pernah bisa sembuh, disertai pembesaran kelenjar getah bening. Kelainan ini umumnya pada individu usia lanjut, perokok berat, atau pecandu alkohol.2,10,22
2.5 Terapi dan Perawatan
Terapi SAR dilakukan secara simtomatik ditujukan untuk mengurangi rasa sakit, memperpendek masa perjalanan lesi, mengurangi jumlah dan besar ulser atau mencegah munculnya lesi baru.9,10 Banyak obat-obatan, termasuk vitamin, obat kumur antiseptik, steroid topikal dan imunomodulator sistemik, dianjurkan sebagai pengobatan untuk SAR. Untuk kasus ringan, bisa diberikan antiseptik topikal dan anastesi yang melindungi ulser dari gesekan dalam rongga mulut saat berfungsi dan melindungi agar tidak berkontak langsung dengan makanan yang asam atau pedas dan untuk mengurangi rasa perih. Pada kasus yang lebih berat dapat diberikan salep
(26)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
yang mengandung topikal steroid atau obat sistemik bila penderita tidak merespon terhadap obat topikal.16,18,19
2.7 Kerangka Teori
2.8 Kerangka Konsep
Faktor Predisposisi : - Genetik
- Trauma
- Alergi - Stres
- Faktor Hormonal
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR)
Minor Mayor Herpetiformis
M A H A S I S W A U S U Mahasiswa dengan pengalaman SAR
Mahasiswa yang tidak ada pengalaman SAR
Faktor Predisposisi : - Genetik
- Trauma
- Alergi - Stres
(27)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggunakan metode survei.24
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah mahasiswa yang terdaftar di Universitas Sumatera Utara Medan (FK, FKG, FKM, F.Psikologi, F.Farmasi, FMIPA, FT, FP, FISIP, FH, F.Sastra, FE), jumlah mahasiswa sebesar 23.346 orang pada tahun 2008.25
Metode pemilihan sampel adalah stratified random sampling, dimana pemilihan sekelompok sampel yang ditetapkan adalah mahasiswa yang berumur 18 -24 tahun pada semua fakultas. Sebagai sampel diambil sebagian mahasiswa dari setiap fakultas yang ada di Universitas Sumatera Utara.
Besar sampel dihitung dengan rumus :
SE = x
Dalam penelitian ini ditentukan :
Confidence level = 95%
Degree of realibility = 5%--- Zc = 1,96
p = proporsi SAR dari populasi umum (20%)
(28)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Np = besar populasi yaitu 23.346 orang
SE = standard error yang menunjukkan derajat penyebaran data di dalam sampling distribution of proportion suatu karakteristik yang akan diteliti.
(
SE=)
n = besarnya sampel yang akan diambil
Dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel minimum 253 orang. Pada penelitian ini besar sampel yang diambil sebanyak 264 orang sehingga setiap fakultas diambil 22 orang sebagai sampel. Rumus dipakai dengan tujuan waktu penelitian menjadi lebih singkat.
3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi :
1. Mahasiswa USU yang berumur 18-24 tahun 2. Mahasiswa yang bersedia diwawancarai Kriteria eksklusi :
1. Bukan mahasiswa USU yang berumur 18-24 tahun 2. Mahasiswa yang tidak bersedia diwawancarai
3.4 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas yaitu faktor predisposisi SAR
(29)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
3.5 Defenisi Operasional
1. Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu luka yang terasa sakit pada mukosa mulut yang berbentuk bulat oval, dangkal, dengan ukuran bervariasi 1-30 mm dan dikelilingi pinggiran merah, dapat sembuh sendiri dalam 10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh lagi.
2. Penderita SAR adalah mahasiswa USU.
3. Faktor predisposisi adalah berupa faktor genetik, trauma, alergi, hormon dan stres yang memicu terjadinya stomatitis aftosa rekuren.
4. Genetik adalah faktor keturunan dimana ada atau tidak riwayat SAR pada orangtua atau keluarga lainnya yang diperoleh dari kuesioner.
5. Trauma adalah luka atau cedera yang terjadi pada jaringan mukosa mulut akibat kontak fisik, kimia dan thermis yang dapat diketahui dari kuesioner.
6. Alergi adalah suatu reaksi hipersensitifitas akibat kontak dengan suatu bahan tertentu.
7. Gangguan hormonal, misalnya siklus menstruasi.
8. Stres adalah respon fisik, emosional dan mental terhadap peristiwa-peristiwa yang menganggu kehidupan yang dapat diketahui dari kuesioner.
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di semua fakultas USU yang meliputi Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi, Fakultas Farmasi, Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian,
(30)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Sastra dan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Waktu penelitian adalah sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.
3.7 Cara Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan pada mahasiswa USU yang berumur 18-24 tahun dan diambil di setiap fakultas Universitas Sumatera Utara. Kemudian setiap mahasiswa diberikan kuesioner untuk dijawab.
3.8 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan tabulasi.
3.9 Analisa Data
1. Dihitung rata-rata stomatitis aftosa rekuren yang pernah diderita mahasiswa berdasarkan Fakultas tempat studi mahasiswa.
2. Dihitung rata-rata stomatitis aftosa rekuren yang pernah diderita mahasiswa berdasarkan jenis kelamin.
3. Dihitung rata-rata stomatitis aftosa rekuren yang pernah diderita mahasiswa berdasarkan faktor pencetus (genetik, trauma, alergi, stres, hormonal).
4. Dihitung rata-rata tindakan perawatan mahasiswa terhadap stomatitis aftosa rekuren yang diderita.
(31)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Responden
Pada tabel 1 dapat dilihat sampel yang digunakan adalah sebanyak 264 orang responden yang diambil dari duabelas fakultas Universitas Sumatera Utara yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi, Fakultas Farmasi, Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Sastra, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Setiap fakultas diambil sampel sebanyak 22 mahasiswa (8,33%). Dari penelitian ini, sampel dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis kelamin yang terdiri atas 103 mahasiswa laki-laki dan 161 mahasiswa perempuan.
Tabel 1. INFORMASI GAMBARAN RESPONDEN, TAHUN 2009
No. Kriteria n
(nT = 264)
Persentase (%)
1. Fakultas FK FKG FKM F. Psikologi F. Farmasi F. MIPA FT FP FE FH F. Sastra FISIP 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 8,33% 2. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 103 161 39,02% 60,98% Keterangan : n dinyatakan dalam orang
(32)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
4.2 Stomatitis Aftosa Rekuren
Dari 264 orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang berumur 18 24 tahun, 170 mahasiswa yang mempunyai pengalaman SAR yang terdiri dari 52 orang (19,70%) laki-laki, 118 orang (44,69%) perempuan dan 94 orang tidak mempunyai pengalaman SAR yang terdiri dari 51 orang (19,32%) laki-laki, 43 orang (16,29%) perempuan. Dari 225 mahasiswa (85,23%) dengan adanya riwayat SAR pada orangtua, dijumpai 165 orang (62,50%) mempunyai pengalaman SAR, 60 orang (22,73%) tidak mempunyai pengalaman SAR dan 39 mahasiswa (14,77%) dengan riwayat tidak ada SAR pada orangtua terdiri dari 5 orang (1,89%) mempunyai pengalaman SAR dan 34 orang (12,88%) tidak mempunyai pengalaman SAR. Pada penelitian ini ditemukan bahwa mahasiswa yang merokok adalah 42 orang (15,91%), mahasiswa yang tidak merokok adalah 213 orang (80,68%), dan mahasiswa yang pernah merokok sebanyak 9 orang (3,41%). (Lihat tabel 2)
Tabel 2. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN BERDASARKAN JENIS KELAMIN, RIWAYAT SAR ORANGTUA, DAN KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, TAHUN 2009
No. Kriteria SAR (+) SAR (-)
n % n %
1. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 52 118 19,70% 44,69% 51 43 19,32% 16,29% 2. Riwayat Orangtua
SAR (+) SAR (- )
165 5 62,50% 1,89% 60 34 22,73% 12,88% 3. Merokok
Ya Tidak Pernah 11 155 4 4,17% 58,71% 1,51% 31 58 5 11,74% 21,97% 1,90% Keterangan : n dinyatakan dalam orang
(33)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Distribusi dan frekuensi SAR berdasarkan frekuensi ulser dijumpai bahwa mahasiswa yang hanya sekali mengalami ulser adalah 21 orang (7,96%), 2-4 kali ulser adalah 33 orang (12,50%), lebih dari 5 kali adalah 60 orang (22,72%), dan sering atau tidak terhitung mengalami ulser adalah 56 orang (21,21%). (Lihat tabel 3)
Tabel 3. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN BERDASARKAN FREKUENSI TERJADINYA SAR, TAHUN 2009
Fakultas Frekuensi Terjadinya SAR
2-4 Kali (orang)
Lebih dari 5 Kali (orang)
Sering/Tidak Terhitung (orang)
FK 7 7 4
FKG 2 2 15
FKM 1 5 10
F.Psikologi 5 8 4
F. Farmasi 4 4 6
F. MIPA 3 11 3
FT 5 2 1
FP 3 9 3
FE 6 3 1
FH 9 3 _
F. Sastra 1 4 7
FISIP 8 2 2
Total 54 (20,46%) 60 (22,72%) 56 (21,21%)
Distribusi dan frekuensi SAR berdasarkan kekerapan terjadinya SAR dijumpai mahasiswa yang sebulan sekali mengalami SAR adalah 5 orang (1,90%) dan mahasiswa yang kekerapan terjadinya SAR tidak teratur adalah 46 orang (17,42%). (Lihat tabel 4)
(34)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Tabel 4. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN BERDASARKAN KEKERAPAN TERJADINYA SAR, TAHUN 2009
Fakultas Kekerapan Terjadinya SAR
< 1 Bulan Sebulan
Sekali
2 Bulan Sekali
> Bulan Sekali
Tidak Teratur
FK - - - - 4
FKG 1 1 2 11
FKM - 3 1 - 6
F.Psikologi - - - - 4
F. Farmasi - 1 - 2 4
F. MIPA - - - - 4
FT - - - - 1
FP - - - - 3
FE - - - - 1
FH - - - - -
F. Sastra - - - - 5
FISIP - - - 2 3
Total 1 (0,38%) 5 (1,90%) 1 (0,38%) 6 (2,27%) 46 (17,42%)
Distribusi dan frekuensi SAR berdasarkan fakultas dijumpai bahwa fakultas yang mahasiswanya mempunyai pengalaman SAR terbanyak adalah FKG dan FK yaitu 19 orang (7,20%) dan 18 orang (6,81%), sedangkan fakultas yang mahasiswanya mempunyai pengalaman SAR sedikit adalah F. Teknik dan F. Ekonomi yaitu 8 orang (3,03%) dan 10 orang (3,79%). (Lihat tabel 5)
(35)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Tabel 5. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN BERDASARKAN FAKULTAS, TAHUN 2009
Fakultas Stomatitis Aftosa Rekuren
Pernah Tidak Pernah
n % n %
FK 18 6,81% 4 1,51%
FKG 19 7,20% 3 1,14%
FKM 16 6,06% 6 2,27%
F.Psikologi 17 6,50% 5 1,89%
F. Farmasi 14 5,30% 8 3,03%
F. MIPA 17 6,50% 5 1,89%
FT 8 3,03% 14 5,30%
FP 15 5,68% 7 2,65%
FE 10 3,79% 12 4,54%
FH 12 4,54% 10 3,79%
F. Sastra 12 4,54% 10 3,79%
FISIP 12 4,54% 10 3,79%
Total 170 64,39% 94 35,61%
Keterangan : n dinyatakan dalam orang
Pada penelitian ini ditemukan bahwa ada beberapa faktor pencetus terjadinya stomatitis aftosa rekuren yang terdiri dari trauma 50,27%, hormonal 1,08%, stres 20,54%, penyakit 12,43%, alergi 8,11%, dan lain-lain 7,57%. (Lihat tabel 6)
Tabel 6. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN BERDASARKAN FAKTOR PENCETUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, TAHUN 2009
No. Faktor Pencetus Stomatitis Aftosa Rekuren (f) %
1. Trauma 93 50,27%
2. Hormonal 2 1,08%
3. Stres 38 20,54%
4. Penyakit 23 12,43%
5. Alergi 15 8,11%
6. Lain-lain 14 7,57%
Total 185 100%
(36)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Pada penelitian ini ditemukan SAR dengan faktor pencetus trauma pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara, terjadinya trauma akibat tergigit 64,17%, sikat gigi 14,17%, pesawat orto 8,33%, dan lain-lain 13,33%. (Lihat tabel 7)
Tabel 7. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN BERDASARKAN FAKTOR PENCETUS TRAUMA PADA
MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, TAHUN 2009
No. Trauma Stomatitis Aftosa Rekuren
(f)
%
1. Tergigit 77 64,17%
2. Sikat Gigi 17 14,17%
3. Pesawat Orto 10 8,33%
4. Tambalan Gigi - -
5. Lain-lain 16 13,33%
Total 120 100%
Keterangan : f dinyatatakan dalam frekuensi
Pada penelitian ini dijumpai bahwa faktor pencetus stres pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara, akibat masalah keluarga 2,17%, masalah dengan teman 8,70%, masalah pendidikan 56,52%, saat ujian 32,61%. (Lihat tabel 8)
Tabel 8. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN BERDASARKAN FAKTOR PENCETUS STRES PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, TAHUN 2009
No. Stres Stomatitis Aftosa Rekuren (f) %
1. Masalah Keluarga 1 2,17%
2. Masalah dengan Teman 4 8,70%
3. Masalah dalam Pendidikan 26 56,52%
4. Saat Ujian 15 32,61%
5. Lain-lain - -
Total 46 100%
Keterangan : f dinyatatakan dalam frekuensi
Pada penelitian ini dijumpai bahwa faktor pencetus stres dari setiap fakultas, yang mahasiswanya sering mengalami stres adalah FKG (30,43%), FKM (13,04%), dan F. Farmasi (13,04%), sedangkan fakultas yang mahasiswanya sedikit mengalami
(37)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
stres adalah F. Ekonomi (2,17%), F.Hukum (2,17%), F, Sastra (2,17%), dan FISIP (2,17%). (Lihat tabel 9)
Tabel 9. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI FAKTOR PENCETUS STRES BERDASARKAN FAKULTAS, TAHUN 2009
Fakultas Stres
f %
FK 3 6,53%
FKG 14 30,43%
FKM 6 13,04%
F.Psikologi 3 6,53%
F. Farmasi 6 13,04%
F. MIPA 2 4,35%
FT 5 10,87%
FP 3 6,53%
FE 1 2,17%
FH 1 2,17%
F. Sastra 1 2,17%
FISIP 1 2,17%
Total 46 100%
Keterangan : f dinyatatakan dalam frekuensi
Pada penelitian ini dijumpai bahwa lokasi stomatitis aftosa rekuren pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara, pada lidah 22,81%, mukosa bibir 45,25%, mukosa pipi 19,39%, dasar mulut 8,75%, dan lain-lain 3,80%. (Lihat tabel 10)
Tabel 10. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSAREKUREN BERDASARKAN LOKASI SAR PADA MAHASISWA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, TAHUN 2009
No. Lokasi SAR Stomatitis Aftosa Rekuren
(f)
%
1. Lidah 60 22,81%
2. Mukosa Bibir 119 45,25%
3. Mukosa Pipi 51 19,39%
4. Dasar Mulut 23 8,75%
5. Lain-lain 10 3,80%
Total 263 100%
(38)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Dari 170 orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang mempunyai pengalaman SAR, dijumpai 57 orang (21,59%) tidak melakukan tindakan perawatan, 104 orang (39,39%) melakukan pengobatan sendiri, 4 orang (1,52%) pergi ke dokter umum, 5 orang (1,89%) pergi ke dokter gigi. (Lihat tabel 11)
Tabel 11. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA
REKUREN BERDASARKAN TINDAKAN PERAWATAN PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, TAHUN 2009
No. Tindakan Perawatan Stomatitis Aftosa Rekuren
(n)
%
1. Dibiarkan 57 21,59%
2. Mengobati Sendiri 104 39,39%
3. Ke Dokter Umum 4 1,52%
4. Ke Dokter Gigi 5 1,89%
5. Lain-lain - -
Total 170 64,39%
Keterangan : n dinyatatakan dalam orang
Dari 104 orang mahasiswa yang melakukan pengobatan sendiri, dijumpai 32 orang (12,12%) memakai larutan penyegar, 18 orang (6,82%) memakai obat oles, 10 orang (3,79%) memakai obat kumur, 44 orang (16,66%) memakai vitamin. (Lihat tabel 12)
Tabel 12. DISTRIBUSI DAN FREKUENSI STOMATITIS AFTOSA REKUREN BERDASARKAN PENGOBATAN SENDIRI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, TAHUN 2009
No. Pengobatan Sendiri Stomatitis Aftosa Rekuren
(n)
%
1. Larutan Penyegar 32 12,12%
2. Obat Oles 18 6,82%
3. Obat Kumur 10 3,79%
4. Vitamin 44 16,66%
5. Lain-lain - -
Total 104 39,39%
(39)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
BAB 5 PEMBAHASAN
Rancangan penelitian yang dipakai adalah survei deskriptif karena keterbatasan waktu penelitian dan sampel yang cukup untuk dilakukannya penelitian ini, sehingga sampel yang dipilih dapat memberikan gambaran stomatitis aftosa rekuren pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU yang berumur 18 – 24 tahun dari semua fakultas yang ada di USU. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa episode pertama stomatitis aftosa rekuren paling sering dimulai pada dekade kedua kehidupan dan juga sesuai dengan penelitian Axell yang menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun.6,9
Menurut literatur prevalensi stomatitis aftosa rekuren pada populasi umum 20%.4 Hasil penelitian ini menunjukkan mahasiswa yang memiliki stomatitis aftosa rekuren 64,39% dan mahasiswa yang tidak memiliki stomatitis aftosa rekuren 35,61%. Prevalensi tertinggi terdapat pada mahasiswa FKG yaitu 7,20% dari seluruh penderita SAR pada mahasiswa USU. Menurut penelitian Ship, insidens tertinggi ditemukan pada mahasiswa keperawatan (60%), mahasiswa kedokteran gigi (56%), dan mahasiswa profesi (55%).5,17
Penelitian ini dapat terjadi bias, karena jumlah sampel laki-laki dan perempuan tidak seimbang, sehingga perbandingan stomatitis aftosa rekuren berdasarkan jenis kelamin tidak dapat membuktikan literatur yang menyatakan
(40)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
perempuan cenderung terserang stomatitis aftosa rekuren daripada laki-laki dengan rasio 3:2.8,21
Riwayat adanya stomatitis aftosa rekuren (SAR) pada orangtua mempunyai
peran pada pasien yang menderita SAR.9 Dari 170 orang mahasiswa yang
mempunyai pengalaman stomatitis aftosa rekuren 62,50% mempunyai riwayat SAR pada orangtua, dan hanya 1,89% tanpa mempunyai riwayat SAR pada orangtua. Data ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa insiden SAR lebih dari 40% cenderung terjadi pada orang dimana orangtuanya juga menderita SAR. Menurut penelitian Ship menyatakan bahwa pasien SAR dengan adanya riwayat SAR pada orangtua mempunyai kemungkinan terjadinya SAR 90% dibandingkan pasien SAR tanpa adanya riwayat SAR pada orangtua mempunyai kemungkinan terjadinya SAR 20%.2,9 Faktor genetik SAR diduga berhubungan dengan peningkatan jumlah human
leucocyte antigen (HLA) yang menyerang sel-sel melalui mekanisme sitotoksik
dengan jalan mengaktifkan sel mononukleus ke epithelium.19
Dari 213 mahasiswa yang tidak merokok, 58,71% mempunyai pengalaman SAR dan 21,97% tidak mempunyai pengalaman SAR. Dari 42 mahasiswa yang merokok, 4,17% mempunyai pengalaman SAR dan 11,74% tidak mempunyai pengalaman SAR. Menurut literatur disebutkan bahwa perokok mempunyai prevalensi SAR yang lebih rendah daripada bukan perokok.18 Menurunnya insiden SAR pada perokok diduga berhubungan dengan meningkatnya mekanisme keratinisasi mukosa mulut akibat rokok. Selain itu nikotin berperan sebagai faktor protektif. Beberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti merokok.5,14,17
(41)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Pada penelitian ini dijumpai fakultas yang mahasiswanya mempunyai pengalaman SAR terbanyak adalah Fakultas Kedokteran Gigi yaitu 7,20% dan Fakultas Kedokteran yaitu 6,81%. Data ini sesuai dengan litertur yang menyebutkan bahwa prevalensi SAR tertinggi terdapat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Kedokteran.6 Menurut literatur hal ini disebabkan karena tingkat stres yang lebih tinggi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Kedokteran.7 Sesuai dengan penelitian ini bahwa faktor pencetus stres yang paling tinggi dijumpai pada mahasiswa FKG yaitu 30,43%. Dalam hal ini mungkin perlu dilakukan penelitian lanjutan faktor-faktor apa yang menyebabkan mahasiswa FKG mengalami stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa di fakultas lain.
Sampai saat ini etiologi SAR belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor pencetus yang diduga memegang peranan penting dalam terjadinya SAR antara lain faktor genetik, trauma, stres, infeksi virus dan bakteri, alergi dan gangguan hormonal.1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pencetus yang paling banyak memicu terjadinya SAR adalah trauma yaitu 50,27%. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa tergigit dan sikat gigi merupakan jenis trauma yang paling banyak terjadi yaitu 64,17% dan 14,17%. Menurut literatur disebutkan bahwa trauma merupakan faktor pencetus yang paling sering menyebabkan terjadinya ulser pada mulut. Mukosa mulut dapat tergigit saat berbicara, mengunyah atau kebiasaan buruk (bruksism) sehingga dapat terjadi ulser. Ulser yang terjadi ini memicu terjadinya SAR.14,22
Pada penelitian ini, dimana stres sebagai faktor pencetus SAR dijumpai bahwa masalah dalam pendidikan dan saat ujian merupakan jenis stres yang paling
(42)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
banyak terjadi yaitu 56,52% dan 32,61%. Hal ini sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa masalah dalam pendidikan dan saat ujian pada mahasiswa memiliki insidens SAR yang tinggi.3,4 Ini membuktikan bahwa stres berhubungan
dengan SAR dan sesuai dengan penelitian Mcnally.3 Stres sering terjadi pada
mahasiswa Kesehatan seperti FKG, FKM, F. Farmasi, FK dan F. Psikologi. Sesuai dengan penelitian Harika Ixzarina yang menyatakan bahwa sebagian besar mahasiswa kesehatan mengalami tingkat stres sedang dan tinggi.26 Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur dan faktor akademis, dimana pada umur 18-25 tahun merupakan masa penyesuaian diri seseorang terhadap pola-pola kehidupan mereka yang baru dan
merupakan masa peralihan dari masa remaja ke masa dewasa.27 Stres yang
berhubungan dengan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari seperti pada mahasiswa saat mengerjakan tugas dan ujian juga memiliki insidens SAR yang tinggi.21
Pada penelitian ini kekerapan terjadinya SAR yang diketahui dari kuesioner kebanyakan menyatakan tidak teratur karena responden tidak mengingat kejadian SAR yang dialaminya dan pada SAR yang faktor predisposisinya siklus menstruasi mungkin terjadi satu bulan sekali tetapi hal ini pun tidak diingat oleh responden. Pada penelitian ini, lokasi SAR yang paling sering adalah mukosa bibir yaitu 45,25% sedangkan lokasi lain-lain seperti gusi merupakan lokasi SAR yang paling sedikit yaitu 3,80%. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa SAR lebih sering terkena pada mukosa yang tidak berkeratin seperti mukosa bibir, mukosa pipi dan lidah dibandingkan mukosa yang berkeratin seperti gusi.1,5 Trauma mekanis seperti terigigit ketika mengunyah atau berbicara akan menyebabkan ulser pada bagian mukosa bukal, labial, bibir dan lateral lidah.22
(43)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan penyakit mukosa mulut yang dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari tanpa pengobatan dan dapat kambuh kembali.2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21,59% membiarkan tanpa perawatan terhadap SAR yang dialami karena dapat sembuh sendiri tanpa perawatan. Penatalaksanaan SAR ditujukan untuk mengurangi rasa sakit, memperpendek masa perjalanan lesi, atau mencegah munculnya lesi baru.11 Sebanyak 39,39% responden melakukan perawatan dengan mengobati sendiri, hanya 1,89% pergi ke dokter gigi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan perilaku kesehatan masyarakat dalam mengobati penyakit mulutnya yaitu dengan mengobati dirinya sendiri dan jarang pergi ke dokter gigi karena tanpa diobati SAR dapat sembuh sendiri. Walaupun SAR dapat sembuh sendiri dalam waktu 10-14 hari setelah timbul, tetapi akan sangat sakit. Tujuan terapi mengurangi inflamasi, dan rasa sakit serta mempercepat penyembuhan.10
Dari 104 orang yang melakukan perawatan sendiri, responden yang paling banyak memakai vitamin sebagai pengobatan SAR sebanyak 16,66%, memakai larutan penyegar, sebanyak 12,12%, obat oles sebanyak 6,82% dan obat kumur sebanyak 3,79%. Para ahli banyak menganjurkan obat oles dan obat kumur untuk mengurangi rasa sakit dan kekambuhan dari SAR.11,16 Menurut konsensus antara
American Academy of Oral Medicine dan European Assosiation of Oral Medicine
yang diadakan di Montreal, Kanada pada tahun 2001, berdasarkan percobaan kontrol random klinis yang dilakukan untuk menentukan pengobatan terbaik SAR menunjukkan bahwa obat kumur chlorhexidine gluconate dan kortikosteroid topikal keduanya dapat mengurangi keparahan dan durasi ulkus SAR.14 Pemberian vitamin
(44)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
juga dapat memberikan efek yang menguntungkan pada penderita yang kekurangan zat tersebut karena dapat mengurangi rasa sakit SAR dan mengurangi timbulnya
SAR.16 Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sikap dan perilaku
(45)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Prevalensi mahasiswa yang mempunyai pengalaman SAR adalah 170 orang (64,39%) dan insidens tertinggi dijumpai pada mahasiswa FKG.
2. Faktor pencetus SAR yang paling banyak adalah trauma dan stres, dan pada mahasiswa FKG faktor pencetus SAR paling banyak adalah stres
3. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang menderita SAR tersebut paling sering mengobati sendiri atau tanpa pengobatan dan hanya sebagian kecil yang pergi ke dokter gigi untuk mencari pengobatan.
6.2 Saran
Sehubungan dengan insidens tertinggi SAR dijumpai pada mahasiswa FKG USU dan salah satu faktor pencetus paling sering adalah stres, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya stres sehingga timbulnya SAR.
(46)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Prevalensi mahasiswa yang mempunyai pengalaman SAR adalah 170 orang (64,39%) dan insidens tertinggi dijumpai pd mahasiswa FKG.
2. Faktor pencetus SAR yang paling banyak adalah trauma dan stres, dan pada mahasiswa FKG faktor pencetus SAR paling banyak adalah stres
3. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang menderita SAR tersebut paling sering mengobati sendiri atau tanpa pengobatan dan hanya sebagian kesil yang pergi ke dokter gigi untuk mencari pengobatan.
6.2 Saran
1. Perlunya dilakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
2. Sehubungan dengan insidens tertinggi SAR dijumpai pada mahasiswa FKG USU dan salah satu faktor pencetus paling sering adalah stres, perlu dilakukan
(47)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
penelitian lanjutan tentang faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya stres sehingga timbulnya SAR.
(48)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harahap, A.O. Kesembuhan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor Dengan
Pemberian Daun Pegagan (Centella asiatica). Jakarta: Jurnal Ilmiah dan
Teknologi Kedokteran GigiFKG UPDM, November 2006; 92-95.
2. Hartono, R. Seluk Beluk Sariawan dalam Mulut (Seri Stomatitis I). Jakarta: Dental Horison, Vol. I. No. 3 April 1999.
3. Mcnally, I.M. Recurrent Aphthous Stomatitis and Perceived Stress: A Preliminary
Study. (http://aphthous.stressstudy.tripod.com)
4. Melamed, F. Aphthous Stomatitis. California: UCLA, 2001.
(http://www.med.ucla.edu/modules/wfsection/article.php?articleid=207)
5. Jurge, S. et al. Mucosal Disease Series; Number VI Recurrent Aphthous Stomatitis. (www.biomedexperts.com/Abstract.bme/16390463/Mucosal_disease_series_Numb
er_VI_Recurrent_aphthous_stomatitis -)
6. Zein, R.B. Classification, Epidemiology, and Aetiolgy of Oral Recurrent Aphthous
Ulceration/Stomatitis. Annal Den. Univ. Malaya 1999; 6: 35-38
(myais.fsktm.um.edu.my/2076/)
7. Anonym. Cancer Sores (Recurrent Aphthous Stomatitis) Cause and Control.
(http://www.contuiningeducation.com/pharmacy/canker/canker2.html)
8. Burket, L. Oral Medicine, Diagnosis and Treatment. 9th ed. Philadelphia: J.B. Lippincott Company, 1994; 27-29.
(49)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
9. Fernandes, R. et al. The Best Treatment For Aphthous Ulcers, An Evidence-Based
Study of The Literature.
(www.utoronto.ca/dentistry/newsresources/evidence_based/aphtousulcer.pdf) 10. Zunt, L. Susan. Recurrent Aphthous Ulcers: Prevention And Treatment.
11. Marwati E & Chahya R. Penatalaksanaan Penderita Stomatitis Aftosa Rekuren.
Jakarta: Majalah Kedokteran Gigi, Maret 2004; 28-34.
12. Kilic, S.S. Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS) In Children. Jaypee Brothes
Publishers, New Delhi, 2004.
13. Scully, Crispian. Oral And Maxillofacial Medicine. London: Elsevier Science Ltd, 2004; 194-203
14. Anonym. Stomatitis Aphtous Recurrent/SAR (Sariawan).
15. Mirowski, G. Aphthous Stomatitis. New Jersey: Oktober 2003.
(http://emedicine.medscape.com/article/867080-overview)
16. Adhwa. Faktor Predisposisi Recurrent Aphthous Stomatitis (Sariawan).
(http://adhwanotebook.blogspot.com/2009/01/faktor-predisposisi-recurrent-aphthous.html)
(50)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
17. Scully, C. et al. Diagnosis and Management of Recurrent Aphthous Stomatitis, A
Consensus Approach. JADA, Vol. 134, Februari 2003.
(http://jada.ada.org/cgi/content/full/134/2/200)
18. Lewis, M.A.O. Lamey P.J. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut (Clinical Oral
Medicine). Cetakan I. Alih bahasa Elly Wiriawan. Jakarta: Widya Medika, 1998:
48-49.
19. Gayford, J.J. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Edisi Ke 2. Alih bahasa Lilian Yuwono. Jakarta: EGC. 1990; 1-11.
20. Houston, Glen, Traumatic Ulcers.
(emedicine.medscape.com/article/1079501-overview)
21. Pratiknyo M. & Hendarmin S. Aspek Klinik dan Penanggulangan Penyakit Alergi
(Clinical Aspect and Treatment of Allergy). Jakarta: Jurnal PDGI, Agustus 2007;
Vol. 57 No. 3; 77-81.
22. Earl, B.J. et al. Aphtous Ulcers.
(www.angelfire.com/punk5/mouthulcers/aphthous_ulcers.htm)
23. Lubis, Syuaibah. Stomatitis Aftosa Rekuren Dan Liken Planus Mulut: Kasus yang
Berhubungan Dengan Stres. Medan: Dentika Dental Journal, Desember 2005; Vol
10, No. 2: 102-107
24. Anonym. Oral Health Surveys, Basic Methods, 4th Edition. England: WHO
Library Cataloguing in Publication Data, 1997.
(51)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
26. Ixzarina, Harika. Hubungan Tingkat Stres Dan Tipe Kepribadian Di Kalangan
Mahasiswa Kesehatan Universitas Sumatera Utara Dengan Terjadinya Stoamtitis
Aftosa Rekuren (SAR). Medan, FKG USU; 2008
27. Qalbinur. Periodisasi Perkembangan Masa Dewasa Awal.
(http://qalbinur.wordpress.com/2008/03/27/periodisasi-perkembangan-masa-dewasa-awal/)
(52)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUESIONER
PREVALENSI TERJADINYA STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NO. KARTU
TANGGAL
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Fakultas
01 FK 05 F. Farmasi 09 FE
02 FKG 06 FMIPA 10 FH
03 FKM 07 FT 11 F. Sastra
04 F. Psikologi 08 FP 12 FISIP
5. Apakah Saudara pernah menderita sakit di mulut?
Stomatitis Aftosa Rekuren
Ya Tidak
6. Jika jawaban pertanyaan no. 5 ya,
Apakah Saudara pernah menderita sariawan? Ya
(53)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
7. Jika jawaban pertanyaan no. 6 ya,
Berapa kali Saudara pernah menderita sariawan? 01 2-4 kali
02 Lebih dari 5 kali 03 Sering/Tidak terhitung
8. Jika sering menderita sariawan, kekerapan terjadinya bagaimana? 01 Kurang dari 1 bulan sekali
02 Sebulan sekali 03 Dua bulan sekali
04 Lebih dari 3 bulan sekali 05 Tidak teratur
9. Bila terjadi sariawan, faktor pencetusnya (pemicu) apa? (jawaban bisa lebih dari satu)
01 Trauma
02 Menstruasi (hormonal) 03.Stres
04 Penyakit 05 Alergi 06 Lain-lain
(Pertanyaan no. 11-14 berdasarkan pertanyaan no. 9) 10. Jika menjawab 01, trauma apa penyebabnya?
01 Tergigit 02 Sikat gigi
03 Pesawat ortodonti / kawat gigi 04 Tambalan gigi / gigi palsu 05 Lain-lain
11. Jika menjawab 02, kapan terjadinya? 01 pra-menstruasi
02 pasca-menstruasi
12. Jika menjawab 03, stres karena apa? 01.Masalah keluarga
02 Masalah dengan teman 03 Masalah dalam pendidikan 04 Saat ujian
(54)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
13. Jika menjawab 05, alergi terhadap apa? 01 Makanan
02 Obat-obatan 03 Bahan tambalan 04 Pasta gigi 05 Lain-lain
14. Apakah orangtua atau anggota keluarga Saudara pernah menderita sariawan? Ya
Tidak
15. Dimana saja lokasi sariawan yang pernah anda derita? 01 Lidah
02 Mukosa bibir 03 Mukosa pipi 04 Dasar mulut 05 Lain-lain
16. Apakah saudara merokok? Ya
Tidak Pernah
17. Jika ya, sudah berapa lama merokok? 01 Kurang dari 1 tahun
02 Antara 1-3 tahun 03 Lebih dari 5 tahun
18. Jika pernah, sudah berapa lama berhenti merokok? 01 Kurang dari 1 tahun
02 Lebih dari 1 tahun 03 Lebih dari 3 tahun 04 Lebih dari 5 tahun
(55)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
19. Jika saudara menderita sariawan, kemana Saudara berobat? 01 Dibiarkan tanpa obat
02 Mengobati sendiri 03 Ke dokter umum 04 Ke dokter gigi 05 Lain-lain
(Pertanyaan no. 20-21 berdasarkan pertanyaan no. 19) 20. Jika menjawab 01, berapa lama sembuhnya?
01 Kurang dari seminggu 02 Antara 1-2 minggu 03 Lebih dari 2 minggu
21. Jika menjawab 02, dengan apa Saudara mengobatinya? 01 Larutan Penyegar
02 Obat oles 03 Obat kumur 04 Vitamin 05 Lain-lain
(1)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
17. Scully, C. et al. Diagnosis and Management of Recurrent Aphthous Stomatitis, A Consensus Approach. JADA, Vol. 134, Februari 2003. (http://jada.ada.org/cgi/content/full/134/2/200)
18. Lewis, M.A.O. Lamey P.J. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Cetakan I. Alih bahasa Elly Wiriawan. Jakarta: Widya Medika, 1998: 48-49.
19. Gayford, J.J. Penyakit Mulut (Clinical Oral Medicine). Edisi Ke 2. Alih bahasa Lilian Yuwono. Jakarta: EGC. 1990; 1-11.
20. Houston, Glen, Traumatic Ulcers. (emedicine.medscape.com/article/1079501-overview)
21. Pratiknyo M. & Hendarmin S. Aspek Klinik dan Penanggulangan Penyakit Alergi (Clinical Aspect and Treatment of Allergy). Jakarta: Jurnal PDGI, Agustus 2007; Vol. 57 No. 3; 77-81.
22. Earl, B.J. et al. Aphtous Ulcers.
(www.angelfire.com/punk5/mouthulcers/aphthous_ulcers.htm)
23. Lubis, Syuaibah. Stomatitis Aftosa Rekuren Dan Liken Planus Mulut: Kasus yang Berhubungan Dengan Stres. Medan: Dentika Dental Journal, Desember 2005; Vol 10, No. 2: 102-107
24. Anonym. Oral Health Surveys, Basic Methods, 4th Edition. England: WHO Library Cataloguing in Publication Data, 1997.
(2)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
26. Ixzarina, Harika. Hubungan Tingkat Stres Dan Tipe Kepribadian Di Kalangan Mahasiswa Kesehatan Universitas Sumatera Utara Dengan Terjadinya Stoamtitis Aftosa Rekuren (SAR). Medan, FKG USU; 2008
27. Qalbinur. Periodisasi Perkembangan Masa Dewasa Awal.
(3)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUESIONER
PREVALENSI TERJADINYA STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR) PADA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
NO. KARTU
TANGGAL
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : 4. Fakultas
01 FK 05 F. Farmasi 09 FE
02 FKG 06 FMIPA 10 FH
03 FKM 07 FT 11 F. Sastra
04 F. Psikologi 08 FP 12 FISIP
5. Apakah Saudara pernah menderita sakit di mulut?
Stomatitis Aftosa Rekuren
Ya Tidak
6. Jika jawaban pertanyaan no. 5 ya,
Apakah Saudara pernah menderita sariawan? Ya
(4)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
7. Jika jawaban pertanyaan no. 6 ya,
Berapa kali Saudara pernah menderita sariawan? 01 2-4 kali
02 Lebih dari 5 kali 03 Sering/Tidak terhitung
8. Jika sering menderita sariawan, kekerapan terjadinya bagaimana? 01 Kurang dari 1 bulan sekali
02 Sebulan sekali 03 Dua bulan sekali
04 Lebih dari 3 bulan sekali 05 Tidak teratur
9. Bila terjadi sariawan, faktor pencetusnya (pemicu) apa? (jawaban bisa lebih dari satu)
01 Trauma
02 Menstruasi (hormonal) 03.Stres
04 Penyakit 05 Alergi 06 Lain-lain
(Pertanyaan no. 11-14 berdasarkan pertanyaan no. 9) 10. Jika menjawab 01, trauma apa penyebabnya?
01 Tergigit 02 Sikat gigi
03 Pesawat ortodonti / kawat gigi 04 Tambalan gigi / gigi palsu 05 Lain-lain
11. Jika menjawab 02, kapan terjadinya? 01 pra-menstruasi
02 pasca-menstruasi
12. Jika menjawab 03, stres karena apa? 01.Masalah keluarga
02 Masalah dengan teman 03 Masalah dalam pendidikan 04 Saat ujian
(5)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
13. Jika menjawab 05, alergi terhadap apa? 01 Makanan
02 Obat-obatan 03 Bahan tambalan 04 Pasta gigi 05 Lain-lain
14. Apakah orangtua atau anggota keluarga Saudara pernah menderita sariawan? Ya
Tidak
15. Dimana saja lokasi sariawan yang pernah anda derita? 01 Lidah
02 Mukosa bibir 03 Mukosa pipi 04 Dasar mulut 05 Lain-lain
16. Apakah saudara merokok? Ya
Tidak Pernah
17. Jika ya, sudah berapa lama merokok? 01 Kurang dari 1 tahun
02 Antara 1-3 tahun 03 Lebih dari 5 tahun
18. Jika pernah, sudah berapa lama berhenti merokok? 01 Kurang dari 1 tahun
02 Lebih dari 1 tahun 03 Lebih dari 3 tahun 04 Lebih dari 5 tahun
(6)
Tahan Habarak Parwira Banuarea : Prevalensi Terjadinya Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Yang Berpengalaman SAR, 2009.
19. Jika saudara menderita sariawan, kemana Saudara berobat? 01 Dibiarkan tanpa obat
02 Mengobati sendiri 03 Ke dokter umum 04 Ke dokter gigi 05 Lain-lain
(Pertanyaan no. 20-21 berdasarkan pertanyaan no. 19) 20. Jika menjawab 01, berapa lama sembuhnya?
01 Kurang dari seminggu 02 Antara 1-2 minggu 03 Lebih dari 2 minggu
21. Jika menjawab 02, dengan apa Saudara mengobatinya? 01 Larutan Penyegar
02 Obat oles 03 Obat kumur 04 Vitamin 05 Lain-lain