Mahkamah Agung Kekuasaan kehakiman pasca amandemen undang-undang dasar 1945 tijauan fiqih siyasah

orang Eropadan disamakan bagi mereka. Het Hoogerecthshof berkedudukan di Jakarta 1 . Setelah Indonesia merdeka keberadaan lembaga Het Hoogerecthshof Mahkamah Agung ini telah dipertahankan dan diberlakukan sebagai lembaga negara Republik Indonesia berdasarkan pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang menetapkan bahwa”segala badan negara dn peraturan yang ada masih langsung berlaku, sebelum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar 1945 2 Ketua Mahkamah Agung yang pertama waktu itu Alm. Mr Kusuma Atmadja yang diangkat langsung oleh Presiden Ir. Soekarno bersamaan dengan dengan pengangkatan menteri-menteri kabinet yang pertama pada bulan September 1945. Pada waktu itu negara Indonesia belum mempunyai undang-undang tentang Mahkamah Agung. Barulah pada masa Republik Indonesia Serikat RIS dibuat Undang-undang Nomor 1 Tahun 1950 tentang Mahkamah Agung Indonesia 3 yang merupakan undang-undang pertama. Kemudian pada tahun 1965 dikeluarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1965 tentang Mahkamah Agung dan Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum namun kemudian, undang-undang tersebut oleh 1 Soedirjo, Kasasi Dalam Perkara Perdata, Akademika Pressindo, Jakarta, 1985, hlm 10-11. 2 Saafrodin Bahar, Nannie Hudwatie Sinaga dan Ananda B. Kusuma, Risalah Sidang Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta, 1998, hlm 328. 3 Purwoto S. Gandasubrata, Renungan Hukum, IKHI Cabang Mahkamah Agung, Jakarta, 1998, hlm 10. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1969 dinyatakan tidak berlaku, tetapi saat tidak berlakunya ditetapkan pada saat undang-undang yang menggantikannya mulai berlaku. Kemudian pada tahun 1985 dikeluarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang menggantikan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1965. 4 Barulah kemudian diubah lagi menjadi Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 menggantikan Undang-undang Nomor 14 tahun 1985. Visi Mahkamah Agung yaitu: Mewujudkan Supremasi hukum melalui kekuasaan kehakiman yang mandiri, efektif, dan efisien serta mendapatkan kepercayaan publik. Profesional dalam memberi layanan hukum yang berkualitas, etis, terjangkau dan berbiaya rendah bagi masyarakat serta mampu menjawab panggilan layanan publik Misi Mahkamah Agung yaitu : 1. Pemberian rasa keadilan yang cepat dan jujur 2. Peradilan yang mandiri dan independen dari campur tangan pihak luar 3. Memerbaiki kualitas input eksternal pada proses peradilan 4. Institusi peradilan yang efisien, efektif dan berkualitas 5. Melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman dengan bermartabat, integritas, bisa dipercaya dan transparan 4 A. Mukti Arto, Konsep Ideal Mahkamah Agung Redefinisi Peran dan Fungsi Mahkamah Agung Untuk Membangun Indonesia Baru, Pustaka Pelajar Yogyakarta, 2001, hlm 181. Mahkamah Agung memiliki kewenangan yang meliputi 1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung 2. Berwenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang 3. Mempunyai wewenang lainnya yang diberikan undang-undang Terhadap perumusan pemisahan antara kegiatan pengujian materi judicial review undang-undang dan materi peraturan dibawah undang-undang dapat di ajukan empat kritik. 5 Pertama, pemberian kewenangan pengujian judicial review materi undang-undang terhadap undang-undang kepada Mahkamah Konstitusi yang baru dibentuk mengesankan hanya sebagai tambahan perumusan terhadap materi Undang-undang Dasar secara mudah dan tambal sulam seakan-akan hak uji materi peraturan yang ada ditangan Mahkamah Agung tidak turut terpengaruh dengan adanya hak uji yang di berikan kepada Mahkamah Konstitusi. Perumusan demikian terkesan seakan-akan kurang didasarkan atas pendalaman konsep berkenaan dengan konsepsi hak uji itu sendiri secara komprehensif. 5 Jimly Asshiddiqie, Konsolidasi Materi Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, makalah disampaikan pada kuliah perdana pascasarjana fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, yogyakarta, kamis 13 September 2001. Kedua, pemisahan kewenangan itu masuk akal untuk dilakukan jika sistem kekuasaan yang dianut masih didasarkan atas dasar prinsip pembagian kekuasaan dan bukan prinsip pemisahan kekuasaan yang mengutamakan mekanisme checks and balance sebagaimana yanng diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945 telah resmi dan tegas menganut prinsip pemisahan kekuasaan secara horizontal. Ketiga, dalam praktek pelaksanaannya nanti, secara hipotitis dapat timbul pertentangan subtantif antara putusan Mahkamah Agung dengan Mahkamah Konstitusi. Keempat, pembentukan Mahkamah Konstitusi tidak dapat dijadikan sarana yang dapat membantu mengurangi beban Mahkamah Agung, sehingga reformasi dan peningkatan kinerja Mahkamah Agung sebagai rumah keadilan bagi setiap warga negara segera dapat diwujudkan jika kewenangan penguji materi peraturan di bawah Undang-undang Dasar sepenuhnya diserahkan kepada Mahkamah Konstitusi, sehingga Mahkamah Agung dapat menyelesaikan banyaknya tumpukan perkara yang dari waktu kewaktu terus bertambah tanapa mekanisme penyelesaian yang jelas 6 Dalam hal kekuasaan kehakiman yang diselenggarakan oleh Mahkamah Agung dan peradilan yang ada dibawahnya, tentunya kedudukan, tugas, dan kewenangan diatur dalam undang-undang tersendiri. Mahkamah Agung sebagai Lembaga Tinggi Negara melaksanakan kekuaasaan kehakiman dan merupakan peradilan tertinggi mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: 6 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2006, hlm 240. 1. Fungsi bidang peradilan 2. Fungsi bidang pengawasan 3. Fungsi bidang pemberi nasehat 4. Fungsi bidang pengaturan 5. Fungsi bidang administrasi 6. Fungsi bidang tugas dan kewenangan lainnya

B. Mahkamah Konstitusi

Kedudukan Mahkamah Konstitusi ditergaskan dalam pasal 24 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945, amandemen ketiga dengan Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung sederajat sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman. Rumusan pasal tesebut berbunyi “kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah konstitusi Dari sinilah landasan hukum terbentuknya Mahkamah Konstitusi sebagai pegangan dalam menjalankan kewenangan mengadili pada tingkat pertama dan terakhir dan putusannya bersifat final dalam menguji undang-undang terhadap Undang-undang Dasar 1945, memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran partai politik, perselisihan hasil pemilihan umum, dan memberi putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden danatau wakil presiden terhadap Undang-undang Dasar. Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga baru yang diintrodusir oleh perubahan ketiga Undang-undang Dasar 1945 peranannya sangat strategis, terlebih setelah Majelis Permusyawaratan Rakyat menjadi bikameral dan tidak lagi sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Dengan demikian Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung adalah sama-sama sebagai pelaku kekuasaan kehakiman di Indonesia. Namun kekuasaan kehakiman di Indonesia menganut sistem bifurkasi, yang membagi kekuasaan kehakiman ke dalam dua cabang, yaitu cabang peradilan biasa yang berpuncak pada Mahkamah Agung dan cabang pengadilan Konstitusi yang dijalankan oleh Mahkamah konstitusi. 7 1. Visi Mahkamah Konstitusi Tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita negara hukum dan demokrasi demi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat. 2. Misi Mahkamah Konstitusi adalah : a. Mewujudkan Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu kekuasaan kehakiman yang terpercaya b. Membangun konstitusionalitas Indonesia dan budaya sadar berkonstitusi Mahkamah Konstitusi disamping mempunyai kedudukan yang sejajar dengan Mahkamah Agung juga mempunyai kewenangan yang diatur dalam pasal 24C ayat 7 Fathurohman, Dian Aminundin, Sirajudin, Memahami Keberadaan Mahkamah Konstitusi Di Indonesia, PT, Citra Aditya Bakti Bandung, 2004. Hlm 62. 1 Undang-undang Dasar 1945 yang kemudian dipertegas dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi yang menentukan bahwa