Beliau kembali menja di Ketua OSIS SMA Darul Ma’arif, jakarta selatan Pimpinan
Tokoh NU Bapak. KH. Idham Kholid. Perjalanan organisasi dan kepemimpinan berlanjut sampai Muhammad
Sanwani Na’im melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Akademik Pimpinan Perusahaan Jakarta, sebagai perguruan eksekutif dan badan pengurus legislatif
mahasiswa APP tersebut. Di kampus APP beliau juga terlibat aktif sebagai pengurus Himpunan mahasiswa Islam HMI Kordinasi Komisariat APP selama 3
tahun. Aktifitas Remaja Masjid digeluti sejak usia SMP dan Muhammad Sanwani
Na’im menjadi Ketua Remaja Masjid Annur selama 7 tahun periode 1990 – 1997 di bilangan tempat tinngalnya Cipete Utara Jakarta Selatan.
Setelah menamatkan pendidikan D3 APP Muhammad Sanwani Na’im melanjutkan pendidikan ke S1 Fisip UI jurusan administrasi Niaga, kembali
aktifitas rohis musholah dan masjid kampus menjadi kegemaran Muhammad Sanwani Na’im dalam keseharian di dunia kampus UI Depok.
Dorongan rasa ingin tahu dan semangat mengembangkan wawasan pengetahuan membuat Muhammad
Sanwani Na’im terjun ke pemuda Masjid Agung Al
– Azhar, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta selatan tepatnya tahun 1995 di unit Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan Al
– Azhar LPK Al – Azhar. Ust. Muhammad Sanwani Memangku Jabatan ketua LPK Al
– Azhar selama 3 tahun 1997
– 2000, setelah itu Muhammad Sanwani Na’im menjadi pembina LPK Al – Azhar mulai tahun 2001.
Muhammad Sanwani Na’im yang menikah pada tanggal 17 Mei 2003, istrinya bernama Erni Kusumawati, SE putri ke tiga pasangan Bapak H. Hasanudin
Asmari dan ibu Hj. Rohani Muhktar. Sampai saat ini sudah diberi karunia 2 orang putra yang bernama Muhammad Daffa Zahran, Dan Muhammad Ghiar Awfa.
Pengalaman dalam bidang keorganisasian yang diikuti sejak usia remaja membuat Muhammad Sanwani Na’im tergugah membentuk wadah mandiri untuk
yatim piatu dan duafa dan fakir miskin disekitar perkampungan lapak pemulung di Jl. KH. Muhammad Sanwani Na’im III berawal perkumpulan sepak bola kampung
sekitar yang diberi nama BSC Batavia Sepak Bola Club lalu Ust. Muhammad Sanwani
Na’im membentuk Forum Kajian dan pengajian keliling bersama teman- temannya diperkampungan pemulung tersebut.
Proses perubahan
menjadi tema
yang terus
digelorakan dalam
membangkitkan masyarakat pinggiran, cap stempel keburukan yang melekat terhadap kalangan bawah begitu kuatnya dialamatkan, sehingga tantangan ini
membuat Muhammad Sanwani Na’im ingin membuktikan bahwa mereka semua adalah orang yang bermanfaat, bermoral, cerdas, dan memiliki masa depan yang
cermelang. Sampai pada akhirnya anak-anak dapat berkompetisi meraih kesuksesan.
Sosok putera betawi asli Muhammad Sanwani Na’im cukup unik dan memiliki pengalaman hidup yang penuh lika-liku serta dinamika yang menarik dan
perlu diambil hikmahnya.
Pada usia muda, sekitar kelas III SMP Muhammad Sanwani Na’im sudah memiliki cita-cita dan harapan menjadi seorang model dan bintang iklan, beberapa
penghargaan pernah diraih, diantaranya juara III lomba ceria remaja yang dilaksanakan oleh PT. Adi Karya, Tahun 1991, menyambut juara favorit model
extravaganza tahun 19 92, model iklan jaringan telpon seluler “satelindo direct”
tahun 1998, beberapa kali sebagai model video klip, model iklan “sholawat badar” dan beberapa aktifitas didunia selebritis lainnya.
Idialisme agama yang dipegang Muhammad Sanwani Na’im sejak usia muda menyebabkan beliau tidak kerasan dan betah di dunia gemerlap tersebut proses dan
pengalaman yang dilewati justru semakin mendorong Muhammad Sanwani Na’im hijrah kedunia dakwah seperti yang sudah diwariskan oleh ayahnya Almarhum KH.
Muhammad Na’im dan ibadah tercinta Hj. Masenah Mubarok.
11
11
Wawancara Pribadi dengan Dra. Hj. Halimatussa’diyah Na’im, kakak Ust. Muhammad
sanwani Na’im , Jakarta 03 Agustus 2011
52
BAB IV ANALISIS PROGRAM DAKWAH YPI BSC AL-FUTUWWAH BAGI
KOMUNITAS PEMULUNG DALAM MENGANTISIPASI PEMURTADAN
Menurut wawancara penulis kepada M. Sanwani beliau mengatakan bahwa : “Yayasan ini berdiri karena adanya pemurtadan yang dilakukan oleh misionaris di
pemukiman pemulung apalagi itu deket lagi ama rumah ane, dengan macem- macem cara misonaris buat kafirin orang, caranya ada yang dibawa lari, dipacarin
lah, persalinanya dibiayain dan anak sekolah juga dibiayain, pokoknya makanan empuklah, karena mereka juga punya doktrin barang siapa yang bisa mengkafirkan
umat Islam makanya itu termasuk jihad dan pahalanya gede, makanya mereka banyak melakukan prekrutan untuk mengkafirkan orang dan soalnya mereka juga
kelebihan dana dan umat islam banyak yang miskin jadi pas tuh, dengan ngasih makanan dan beberapa lembar pakean, kejadian ini terjadi pada tahun 2000 an
”.
1
Sesuai hasil wawancara diatas maka penulis menganalisis bahwa
berdirinya yayasan ini karena adanya pemurtadan yang dilakukan oleh kaum misonaris kristen untuk mengkafirkan umat Islam dengan berbagai macam cara,
yaitu dengan dipacari lalu dibawa pergi, pembiayaan persalinan dan pembiayaan sekolah. Semua iu dilakukan oleh para misionaris untuk menarik perhatian para
pemulung dan pada akhirnya akan mendapatkan simpatik dari para pemulung dengan harapan para pemulung tersebut dapat meninggalkan ajaran Islam dan
mengikuti ajaran mereka. Mereka dapat melakukan semua itu karena memang ditunjang dengan
financial yang cukup besar sampai biaya persalinan pun ditanggung oleh mereka dan terlebih lagi ekonomi pemulung yang terbilang rendah yang mengakibatkan
para pemulung tersebut mudah tertarik terhadap ajaran mereka karena memang terhimpit dengan kebutuhan ekonomi yang terus membelit.
1
M. Sanwani, Pimpinan YPI BSC Al Futuwwah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04 Mei 2011
Dari analisis diatas dikuatkan oleh pernyataan Umar Kamal beliau menyatakan bahwa “Berdirinya yayasan ini emang adanya pemurtadan dikawasan
pemulung didaerah Cipete Utara yang pada waktu itu para pemulung kedatangan tamu, bajunya rapih dan pakaiannya wangi dengan maksud untuk memberikan
sumbangan dan pelatihan-pelatihan namun usut boleh usut ternyata nih orang punya misi untuk masukin ini para pemulung dengan cara memberikan bantuan
berupa, pangan, pakaian, dan ngajak anak-anak pemulung jalan-jalan. Nah abis jalan-jalan dibagi duit disuruh bawa pulang sembako gimana gak seneng tuh orang
tuanya. Pastikan seengganya tuh anak disuruh balik lagi untuk buat ngikutin les sama tuh orang, pas kita tanya ama tuh anak, apaan Tong yang diajarin ama tuh
orang ? ternyata diajarin lagu-lagu rohani Kristen. Parahnya samapai ada yang sudah hafal. Bis ntu kita tanyain ama orang tua mereka ya jawabanya beragam da
yang kaget dan lebih banyak yang biasa-biasa aja, kata ibu-ibunya biarian ja napa masi kecil ini yang penting kan dia pulang bawa duit ma sembako ngga perlu cape-
cape mulung, kaget tuh saya disitu denger jawaban ibu-ibu itu.
”
2
Selanjutnya jika melihat pernyataan dari Umar Kamal bahwa yayasan ini berdiri karena adanya gerakan pemurtadan di kawasan pemulung yang dilakukan
misionaris Kristen dengan melakukan berbagai macam cara dari memberikan sembako sampai mengajak rekreasi anak-anak pemulung dan memberikan
pengajaran yang
didalam pengajaran
tersebut mereka
sisipi dengan
memperkenalkan lagu-lagu rohani mereka kepada anak-anak para pemulung, justru lebih menggagetkan sekali tentang respon orang tua mereka yang seakan mereka
tidak perduli dengan apa yang terjadi. Dan dikuatkan lagi oleh pernyataan informan yang mengatakan bahwa :
“Emang bener dimari dulu entu ada anuan pemurtadan, hampir aja dulu dibakar tu rumah pasturnya, cuman waktu entu dialangin ama RT, klo kagak abis tu orang
angus dibakar massa.makanya gua juga kagak tau darimana aja tu orang pada dateng tau-tau dah rame aja
”.
3
Pernyataan diatas memang benar karena telah dikuatkan oleh informan
yang memberikan penjelasan kepada penulis bahwa memang pernah terjadi gerakan pemurtadan dikomunitas pemulung.
2
Umar Kamal, Bendahara YPI BSC Al-Futuwwah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04 Mei 2011
3
Informan, Wawancara Pribadi, Jakarta, 12 Mei 2011
Untuk mengantisipasi pemurtadan ini terulang kembali maka YPI BSC Al Futuwwah membuat program untuk mengantisipasi pemurtadan dan dikhususkan
untuk ekonomi kelas bawah pemulung, Sesuai dengan pernyataan dari M. Sanwani dalam wawancara memaparkan
sebagai berikut : “ program dakwah Yayasan emang sengaja kami buat untuk
ngantisipasi baliknya misionaris dan emang kami buat untuk para pemulung yang notabenya ekonominya kelas bawah yang banyak membutuhkn bimbingan serta
pengarahan, karena yang ada dipikiran mereka adalah mereka yang terabaikan dan yang terbuang, maka ini tugas yang dibebankan kepada yayasan yang harus
dilaksanakan yaitu memberikan pecerahan kepada mereka dan merubah pola pikir mereka yang berkembang serta menurun kepada anak-anak mereka yang
menggangap bahwa Ilmu pengetahuan tidak penting tapi yang penting bisa nyari duit buat memenuhi kebutuhan hidup mereka. maka yayasan berusah sekuat tenaga
untuk membuat program yang mana didalamnya berisikan kegiatan pengajian guna mencerahkan kehidupan mereka, dan memberikan bantuan berupa bahan pangan
atau bantuan berupa pemberian beasiswa, sembako bagi mereka yang aktif mengikuti kegiatan yayasan, dan bantuan tersebut diberikan tidak dengan cuma-
cuma dengan maksud memberikan pelajaran tentang filosopi hidup, barang siapa yang pengen sesuatu yah harus berusaha dan yang pastinya terus berdoa
”.
4
Sesuai hasil wawancara diatas penulis dapat menganalisa bahwa program
dakwah yayasan dibuat untuk mengantisipasi kembali munculnya gerakan pemurtadan dikomunitas pemulung, dan program dakwah ini hanya diprioritaskan
untuk komunitas pemulung guna memberikan pencerahan dan pengarahan kepada para pemulung agar mereka tidak menggangap diri mereka sebagai komunitas
yang terbuang dan terabaikan, karena seungguhnya pasti ada nilai lebih dalam diri mereka yang suatu saat akan timbul lewat pencerahan-pencerahan yang yayasan
lakukan. Lebih jauh lagi yayasan memliki tugas yang tidak kalah beratnya yaitu bagaimana menimbulkan kepercayaan diri mereka dan mengubah pola pikir
mereka yang sudah ada sejak lama yaitu mereka menggangap bahwa Ilmu
4
M. Sanwani, Pimpinan YPI BSC Al Futuwwah, Wawancara Pribadi, Jakarta, 04 Mei 2011