1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam telah menyediakan undang-undang dan nilai-nilai akhlak bagi setiap pemeluknya, di antaranya adalah yang berhubungan dengan kehidupan
sosial yang memberikan jaminan kebahagiaan kepada setiap kaum muslimin. Akan tetapi, sebagaimana yang kita amati, kaum muslimin sendiri lebih
menjauhkan diri dari asas-asas yang telah ditetapkan oleh Islam.
1
Di era globalisasi sekarang banyak orang yang tidak memperhatikan etika bertetangga padahal sebenarnya bertetangga itu mampunyai etika
tersendiri. Sebagaimana Rasulullah Saw sering mengatakan bahwa tetangga itu wajib kita lindungi dan perhatikan kita muliakan.
Dalam Islam tetangga itu sangat diperhatikan, bahkan mendapat kedudukan yang mulia, dan dapat disejajarkan kedudukannya dengan ikatan
keluarga. Tetapi sejalan dengan kemajuan zaman, manusia telah mendapati suatu perkembangan. Namun perkembangan ini dalam dirinya sendiri
membawa krisis kepercayaan dimana antara tetangga sudah tidak lagi saling percaya, sehingga menimbulkan kerenggangan antar tetangga.
2
1
Ahmad Shalaby, Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam. Penerjemah A. Ahmadi, dkk, Jakarta: Amzah, 2001, cet ke-1, h. 326. selanjutnya disebut Shalaby, Kehidupan Sosial
dalam pemikiran Islam, Penerjemah: A. Ahmadi, dkk
2
Ade Hayati Nufus, Konsepsi Etika Bertetangga menurut Islam Kajian Hadis-hadis Rasulullah Saw dalam Kutub al-Sittah, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2003, h. 1.
2
Pandangan hidup dalam masyarakat sekarang ini tidak seorangpun manusia bisa hidup sendiri, sudah pasti membutuhkan satu sama lain. Itulah
sebabnya maka hidup manusia sekarang ini tinggal berkelompok-kelompok, bertetangga satu terhadap yang lain untuk saling tolong-menolong. Cara hidup
seperti itu bukan saja dalam masyarakat seperti sekarang ini tetapi bahkan sejak berabad-abad yang silam, sejak manusia mengenal apa yang disebut
bermasyarakat.
3
Masyarakat adalah kumpulan sekian banyak individu kecil atau besar yang terikat oleh satuan, adat atau hukum khas, dan hidup
bersama.
4
Unsur pertama yang harus dijunjung dalam masyarakat adalah tanggung jawab bersama. Hal ini harus dimulai dari lingkungan keluarga,
kemudian meluas kepada tetangga, penduduk kampung atau lingkungan sekitarnya, lalu sesama anggota masyarakat di dalam suatu Negara, dan
akhirnya seluruh masyarakat di dunia.
5
Prinsip bertetangga dalam Islam merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim baik terhadap sesama muslim maupun
terhadap mereka yang non muslim. Prinsip bertetangga ini sangat erat kaitannya dengan iman. Prinsip jiwar tetangga ini berlaku tidak hanya bagi
individu muslim, akan tetapi juga wajib diterapkan oleh negara dan pemerintahan Islam.
6
3
Effendi Zarkasi, Islam Agama Untuk Hidup, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1981, h. 42.
4
M. Quraish Shihab, Wawasan al- Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan
Umat, Bandung: Penerbit Mizan, 1996, cet ke-4, h. 319.
5
Shalaby, Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam, Penerjemah: A. Ahmadi, dkk, h. 326.
6
Ade Hayati Nufus, Konsepsi Etika Bertetangga menurut Islam Kajian Hadis-hadis Rasulullah Saw dalam Kutub al-Sittah, h. 2.
3
Setiap manusia harus saling tolong menolong, dengan demikian akan terpenuhi kebutuhan mereka dan akan terwujud sifat kekeluargaan. Imam
ghazali di dalam kitabnya ihya ‟ ulumuddin menegaskan, hak tetangga itu
adalah seyogianya seseorang memberikan salam lebih dulu kepada tetangganya, menjenguknya ketika sakit, ikut berbelasungkawa ketika ditimpa
musibah dan ikut menanggungnya, memberikan ucapan selamat di dalam kegembiraan dan ikut serta menikmatinya, memaafkan segala kesalahannya,
tidak mengganggu anggota keluarganya, tidak menghalangi untuk berkunjung ke rumah, menutup aibnya, ikut menjaga rumahnya bila tidak ada di rumah.
Dan tidak boleh mendengarkan kata-kata buruk tentang dirinya, berlemah lembut kepada anak-anaknya, mengajarkan kepadanya tentang masalah agama
dan pengetahuan dunia yang diketahuinya.
7
Imam Ghazali menegaskan, bahwa tetangga yang miskin akan berpaut leher tetangganya yang kaya di hari kiamat seraya berkata, “Tuhanku
Tanyailah orang ini mengapa dia enggan menolongku dan menutup pintu terhadapku, ketika dia kenyang, padahal aku selalu dalam keadaan lapar”.
Ajaran ini lahir dari anjuran yang begitu luas pengertiannya, yang telah dibentangkan di dalam al-
Qur‟an dan diarahkan oleh Rasulullah Saw.
8
Tidak salah lagi jika dalam beberapa hadis Nabi Saw sering berpesan kepada kita untuk selalu berbuat baik dan menghormati kepada tetangga.
Karena tetanggalah yang paling dekat dengan kita disaat kita dalam kesusahan
7
Shalaby, Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam, Penerjemah: A. Ahmadi, dkk, h. 327.
8
Shalaby, Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam, Penerjemah: A. Ahmadi, dkk, h. 327.
4
dan kesulitan. Karena pentingnya menghormati tetangga itu Nabi Saw pernah mengatakan bahwa kualitas keimanan seseorang bisa dilihat sejauh mana dia
mampu berbuat baik terhadap tetangganya, yaitu:
“Diceritakan kepada kami Qutaibah bin Said mengabarkan kepada kami Abu al-Ahwash dari Abi Shalih dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah Saw
bersabda “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir kiamat, maka janganlah dia menyakiti tetangganya. Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir kiamat maka hendaklah dia memuliakan tamunya, dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir kiamat, maka
hendakla
h dia berkata baik atau diam saja.” Begitu pentingnya peran tetangga sampai-sampai Rasulullah Saw
bersabda seperti itu. Hal ini dimaksudkan supaya kita selalu menjaga hubungan baik dengan tetangga kita. Hal ini seperti firman Allah Swt dalam
al- Qur‟an surat an-Nisa‟ ayat 36:
36
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
10
dan teman sejawat, Ibnu sabil
11
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
9
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Daar al-Fikr, tth, Juz. 4, h. 1903. Hadis Shahih, diriwayatkan oleh al-
Bukhari hadis no. 6018 dan Muslim hadis no. 48.
10
Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
11
Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan mashiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
5
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.
12
Q.S. al- Nisa‟: 36
Maksud “tetangga dekat” di sini adalah tetangga dari keluarga sendiri, sementara “tetangga jauh” adalah tetangga disebelah rumah atau di sebelah
ke bun yang tidak ada hubungan darah, dan “taman sejawat” adalah teman
dalam perantauan, atau teman yang senantiasa di sisi kita.
13
Sebagai urgensi dari penulisan skripsi ini penulis melihat adanya kesenjangan antara teori dengan praktek pelaksanaan hadis Nabi Saw. Dimana
disatu sisi sebagai orang muslim wajib baginya untuk memuliakan tetangga, tetapi kenyataannya tidak demikian. Itu semua bisa dilihat dari sikap dan
perilaku mereka yang bertetangga, terutama di desa Ngadipurwo Kecamatan Blora Kabupaten Blora Jawa Tengah, maka dari itu penulis merasa penting
melakukan penelitian ini untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan ajaran Nabi Saw direalisasikan.
Setelah penulis teliti langsung kehidupan masyarakat di desa Ngadipurwo kecamatan Blora Kabupaten Blora Jawa Tengah dalam
bertet angga masih belum sesuai dengan peraturan syari‟at Islam. Padahal
hampir 100 beragama Islam.
14
Padahal banyak hadis yang menjelaskan tentang etika bertetangga, salah satunya yaitu berbuat baik kepada tetangga,
memuliakan tetangga, menghargai perasaan tetangga, memenuhi hak-hak tetangga.
12
Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al- Qur’an dan Terjemahannya, Bandung:
Diponegoro, 2008, cet ke-10, h. 84.
13
Shalaby, Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam, Penerjemah: A. Ahmadi, dkk, h. 328.
14
Hal ini bisa diketahui karena penulis lahir dan besar di desa Ngadipurwo.
6
Dengan banyaknya hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dalam penerapan etika bertetangga yang disebutkan di atas, maka dari itu
penulis sangat tertarik untuk mengadakan penelitian skripsi dengan tema:
PENERAPAN HADIS NABI SAW TENTANG ETIKA BERTETANGGA Studi Kasus di Desa Ngadipurwo Kecamatan Blora Kabupaten Blora
Jawa Tengah.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah