Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
xxi masyarakat secara lokal. Untuk itu, pentingnya peningkatan masyarakat melalui
peningkatan ekonomi lokal dengan mengembangkan kelembagaan masyarakat yang bersifat produktif dengan memberikan berbagai fasilitas yang menunjang keberadaan
tersebut. Pada masa krisis moneter, industri kecil merupakan usaha yang tidak terkena imbas krisis karena serapan konsumsi adalah pada tingkat lokal dan sebagian besar
bahan baku menggunakan bahan lokal. Selain itu, menurut Tarigan 2004 karakteristik industri kecil ini adalah industri padat karya dimana banyak
menggunakan tenaga kerja dibandingkan dengan modal. Sehingga secara ekonomi terjadi pemerataan pekerjaan dan pendapatan. Tarigan 2004 mengungkapkan bahwa
dalam pengembangan ekonomi lokal terdapat berbagai kendala antara lain permodalan, ketrampilan dan pemasaran. Banyak dari pengusaha kecil dan menengah
tidak dapat bersaing akibat persoalan diatas. Permodalan yang rendah mempengaruhi peningkatan jumlah produksi yang akan terkait dengan jumlah tenaga kerja dan
pendapatannya. Ketrampilan merupakan bagian dari kinerja produksi yang mampu mempunyai daya saing pasar yang tinggi sehingga mampu untuk meningkatkan
jumlah produksi. Hal ini yang masih perlu dikembangkan didalam masyarakat. Saat ini sering terjadi stagnasi keterampilan produksi yang berakibat kualitas produksi
yang tidak meningkat. Permasalahan lain adalah dari sisi pemasaran yang lemah sehingga produk tidak dapat diketahui oleh masyarakat secara luas. Sampai saat ini
meskipun masih banyak kendala dalam pengembangan industri kecil, Usaha ini mempunyai prospek yang baik dalam membantu peningkatan sumber dan pemerataan
pendapatan bagi masyarakat sehingga layak untuk dikembangkan. Sumber daya manusia merupakan sarana utama dari pelaksana semua kegiatan
untuk mencapai tujuannya. Secara teoritis tenaga kerja merupakan energi-energi manusia yang dikerahkan dengan tujuan tertentu yang diketahui dengan sadar. Peran
sumber daya manusia sangat diperhatikan karena kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang menentukan apakah sumber daya dapat berfungsi dengan
maksimal atau tidak. Kualitas sumber daya manusia ini menyangkut dua aspek, yang
pertama aspek fisik kualitas fisik dan yang kedua aspek non fisik kualitas non fisik menyangkut kemampuan bekerja, berfikir dan keterampilan-keterampilan lain.
Keadaan atau kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah
penduduk yang besar, jika diikuti dengan dengan kualitas penduduk yang memadai, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk
yang besar jika diikuti dengan kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan nasional. Peningkatan jumlah penduduk akan
mengakibatkan jumlah angkatan kerja juga meningkat, yang tentunya akan membuat semakin menyempitnya lapangan pekerjaan yang bisa menampung mereka bekerja,
maka dari itu diperlukan suatu sektor ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja dengan banyak menyerap tenaga kerja.
Penduduk sebagai subjek pembangunan memiliki arti bahwa penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan.
Sebaliknya pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Oleh karena itu, pembangunan suatu negara harus dikembangkan dan
dilaksanakan dengan memperhitungkan kemampuan penduduknya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh penduduk dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan di negara tersebut. Sehingga keberhasilan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan dapat diukur dari kemampuan negara tersebut dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Pembangunan merupakan sebuah proses perubahan yang terencana dan
mengandung pemahaman mengenai kebutuhan waktu yang cukup panjang untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari pembangunan
nasional yaitu untuk keseimbangan, keserasian dan keselarasan seluruh aspek-aspek pembangunan sehingga secara berkelanjutan mampu mewujudkan kesejahteraan yang
menyeluruh bagi masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan diharapkan di berbagai bidang dan sektor
pembangunan berbeda-beda, untuk itu diperlukan program-program pembangunan
xxiii yang bertahap serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Sehingga,
program pembangunan secara bertahap ini disusun dalam program berjangka yaitu, bentuk program jangka pendek dan bentuk program jangka panjang Disnaketrans,
2010. Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi
semata. Pembangunan tidak sekedar ditujukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai, namun lebih dari itu pembangunan memiliki prespektif yang lebih luas.
Dalam proses pembangunan, selain mempertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga mempertimbangkan dampak ekonomi terhadap kehidupan sosial
masyarakat. Sehingga dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik Kuncoro, 2000:37.
Pada umumnya, pembangunan ekonomi memiliki tiga tujuan yang utama yaitu peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi barang kebutuhan hidup,
perbaikan taraf hidup pendapatan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatanan nilai-nilai struktural dan kemanusiaan dan perluasan
pilihan ekonomi dan sosial Todaro, 2006:15 Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat berkaitan dengan
pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia menjadi faktor penentu dalam perkembangan pembangunan nasional. Manusia sebagai subjek dan
sasaran dalam pembangunan. Sehingga sebagai pelaku dalam pembangunan, masyarakat merupakan faktor produksi dalam menciptakan barang dan jasa untuk
masyarakat Todaro, 2006:19 dan Tjiptoherijanto, 1996:33. Pembangunan ekonomi selama ini menunjukkan bahwa pada beberapa sektor
terdapat pertumbuhan yang berbeda. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut seringkali menyebabkan adanya perbedaan laju produktivitas kerja di masing-masing sektor dan
secara berkala terjadi perubahan sektoral baik di dalam penyerapan tenaga kerja maupun di dalam kontribusinya terhadap penerimaan negara. Di bidang
perekonomian, pertumbuhan selalu muncul sebagai dampak dari berkembangnya sebagian kecil aktivitas yang dapat dikategorikan dalam sektor primer, sekunder dan
tersier Tambunan, 2001:38. Pada awalnya struktur ekonomi Indonesia sebagian didukung oleh sektor pertanian primer. Tetapi berdasarkan perkembangan jaman
dan teknologi, peranan sektor pertanian cenderung berkurang karena digantikan dengan sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Sektor industri pengolahan ialah
salah satu sektor ekonomi yang menjadi sumber pemasukan negara disamping sektor lainnya dan memegang peranan yang tepat dalam mengatur usaha ke arah terciptanya
dasar yang kokoh bagi pembangunan jangka panjang Djojohadikusumo, 1994:92. Berdasarkan besarnya dampak dari perubahan peran sektor ekonomi dalam hal
ini dari sektor pertanian ke sektor industri pengolahan dan sektor jasa terhadap peluang kerja dapat dilihat dari rasio antara laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto
PDB. Namun, permasalahan utama dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang dilandasi kekhasan daerah yang
bersangkutan endogeneous development dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, serta sumber daya fisik secara lokal daerah. Pandangan ini
mengartikan kepada pengambilan-pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah tersebut akan proses pembangunan guna menciptakan peluang kerja baru dan
merangsang pertumbuhan aktifitas ekonomi Arsyad, 1999:108-109. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditujukan guna untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan manusia sebagai pelaku utama dalam sasaran pembangunan nasional. Di bidang ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan
lapangan pekerjaan terus diupayakan terutama dalam peningkatan dan pemerataan pembangunan industri yang diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sehingga
mampu mengurangi pengangguran dan mampu meingkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Djojohadikusumo, 1994:3 dan Dumairy, 1996:86.
Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia menjadi masalah yang paling utama. Hal ini dikarenakan permasalahan kompleks dimana saling mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan. Faktor demografi juga mempengaruhi jumlah dan komposisi angkatan kerja. Keberhasilan bangsa Indonesia
dalam menurunkan angka kelahiran dan kematian justru berdampak pada
xxv pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih cepat. Oleh karena itu, kebijakan dan
program kependudukan tidak hanya dalam upaya mengetahui pola demografi penduduk semata tetapi juga dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dari
berbagai generasi, baik generasi sekarang maupun generasi mendatang Tjiptoherijanto, 1996.
Adanya peningkatan produktivitas di berbagai sektor dan terciptanya kesempatan kerja sehingga mampu meningkatan pendapatan, mengurangi jumlah
pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Hal tersebut mencerminkan bahwa perluasaan kesempatan kerja yang diakibatkan adanya
peningkatan tenaga kerja menjadi isu penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia tidak terkecuali di Jawa Timur mengingat provinsi Jawa Timur menduduki
peringkat pertama dengan jumlah angkatan kerja terbanyak dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Hal ini bergantung pada ketersediaan kesempatan kerja yang
diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi serta penanaman modal dari berbagai pihak Sudarsono, 1998. Perluasan kesempatan kerja merupakan perwujudan sebagai
akibat peningkatan jumlah penduduk yang berimbas pada peningkatan jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun.
Penyerapan tenaga kerja yang begitu besar memerlukan investasi yang besar pula untuk dapat diarahkan pada kegiatan dan pembangunan yang mampu menyerap
tenaga kerja yang banyak. Diperlukan berbagai kebijakan alternatif yang harus ditempuh pemerintah dalam menghadapi pertambahan jumlah angkatan kerja yang
banyak. Dengan memilih sektor industri sebagai sektor penting dalam perekonomian di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Timur, pemerintah memerlukan investasi
dalam kapasitas yang memadai agar pembangunan di sektor industri mampu berkembang dengan baik Sudarsono, 1998:42.
Kurangnya ketersediaan lapangan kerja mengakibatkan berkurangnya daya tampung bagi banyaknya jumlah pencari kerja. Jumlah pengangguran yang
meningkat setiap tahunnya disebabkan adanya peningkatan jumlah penduduk dan
angkatan kerja yang tidak didukung oleh kemampuan ekonomi untuk menyerapnya Sukirno, 1999:36.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi secara absolut menyebabkan jumlah penduduk yang meningkat dan berakibat jumlah tenaga kerja yang bertambah pula.
Pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih cepat dalam pasar tenaga kerja harus diimbangi dengan perluasan penyerapan tenaga kerja. Adanya ketidakseimbangan
antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan tenaga kerja akan mengakibatkan tingginya pengangguran. Tingginya angka pengganguran dan kurangnya ketersediaan
lapangan kerja yang mengakibatkan berkurangnya daya tampung bagi banyaknya jumlah pencari kerja serta pemborosan dalam sumber daya dan potensi yang ada,
meningkatnya beban masyarakat sebagai sumber utama kemiskinan dan mendorong keresahan masyarakat yang berpengaruh dalam jangka panjang akan mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan ekonomi Disnakertrans, 2004 dan Djojohadikusumo, 1994:3. Menurut Kusumosuwidho 1981:25, dalam keadaan ini diperlukan upaya
untuk memperkecil tingkat pengganguran terbuka melalui kegiatan ekonomi yang harus tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan jumlah
pertambahan angkatan kerja. Rendahnya tingkat upah yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu masalah
yang penting dalam ketenagakerjaan di Indonesia. Tingkat upah dapat menentukan tinggi rendahnya tenega kerja yang terserap pada sektor-sektor ekonomi, khususnya
sektor industri pengolahan. Tingkat upah dari setiap tenaga kerja selalu berbeda, suatu kunci terhadap perbedaan tingkat upah terletak pada kualitas yang berbeda
diantara tenaga kerja. Tingkat upah terendah yang diberikan oleh perusahaan adalah tingkat upah minimum. Tingkat upah minimum merupakan tingkat upah bagi tenaga
kerja yang ditentukan oleh pihak perusahaan pengusaha. Kebijakan industri pengolahan ialah suatu usaha yang dilakukan pemerintah
untuk mengalokasikan sumber-sumber daya ke sektor-sektor tertentu yang dinilai penting oleh pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang
Krugman, 1992:30. Sektor industri pengolahan dipandang sebagai sektor utama dari
xxvii sektor-sektor lain dalam suatu perekonomian ke arah kemajuan. Produk-produk
industri pengolahan mempunyai landasan tukar terms of trade yang lebih maju atau lebih menguntungkan serta menimbulkan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan
dengan produk-produk sektor lainnya. Hal ini disebabkan oleh sektor industri pengolahan yang mempunyai macam produk yang sangat beraneka ragam dan
mampu memberikan manfaat yang lebih besar kepada konsumen Dumairy, 1996:28. Masalah ketenagakerjaan menjadi prioritas utama pemerintah yang tercermin
dalam ketenagakerjaan sebagai sasaran pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM 2004-2009. Sasaran pemerintah di bidang ketenagakerjaan
adalah menurunkan tingkat pengangguran terbuka dan permalasahan ketenagakerjaan lainnya seperti terbatasnya kesempatan kerja untuk meperoleh pekerjaan yang layak.
Secara umum, tingkat pengangguran terbuka selama periode waktu tahun 2008-2010 cenderung mengalami penurunan dari 9,39 persen di tahun 2008 menjadi 8,96 pada
tahun 2009 dan 8,32 persen pada tahun 2010. Pada periode Februari 2013, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia terus menurun mencapai 5,92 persen
Disnaketrans, 2012. Tabel 1.1 Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia menurut pendidikan tertinggi
yang ditamatkan tahun 2008 –2010 persen
Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan 2008
2009 2010
Februari Agustus
Februari Agustus
Februari SD ke bawah
4,70 4,57
4,51 3,78
3,71 Sekolah
Menengah Pertama
10,05 9,39
9,38 8,37
7,55
Sekolah Menengah
Atas 13,69
14,31 12,36
14,50 11,90
Sekolah Menengah
Kejuruan 14,80
17,26 15,69
14,59 13,81
Diploma 16,35
11,21 15,38
13,66 15,71
IIIIII Universitas
14,25 12,59
12,94 13,08
14,24 8,46
8,39 8,14
7,87 7,41
Sumber : Data Diolah, BPS Berdasarkan Tabel 1.1, pada agustus 2009 jumlah TPT untuk semua tingkat
pendidikan mengalami penurunan kecuali untuk tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana yang mengalami kenaikan sebesar 2,05 persen dan 1,16 persen. Kenaikan
TPT ini diduga karena lapangan kerja yang tersedia saat ini belum mensyaratkan pendidikan tinggi. Pada tahun 2010 ini, TPT untuk pendidikan Diploma menduduki
angka 15,71 persen. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika, hasil sensus
penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Karisidenan Besuki menunjukkan angka 5.285.525 jiwa.
Tabel 1.2 Distribusi penduduk menurut KotaKab di Karisidenan Besuki 2010 KotaKabupate
n Jumlah
jiwa Pertumbuhan
Bekerja jiwa
Pengangguran Terbuka
jiwa TPT
Jember 2.346.498
0,70 1.130.595
31.472 2,71
Banyuwangi 1.554.997
0,43 793.846
32.415 3,92
Bondowoso 736.530
0,67 398.753
6.450 1,59
Situbondo 647.500
0,70 349.306
11.289 3,13
Jumlah 5.285.525
0,75 2.672.500
81.626 4,25
Sumber : BPS Jawa Timur Berdasarkan Tabel 1.2, laju pertumbuhan penduduk di Karisidenan Besuki
pada tahun 2000-2010 sebesar 0,75 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan penduduk di seluruh kabupatenkota mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan
penduduk tertinggi diduduki oleh Kabupaten Jember dan Situbondo sebesar 0,70
xxix persen sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah diduduki oleh Kabupaten
Banyuwangi sebesar 0,43 persen. Dari data tersebut, diketahui jumlah penduduk yang bekerja di Karisidenan Besuki pada tahun 2010 mencapai angka 2.672.500 jiwa
dengan tingkat pengangguran terbuka TPT sebesar 81.626 jiwa atau sebesar 4,25 persen.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditujukan guna untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan manusia sebagai pelaku utama dalam
sasaran pembangunan nasional. Di bidang ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan lapangan pekerjaan terus diupayakan terutama dalam peningkatan dan pemerataan
pembangunan industri yang diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sehingga mampu mengurangi pengangguran dan mampu meingkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat Djojohadikusumo, 1994:3 dan Dumairy, 1996:86. Perluasan kegiatan industri dengan tujuan untuk meningkatkan penyerapan
tenaga kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di suatu daerah sangat diperlukan agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Adapun beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi usaha perluasan industri antara lain jumlah unit usaha, nilai invstasi dan nilai produksi. Investasi yang memadai memberikan dampak yang
positif bagi penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil. Hal ini disebabkan karena dengan adanya investasi yang memadai maka kebutuhan akan barang-barang
modal dalam proses produksi akan terpenuhi. Sehingga akan berpengaruh pada peningkatan jumlah produksi yang mampu di hasilkan oleh sebuah perusahaan.
Peningkatan ini akan berpengaruh kepada peningkatan terhadap kebutuhan jumlah tenaga kerja. Jadi dengan peningkatan investasi maka penyerapan tenaga kerja juga
akan bertambah Sudarsono, 1998. Jumlah unit usaha juga mempunyai pengaruh yang positif terhadap
penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil. Hal ini disebabkan karena dengan adanya peningkatan jumlah industri kecil maka jumlah output yang mampu
dihasilkan oleh masing-masing unit usaha pun akan mengalami peningkatan sehingga akan banyak dibutuhkan tenaga kerja. Dharmayanti,2011:9.