Kepantasan dan Sopan Santun Kesetaraan

32 BAB III PROFIL MAHKAMAH AGUNG DAN MAHKAMAH KONSTITUSI

A. Mahkamah Agung

Penjajahan atas Ibu pertiwi Indonesia, selain mempengaruhi roda pemerintahan yang berlaku pun pula sangat berpenagruh besar terhadap peradilan Indonesia, sejarah berdirinya Mahkamah Agung kiranya tiak dapat dilepaskan daripada penjajahan di bumi Indonesia ini, ini terbukti dengan adanya kurun-kurun waktu, dimana bumi pertiwi indonesia sebagian waktunya dijajah oleh Belanda dan sebagian lagi oleh pemerintah Jepang. Oleh karenanya perkembangan peradilan di Indonesia pun tak luput dari pengaruh kurun waktu tersebut Upaya memperjuangkan kekuasaan kehakiman yang mandiri sesungguhnya tidak pernah berhenti dilakukan baik melalui upaya memperkuat kemandirian kekuasaan kehakiman melalui amandemen Undang-undang kekuasaan kehakiman maupun melalui serangkaian kegiatan diskusi dan seminar.perjalanan sejarah memperlihatkan terjadinya pembelokan pelaksana kekuasaan kehakiman dimasa pemerintahan Soeharto, terutama sejak memasuki dekade 1970-an. Intervensi eksekutif mulai terlihat sejak periode tersebut sebagai bagian dari warna politikpemerintahan Soeharto yang bercorak otoriter. Dalam kedudukannya sebagai kepala pemerintahan, Soeharto berhasil mempengaruhi pelaksanaan kekuasaan kehakiman melalui pola-pola pembuatan peraturan perundang-undangan yang memberi keuntungan eksekutif Gerakan reformasi yang mengiringi berakhirnya pemerintahan orde baru menjadi suatu „kesempatan‟ bagi Mahkamah Agung untuk kembali menyuarakan tuntutannya terhadap indepedensi kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung ingin memisahkan diri secara utuh dan mandiri dari campur tangan atau kontrol pihak eksekutif pemerintah. Dengan kata lain, menyatukan antara „kepala dan perut hakim‟ di Mahkamah Agung. Gerakan reformasi pertama-tama langsung berpengaruh kepada struktur ketatanegaraan yang menandai terjadinya reformasi atau peralihan kekuasaan eksekutif, Mahkamah Agung telah membuktikan dirinya selalu menjadi cabang kekuasaan negara yang menjaga agar setiap peralihan kekuasaan berlangsung secara konstitusional. Pada prinsipnya gerakan reformasi di Indonesia memang diawali dengan reformasi politik yang kemudian menimbulkan desakan-desakan untuk melakukan reformasi di segala bidang, antara lain bidang ekonomi dan hukum, termasuk institusi pengadilan dan Mahkamah Agung. Untuk mencegah intervensi eksekutif dalam urusan peradilan maka pembinaan badan peradilan diletakan pada di bawah satu atap yakni Mahkamah Agung.Mahkamah Agung dibentuk berdasarkan ketetapan Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan Konstitusional. Mahkamah Agung dalam sejarahnya merupakan kelanjutan dari “Het Hooggerechts Hof Vor Indoesia” Mahkamah Agung Pemerintah Hindia Belanda Di Indonesia yang didirikan berdasarkan RO tahun 1824, diubah, Het Hooggerecthshof HGH merupakan Hakim Kasasi terhadap putusan-putusan Raadvan JustitieRVJ= pengadilan sehari-hari bagi orang-