Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

xxi masyarakat secara lokal. Untuk itu, pentingnya peningkatan masyarakat melalui peningkatan ekonomi lokal dengan mengembangkan kelembagaan masyarakat yang bersifat produktif dengan memberikan berbagai fasilitas yang menunjang keberadaan tersebut. Pada masa krisis moneter, industri kecil merupakan usaha yang tidak terkena imbas krisis karena serapan konsumsi adalah pada tingkat lokal dan sebagian besar bahan baku menggunakan bahan lokal. Selain itu, menurut Tarigan 2004 karakteristik industri kecil ini adalah industri padat karya dimana banyak menggunakan tenaga kerja dibandingkan dengan modal. Sehingga secara ekonomi terjadi pemerataan pekerjaan dan pendapatan. Tarigan 2004 mengungkapkan bahwa dalam pengembangan ekonomi lokal terdapat berbagai kendala antara lain permodalan, ketrampilan dan pemasaran. Banyak dari pengusaha kecil dan menengah tidak dapat bersaing akibat persoalan diatas. Permodalan yang rendah mempengaruhi peningkatan jumlah produksi yang akan terkait dengan jumlah tenaga kerja dan pendapatannya. Ketrampilan merupakan bagian dari kinerja produksi yang mampu mempunyai daya saing pasar yang tinggi sehingga mampu untuk meningkatkan jumlah produksi. Hal ini yang masih perlu dikembangkan didalam masyarakat. Saat ini sering terjadi stagnasi keterampilan produksi yang berakibat kualitas produksi yang tidak meningkat. Permasalahan lain adalah dari sisi pemasaran yang lemah sehingga produk tidak dapat diketahui oleh masyarakat secara luas. Sampai saat ini meskipun masih banyak kendala dalam pengembangan industri kecil, Usaha ini mempunyai prospek yang baik dalam membantu peningkatan sumber dan pemerataan pendapatan bagi masyarakat sehingga layak untuk dikembangkan. Sumber daya manusia merupakan sarana utama dari pelaksana semua kegiatan untuk mencapai tujuannya. Secara teoritis tenaga kerja merupakan energi-energi manusia yang dikerahkan dengan tujuan tertentu yang diketahui dengan sadar. Peran sumber daya manusia sangat diperhatikan karena kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang menentukan apakah sumber daya dapat berfungsi dengan maksimal atau tidak. Kualitas sumber daya manusia ini menyangkut dua aspek, yang pertama aspek fisik kualitas fisik dan yang kedua aspek non fisik kualitas non fisik menyangkut kemampuan bekerja, berfikir dan keterampilan-keterampilan lain. Keadaan atau kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan dengan kualitas penduduk yang memadai, akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan nasional. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan jumlah angkatan kerja juga meningkat, yang tentunya akan membuat semakin menyempitnya lapangan pekerjaan yang bisa menampung mereka bekerja, maka dari itu diperlukan suatu sektor ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja dengan banyak menyerap tenaga kerja. Penduduk sebagai subjek pembangunan memiliki arti bahwa penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Oleh karena itu, pembangunan suatu negara harus dikembangkan dan dilaksanakan dengan memperhitungkan kemampuan penduduknya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh penduduk dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan di negara tersebut. Sehingga keberhasilan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan dapat diukur dari kemampuan negara tersebut dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Pembangunan merupakan sebuah proses perubahan yang terencana dan mengandung pemahaman mengenai kebutuhan waktu yang cukup panjang untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari pembangunan nasional yaitu untuk keseimbangan, keserasian dan keselarasan seluruh aspek-aspek pembangunan sehingga secara berkelanjutan mampu mewujudkan kesejahteraan yang menyeluruh bagi masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Upaya untuk mencapai tujuan yang diharapkan diharapkan di berbagai bidang dan sektor pembangunan berbeda-beda, untuk itu diperlukan program-program pembangunan xxiii yang bertahap serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Sehingga, program pembangunan secara bertahap ini disusun dalam program berjangka yaitu, bentuk program jangka pendek dan bentuk program jangka panjang Disnaketrans, 2010. Proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak sekedar ditujukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai, namun lebih dari itu pembangunan memiliki prespektif yang lebih luas. Dalam proses pembangunan, selain mempertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga mempertimbangkan dampak ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Sehingga dalam proses pembangunan dilakukan upaya yang bertujuan untuk mengubah struktur perekonomian kearah yang lebih baik Kuncoro, 2000:37. Pada umumnya, pembangunan ekonomi memiliki tiga tujuan yang utama yaitu peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi barang kebutuhan hidup, perbaikan taraf hidup pendapatan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatanan nilai-nilai struktural dan kemanusiaan dan perluasan pilihan ekonomi dan sosial Todaro, 2006:15 Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat berkaitan dengan pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia menjadi faktor penentu dalam perkembangan pembangunan nasional. Manusia sebagai subjek dan sasaran dalam pembangunan. Sehingga sebagai pelaku dalam pembangunan, masyarakat merupakan faktor produksi dalam menciptakan barang dan jasa untuk masyarakat Todaro, 2006:19 dan Tjiptoherijanto, 1996:33. Pembangunan ekonomi selama ini menunjukkan bahwa pada beberapa sektor terdapat pertumbuhan yang berbeda. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut seringkali menyebabkan adanya perbedaan laju produktivitas kerja di masing-masing sektor dan secara berkala terjadi perubahan sektoral baik di dalam penyerapan tenaga kerja maupun di dalam kontribusinya terhadap penerimaan negara. Di bidang perekonomian, pertumbuhan selalu muncul sebagai dampak dari berkembangnya sebagian kecil aktivitas yang dapat dikategorikan dalam sektor primer, sekunder dan tersier Tambunan, 2001:38. Pada awalnya struktur ekonomi Indonesia sebagian didukung oleh sektor pertanian primer. Tetapi berdasarkan perkembangan jaman dan teknologi, peranan sektor pertanian cenderung berkurang karena digantikan dengan sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Sektor industri pengolahan ialah salah satu sektor ekonomi yang menjadi sumber pemasukan negara disamping sektor lainnya dan memegang peranan yang tepat dalam mengatur usaha ke arah terciptanya dasar yang kokoh bagi pembangunan jangka panjang Djojohadikusumo, 1994:92. Berdasarkan besarnya dampak dari perubahan peran sektor ekonomi dalam hal ini dari sektor pertanian ke sektor industri pengolahan dan sektor jasa terhadap peluang kerja dapat dilihat dari rasio antara laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB. Namun, permasalahan utama dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang dilandasi kekhasan daerah yang bersangkutan endogeneous development dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, serta sumber daya fisik secara lokal daerah. Pandangan ini mengartikan kepada pengambilan-pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah tersebut akan proses pembangunan guna menciptakan peluang kerja baru dan merangsang pertumbuhan aktifitas ekonomi Arsyad, 1999:108-109. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditujukan guna untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan manusia sebagai pelaku utama dalam sasaran pembangunan nasional. Di bidang ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan lapangan pekerjaan terus diupayakan terutama dalam peningkatan dan pemerataan pembangunan industri yang diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sehingga mampu mengurangi pengangguran dan mampu meingkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Djojohadikusumo, 1994:3 dan Dumairy, 1996:86. Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia menjadi masalah yang paling utama. Hal ini dikarenakan permasalahan kompleks dimana saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berkaitan. Faktor demografi juga mempengaruhi jumlah dan komposisi angkatan kerja. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam menurunkan angka kelahiran dan kematian justru berdampak pada xxv pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih cepat. Oleh karena itu, kebijakan dan program kependudukan tidak hanya dalam upaya mengetahui pola demografi penduduk semata tetapi juga dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dari berbagai generasi, baik generasi sekarang maupun generasi mendatang Tjiptoherijanto, 1996. Adanya peningkatan produktivitas di berbagai sektor dan terciptanya kesempatan kerja sehingga mampu meningkatan pendapatan, mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Hal tersebut mencerminkan bahwa perluasaan kesempatan kerja yang diakibatkan adanya peningkatan tenaga kerja menjadi isu penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia tidak terkecuali di Jawa Timur mengingat provinsi Jawa Timur menduduki peringkat pertama dengan jumlah angkatan kerja terbanyak dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Hal ini bergantung pada ketersediaan kesempatan kerja yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi serta penanaman modal dari berbagai pihak Sudarsono, 1998. Perluasan kesempatan kerja merupakan perwujudan sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk yang berimbas pada peningkatan jumlah angkatan kerja dari tahun ke tahun. Penyerapan tenaga kerja yang begitu besar memerlukan investasi yang besar pula untuk dapat diarahkan pada kegiatan dan pembangunan yang mampu menyerap tenaga kerja yang banyak. Diperlukan berbagai kebijakan alternatif yang harus ditempuh pemerintah dalam menghadapi pertambahan jumlah angkatan kerja yang banyak. Dengan memilih sektor industri sebagai sektor penting dalam perekonomian di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Timur, pemerintah memerlukan investasi dalam kapasitas yang memadai agar pembangunan di sektor industri mampu berkembang dengan baik Sudarsono, 1998:42. Kurangnya ketersediaan lapangan kerja mengakibatkan berkurangnya daya tampung bagi banyaknya jumlah pencari kerja. Jumlah pengangguran yang meningkat setiap tahunnya disebabkan adanya peningkatan jumlah penduduk dan angkatan kerja yang tidak didukung oleh kemampuan ekonomi untuk menyerapnya Sukirno, 1999:36. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi secara absolut menyebabkan jumlah penduduk yang meningkat dan berakibat jumlah tenaga kerja yang bertambah pula. Pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih cepat dalam pasar tenaga kerja harus diimbangi dengan perluasan penyerapan tenaga kerja. Adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan tenaga kerja akan mengakibatkan tingginya pengangguran. Tingginya angka pengganguran dan kurangnya ketersediaan lapangan kerja yang mengakibatkan berkurangnya daya tampung bagi banyaknya jumlah pencari kerja serta pemborosan dalam sumber daya dan potensi yang ada, meningkatnya beban masyarakat sebagai sumber utama kemiskinan dan mendorong keresahan masyarakat yang berpengaruh dalam jangka panjang akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi Disnakertrans, 2004 dan Djojohadikusumo, 1994:3. Menurut Kusumosuwidho 1981:25, dalam keadaan ini diperlukan upaya untuk memperkecil tingkat pengganguran terbuka melalui kegiatan ekonomi yang harus tumbuh dan berkembang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan jumlah pertambahan angkatan kerja. Rendahnya tingkat upah yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu masalah yang penting dalam ketenagakerjaan di Indonesia. Tingkat upah dapat menentukan tinggi rendahnya tenega kerja yang terserap pada sektor-sektor ekonomi, khususnya sektor industri pengolahan. Tingkat upah dari setiap tenaga kerja selalu berbeda, suatu kunci terhadap perbedaan tingkat upah terletak pada kualitas yang berbeda diantara tenaga kerja. Tingkat upah terendah yang diberikan oleh perusahaan adalah tingkat upah minimum. Tingkat upah minimum merupakan tingkat upah bagi tenaga kerja yang ditentukan oleh pihak perusahaan pengusaha. Kebijakan industri pengolahan ialah suatu usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengalokasikan sumber-sumber daya ke sektor-sektor tertentu yang dinilai penting oleh pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang Krugman, 1992:30. Sektor industri pengolahan dipandang sebagai sektor utama dari xxvii sektor-sektor lain dalam suatu perekonomian ke arah kemajuan. Produk-produk industri pengolahan mempunyai landasan tukar terms of trade yang lebih maju atau lebih menguntungkan serta menimbulkan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan dengan produk-produk sektor lainnya. Hal ini disebabkan oleh sektor industri pengolahan yang mempunyai macam produk yang sangat beraneka ragam dan mampu memberikan manfaat yang lebih besar kepada konsumen Dumairy, 1996:28. Masalah ketenagakerjaan menjadi prioritas utama pemerintah yang tercermin dalam ketenagakerjaan sebagai sasaran pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM 2004-2009. Sasaran pemerintah di bidang ketenagakerjaan adalah menurunkan tingkat pengangguran terbuka dan permalasahan ketenagakerjaan lainnya seperti terbatasnya kesempatan kerja untuk meperoleh pekerjaan yang layak. Secara umum, tingkat pengangguran terbuka selama periode waktu tahun 2008-2010 cenderung mengalami penurunan dari 9,39 persen di tahun 2008 menjadi 8,96 pada tahun 2009 dan 8,32 persen pada tahun 2010. Pada periode Februari 2013, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia terus menurun mencapai 5,92 persen Disnaketrans, 2012. Tabel 1.1 Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan tahun 2008 –2010 persen Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2008 2009 2010 Februari Agustus Februari Agustus Februari SD ke bawah 4,70 4,57 4,51 3,78 3,71 Sekolah Menengah Pertama 10,05 9,39 9,38 8,37 7,55 Sekolah Menengah Atas 13,69 14,31 12,36 14,50 11,90 Sekolah Menengah Kejuruan 14,80 17,26 15,69 14,59 13,81 Diploma 16,35 11,21 15,38 13,66 15,71 IIIIII Universitas 14,25 12,59 12,94 13,08 14,24 8,46 8,39 8,14 7,87 7,41 Sumber : Data Diolah, BPS Berdasarkan Tabel 1.1, pada agustus 2009 jumlah TPT untuk semua tingkat pendidikan mengalami penurunan kecuali untuk tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana yang mengalami kenaikan sebesar 2,05 persen dan 1,16 persen. Kenaikan TPT ini diduga karena lapangan kerja yang tersedia saat ini belum mensyaratkan pendidikan tinggi. Pada tahun 2010 ini, TPT untuk pendidikan Diploma menduduki angka 15,71 persen. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika, hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Karisidenan Besuki menunjukkan angka 5.285.525 jiwa. Tabel 1.2 Distribusi penduduk menurut KotaKab di Karisidenan Besuki 2010 KotaKabupate n Jumlah jiwa Pertumbuhan Bekerja jiwa Pengangguran Terbuka jiwa TPT Jember 2.346.498 0,70 1.130.595 31.472 2,71 Banyuwangi 1.554.997 0,43 793.846 32.415 3,92 Bondowoso 736.530 0,67 398.753 6.450 1,59 Situbondo 647.500 0,70 349.306 11.289 3,13 Jumlah 5.285.525 0,75 2.672.500 81.626 4,25 Sumber : BPS Jawa Timur Berdasarkan Tabel 1.2, laju pertumbuhan penduduk di Karisidenan Besuki pada tahun 2000-2010 sebesar 0,75 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan penduduk di seluruh kabupatenkota mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan penduduk tertinggi diduduki oleh Kabupaten Jember dan Situbondo sebesar 0,70 xxix persen sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah diduduki oleh Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,43 persen. Dari data tersebut, diketahui jumlah penduduk yang bekerja di Karisidenan Besuki pada tahun 2010 mencapai angka 2.672.500 jiwa dengan tingkat pengangguran terbuka TPT sebesar 81.626 jiwa atau sebesar 4,25 persen. Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditujukan guna untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan manusia sebagai pelaku utama dalam sasaran pembangunan nasional. Di bidang ketenagakerjaan, penciptaan dan perluasan lapangan pekerjaan terus diupayakan terutama dalam peningkatan dan pemerataan pembangunan industri yang diharapkan mampu menyerap tenaga kerja sehingga mampu mengurangi pengangguran dan mampu meingkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Djojohadikusumo, 1994:3 dan Dumairy, 1996:86. Perluasan kegiatan industri dengan tujuan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di suatu daerah sangat diperlukan agar kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi usaha perluasan industri antara lain jumlah unit usaha, nilai invstasi dan nilai produksi. Investasi yang memadai memberikan dampak yang positif bagi penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil. Hal ini disebabkan karena dengan adanya investasi yang memadai maka kebutuhan akan barang-barang modal dalam proses produksi akan terpenuhi. Sehingga akan berpengaruh pada peningkatan jumlah produksi yang mampu di hasilkan oleh sebuah perusahaan. Peningkatan ini akan berpengaruh kepada peningkatan terhadap kebutuhan jumlah tenaga kerja. Jadi dengan peningkatan investasi maka penyerapan tenaga kerja juga akan bertambah Sudarsono, 1998. Jumlah unit usaha juga mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri kecil. Hal ini disebabkan karena dengan adanya peningkatan jumlah industri kecil maka jumlah output yang mampu dihasilkan oleh masing-masing unit usaha pun akan mengalami peningkatan sehingga akan banyak dibutuhkan tenaga kerja. Dharmayanti,2011:9.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikemukakan adalah : 1. Seberapa besar pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan, minuman, dan tembakau Di Karisidenan Besuki selama periode 2002 –2012? 2. Seberapa besar pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan, minuman, dan tembakau Di karisidenan Besuki selama periode 2002 –2012? 3. Seberapa besar pengaruh nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan, minuman, dan tembakau Di Karisidenan Besuki selama periode 2002 –2012? 4. Seberapa besar pengaruh jumlah unit usaha, nilai investasi, dan nilai produksi secara bersama-sama terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan, minuman, dan tembakau Di Karisidenan Besuki 2002-2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan, minuman, dan tembakau Di Karisidenan Besuki. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan, minuman, dan tembakau Di Karisidenan Besuki. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan, minuman, dan tembakau Di Karisidenan Besuki. xxxi 4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah unit usaha, nilai investasi, dan nilai produksi secara bersama-sama terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil makanan, minuman, dan tembakau Di Karisidenan Besuki

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Diharapkan hasil studi ini akan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang ekonomi pembangunan khususnya masalah kesempatan kerja. 2. Diharapkan hasil studi ini dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan membantu pemerintah khususnya pemerintah daerah Di Karisidenan Besuki untuk melakukan pembangunan sehingga dapat menambah kesempatan kerja. 3. Sebagai informasi dan referensi kepada pihak lain yang memerlukan sehubungan dengan penelitian sejenis. 4. Sebagai ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi penulis.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Faktor Jumlah Unit Usaha,Investasi Dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Karisidenan Besuki

0 6 6

PENGARUH INVESTASI DAN JUMLAH UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BATU

2 12 21

Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 2000-2011

1 22 123

PENGARUH UPAH, MODAL, JUMLAH UNIT USAHA, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL TAHU BAKSO DENGAN MENGGUNAKANPATH ANALYSIS

2 24 107

Pengaruh Investasi, Nilai Produksi dan Unit Usaha terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil di Kabupaten Pati

0 5 95

ANALISIS DATA PANEL PENGARUH UMR, NILAI OUTPUT, JUMLAH UNIT USAHA, DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA Analisis Data Penel Pengaruh Umr, Nilai Output, Unit Usaha Dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Besar Da

0 4 12

PENGARUH NILAI INVESTASI, JUMLAH UNIT USAHA DAN UPAH MINIMUM TERHADAP PERMINTAAN TENAGA KERJA INDUSTRI Pengaruh Nilai Investasi, Jumlah Unit Usaha Dan Upah Minimum Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Industri Kecil Dan Menengah Di Provinsi Jawa Tengah.

0 3 16

PENGARUH UPAH, MODAL, JUMLAH UNIT USAHA, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL TAHU BAKSO DENGAN MENGGUNAKANPATH ANALYSIS.

0 1 84

Pengaruh Investasi, Kapasitas Produksi, Nilai Produksi dan Jumlah Unit Usaha pada Sektor Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Bulungan | Aslan | AKUNTABEL 1351 2108 1 PB

0 0 10

Analisis Pengaruh Jumlah Unit Usaha, Nilai Produksi, Nilai Investasi, Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Dari Industri Agro Dan Inflasi Kabupaten Lumajang Terhadap Peningkatan PDRB Di Kabupaten L Ubaya Repository

0 0 1