Hadis tentang Hak Tetangga

45 cinta dan benci. Dimana mereka sangat cepat memberikan reaksi terhadap kedua perkara itu. Al- karmani berkata: “Mungkin larangan ini ditujukan kepada yang memberi dan mungkin juga kepada yang diberi”. Ibnu Hajar berkata, “memahaminya untuk yang diberi tidak sempurna, kecuali bila huruf lam untuk pada kalimat lijâratiha diartikan min dari, tetapi tidak ada halangan memahaminya menurut kedua makna ini ”. 16 Tidak mencegah tetangga untuk menyandarkan kayu di dindingnya, melainkan menghormati keinginannya itu sebagaimana hadis no. 14, karena dengan sikap inilah persaudaraan dan keharmonisan akan terwujud di antara tetangga. Oleh karena itu hendaklah setiap orang untuk saling menghargai dan menjaga perasaan tetangganya jangan sampai tetangganya itu merasa di hina dan dikucilkan.

D. Hadis tentang Hak Tetangga

Hidup bertetangga merupakan bagian dari fitrah manusia dan sunnatullah. Sebagai fitrah, karena dalam diri manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kecenderungan untuk berteman, berkelompok-kelompok dan tinggal bersama di suatu tempat atau daerah. 17 Hal ini merupakan sunnatullah karena Allah Swt berfirman di dalam surah al-Hujurat: 13 yaitu: 13 16 Ahmad bin „Ali bin Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari. Penerjemah Amiruddin, h. 153-154 17 Muhsin M. K, Bertetangga dan Bermasyarakat dalam Islam, Jakarta: al-Qalam, 2004, cet ke-1, h. 10. 46 “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal…” al-Hujurat: 13. Dari ajaran Nabi Saw tentang bertetangga, seorang muslim sejati akan menyadari hak-hak tetangga atas dirinya dalam segala kesempatan. Menurut Abu Jamrah sikap kita dalam memenuhi hak tetangga itu tidak sama, berkenaan dengan orang saleh dan tidak saleh. Sikap yang mencakup semua tetangga itu ialah, berkeinginan baik untuk mereka masing-masing, menasehatinya dengan nasihat yang baik, mendoakannya supaya mendapat hidayah Allah Swt, tidak membahayakannya, dan sebagainya. 18 Imam Ghazali di dalam kitabnya Ihya‟ Ulumuddin menegaskan, hak tetangga itu adalah seyogianya seseorang memberikan salam lebih dulu kepada tetangganya, menjenguknya ketika sakit, ikut berbelasungkawa ketika ditimpa musibah dan ikut menanggungnya, memberikan ucapan selamat di dalam kegembiraan dan ikut serta menikmatinya, memaafkan segala kesalahannya, tidak mengganggu anggota keluarganya, tidak menghalangi untuk berkunjung ke rumah, menutup aibnya, ikut menjaga rumahnya bila tidak ada di rumah. Dan tidak boleh mendengarkan kata-kata buruk tentang dirinya, berlemah lembut kepada anak-anaknya, mengajarkan kepadanya tentang masalah agama dan pengetahuan dunia yang diketahuinya. 19 Kita wajib menahan tetangga kita dari perbuatan jelek, termasuk menyakiti tetangga, atau seperti tahapan dan cara-cara amar- ma‟ruf nahi 18 Hassan Ayyub, Etika Islam: Menuju Kehidupan Yang Hakiki, Bandung: Trigenda Karya, 1994, cet ke-1, h. 379. 19 Ahmad Shalaby, Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam, Penerjemah: A. Ahmadi, dkk, h. 327. 47 munkar. Salah satu hak tetangga adalah apabila kita melakukan sesuatu, mintalah pertimbangan mereka. Apabila ingin menjual sesuatu, terlebih dahulu menawarkan kepada tetangga, sebagai usaha menumbuhkan tenggang rasa. Diantara hal-hal yang menyangkut hak-hak tetangga ialah: 1. Tetangga lebih berhak untuk didahulukan: Hadis no. 15 “Mengabarkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim berkata, mengabarkan kepada kami „Isa bin Yunus berkata, mengabarkan kepada kami Husain al- Mu‟allim dari „Amr bin Syu‟aib dari „Amr bin Syarid dari bapaknya, sesungguhnya seorang laki- laki berkata, “ Wahai Rasulullah tanahku tidak seorangpun yang join tidak ada pembagian kecuali tetangga, maka Rasulullah Saw bersabda: “Tetangga lebih berhak untuk didahulukan”. Hadis no. 16 “Mengabarkan kepada kami „Utsman bin Abi Syaibah mengabarkan kepada kami Husyaim, memberitahukan kepada kami Abdul Malik dari „Atho‟ dari Jabir, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tetangga lebih berhak atas pertolongan tetangganya yang ia nantikannya, sekalipun ia tidak ada apabila jalan keduanya hanya satu”. 20 Ahmad ibn Syu‟aib bin Ali bin Sinan bin Bahr bin Dinar Abdul Rahman al-Nasa‟i, Sunan al- Nasa’i, Beirut: Daar al-Fikr, 1995, Juz. 4, h. 342. Hadis shahih, diriwayatkan oleh sunan al-Nasai. Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan lafal bi al-makna, Juz. 9, h. 392. Diriwayatkan oleh sunan al-Tirmidzi dengan lafal bi al-makna, Juz. 5, h. 234. 21 Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dahak, Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Daar al-Fikr, 1994, Juz. 3, h. 651. Hadis Shahih, diriwayatkan oleh al-Tirmidzi. Diriwayatkan oleh sunan Abu Daud dengan lafal bi al-makna, Juz. 9, h. 394. 48 Hadis no. 17 “Mengabarkan kepada kami Ali bin Hajar mengabarkan kepada kami Ismail bin „Ulyah dari Sa‟id dari Qatadah dari Hasan dari Samrah, ia berkata Rasulullah Saw bersabda: “Tetangga rumah lebih berhak dengan anggota rumah”. Hadis no. 18 “Mengabarkan kepada kami al-Makarru bin Ibrahim, mengabarkan kepada kami Ibnu Jarih mengabarkan kepada saya Ibrahim bin Maisaroh dari „Amr bin al-Syarid r.a, katanya: “Pada suatu waktu, ketika aku berdiri dekat sa‟ad bin Abi Waqash, maka datanglah Miswar bin Makhramah lalu diletakkan tangannya di atas bahuku. Ketika itu Abu Rafi‟ maula Nabi Saw datang pula. Katanya: “Hai Sa‟ad Belilah dua buah rumahku yang terletak dalam kampungmu”. Jawab Sa‟ad: “Tidak Tidak mungkin aku sanggup membeli keduanya”. Kata Miswar: “Demi Allah Harus engkau beli keduanya”. Jawab Sa‟ad: “Demi Allah Saya tidak sanggup membayarnya lebih dari pada empat ribu secara nyicil”. Kata Abu Rafi‟, “Orang telah menawarnya kepadaku lima ratus dinar”. Kalau tidaklah aku mendengar Nabi Saw bersabda: “Tetangga lebih berhak dengan yang berdekatan dengannya, tidaklah akan kuberikan rumah itu kepadamu 22 „Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Daar al-Fikr, 1994, Juz. 3, h. 82. Hadis shahih, diriwayatkan oleh sunan al-Tirmidzi dengan lafal bi al- makna dari riwayat Abd Ibnu Humaid. 23 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Beirut: Daar al-Fikr, tth, Juz. 2, H. 663. Hadis Shahih, diriwayatkan oleh al- Bukhari. Diriwayatkan oleh sunan Abu Daud dengan lafal bi al-lafdzi, Juz. 9, h. 392. Diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dengan lafal bi al-makna, Juz. 5, h. 234. Diriwayatkan oleh al- Nasa‟i dengan lafal bi al-lafdzi, Juz. 14, h. 321. 49 dengan harga empat ribu, karena orang telah menawar kepadaku lima ratus dinar. Akhirnya rumah itu diberikannya kepada Sa‟ad”. 2. Bersedekah kepada tetangga yang miskin: Hadis no. 19 “Mengabarkan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Yazid bin Aslam dari „Atho‟ bin Yasar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Tidak halal sadaqah bagi yang mampu kecuali bagi lima golongan, bagi orang yang berperang di jalan Allah Swt, bagi amil sadaqah, bagi gharim orang yang berhutang demi kepentingan agama, bagi seseorang yang membelinya dengan hartanya sendiri, atau bagi seseorang yang mempunyai tetangga miskin. Kemudian diberi sedekah kepada orang miskin, maka si miskin akan menghadiahkannya kepada si kaya”. Keterangan Hadis Beberapa hadis di atas menerangkan tentang pentingnya peran tetangga sampai-sampai Rasulullah Saw. Menganjurkan kepada siapa saja yang akan menjual rumahnya, hendaklah ia menawarkan terlebih dahulu kepada tetangganya, karena tetangga adalah orang yang terdekat dengan rumah kita. Jika tetangga tidak mampu dengan harga yang ditawarkan, maka hendaklah ia jual dengan harga yang mampu di bayar oleh tetangganya seperti bunyi hadis no 15, 16, 17, 18. Sedangkan dalam hadis no. 19, menganjurkan setiap orang untuk bersedekah kepada orang yang kurang mampu, terlebih lagi jika orang yang kurang mampu itu adalah tetangganya sendiri, karena setiap 24 Sulaiman bin al- Asy‟ath bin „Amru bin Amir al-Sijistani, Sunan Abu Daud, Beirut: Daar al-Fikr, 1994, Juz. 2, h. 39. Hadis Shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud. 50 orang khususnya seorang muslim haruslah peduli dan memperhatikan tetangganya, mengulurkan tangan untuk membantu mengatasi kesulitan hidup yang di hadapi tetangga, sehingga dengan demikian akan tercipta hubungan yang baik sesama tetangga, dan saling memahami hak-hak tetangganya. Rasulullah Saw telah memperinci beberapa hak tetangga atas tetangganya yang lain. Dalam sebuah riwayat dituturkan, bahwa Mu‟adz bin Jabal pernah berkata 25 : “Kami bertanya kepada Rasulullah Saw, „Wahai Rasulullah, apa hak tetangga itu?” Rasulullah Saw menjawab, “jika ia berhutang kepadamu, maka tolonglah ia, jika ia meminta bantuan, bantulah ia, jika ia membutuhkan sesuatu, berilah ia, jika ia sakit maka kunjungilah, jika ia mati maka uruslah jenazahnya, jika ia mendapatkan kebaikan bergembiralah dan ucapkanlah suka cita kepadanya, jika ia ditimpa musibah, turutlah bersedih dan berduka. Janganlah engkau menyakitinya dengan api periuk belangamu maksudnya jika anda memasak jangan sampai baunya tercium tetangga, kecuali engkau member sebagian kepadanya. Janganlah, engkau mempertinggi bangunan rumahmu, agar bisa melebihi rumahnya, dan menghalangi masuknya angin, kecuali atas izin darinya, jika engkau membeli buah-buahan, maka berikan sebagian buah itu kepadanya, jika engkau tidak mau memberinya, maka masukkan ia ke dalam rumahnya dengan sembunyi-sembunyi, dan janganlah anakmu keluar dengan membawa satu pun buah itu, sehingga anaknya menginginkannya. Apakah kalian memahami apa yang aku katakan kepada kalian, bahwa hak tetangga tidak akan pernah ditunaikan kecuali oleh sedikit orang yang dikasihi Allah?”.hadis hasan, tersebut dalam Tafsir al-Qurtubi surat Al- Nisa‟: 36 Hak tetangga harus dijunjung tinggi dan ditunaikan dengan kemampuan. Sebab, hak tetangga berarti kewajiban bagi tetangga yang lain. Riwayat di atas memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi para tetangga untuk senantiasa berbuat baik dan menunaikan hak-hak tetangganya. Sayangnya, sedikit sekali tetangga yang memahami hak tetangganya yang 25 Abdurrahman Al-Bahgdadi dan Syamsuddin Ramadhan Al-Nawi, Fikih Bertetangga, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005, cet ke-1, h. 63-64 51 lain. Akibatnya, banyak tetangga saling bermusuhan dan membenci, iri, dengki, dan hasud, gara-gara hak-haknya tidak ditunaikan. 26 Tatkala hak dan kewajiban tidak terpenuhi, pasti akan menyebabkan tindak penyimpangan dan kedzaliman. Untuk itu, tetangga yang baik adalah tetangga yang selalu menunaikan hak-hak tetangganya, serta tidak melanggar ataupun merampas hak-haknya. Jikalau tetangganya berusaha merampas haknya atau hendak mendzaliminya, ia berusaha untuk sabar dan menahan diri, sambil mengigatkan kekhilafannya. Sebagaimana contoh ini, “Pada waktu tinggal di kuffah, Abu Hanifah mempunyai seorang tetangga yang bernyanyi di sepanjang malam dan Abu Hanifah menjadi marah ketika mendengarnya, karena beliau ketika itu sedang mengajar atau mempersiapkan sesuatu untuk murid-muridnya. Pada suatu malam, polisi menangkap lelaki itu dan memasukkannya ke dalam penjara, karena dituduh membuat bising. Pada malam berikutnya, ketika tidak lagi mendengar suara tetangga itu, Abu Hanifah bertanya tentang sebab-sebabnya. Setelah mengetahui permasalahannya, beliau segera menghadap kepada Isa bin Musa, Gubenur Kufah untuk mengajukan aduan, “Tetangga saya telah ditangkap oleh polisi tuan, tadi malam. Setahu saya, dia adalah orang yang baik”. Maka Isa bin Musa pun mengeluarkan perintah agar menyerahkan kepada Abu Hanifah semua orang yang ditangkap semalam. Kemudian, mereka dibebaskan. Tetangga itu berkata kepada Abu Hanifah, “Tuan menyelamatkan saya, 26 Abdurrahman Al-Bahgdadi dan Syamsuddin Ramadhan Al-Nawi, Fikih Bertetangga, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005, cet ke-1, h. 64 52 sedangkan saya selama ini menganggu tuan”. Abu Hanifah menjawab, “Saya hanya memenuhi hak tetangga”. 27 27 Ahmad Shalaby, Kehidupan Sosial dalam pemikiran Islam. Penerjemah A. Ahmadi, dkk, Jakarta: Amzah, 2001, cet ke-1, h. 329. 53

BAB IV DATA ETIKA BERTETANGGA DI DESA NGADIPURWO