4 1.
Kelemahan atau ketidaktepatan standar yang ada 2.
Kurangnya kecakapan profesional dalam entitas pelaporan Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
membahasnya dalam skripsi yang berjudul “Perkembangan Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 24 Tahun 2005 menjadi Standar Akuntansi
Pemerintahan PP Nomor 71 Tahun 2010”.
1.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah sangat penting untuk mengarahkan uraian sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dan untuk memberikan kemungkinan penelitian
agar benar-benar berjalan lancar. Adapun permasalahan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Penelitian dan pengkajian hanya dilakukan pada PSAP 01 tentang
Penyajian Laporan Keuangan. 2.
Analisis perbedaan penyajian laporan keuangan hanya ditinjau dari komponen-komponen laporan keuangannya.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perbedaan SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 dengan SAP PP
Nomor 71 Tahun 2010?
5 2.
Bagaimana perkembangan SAP PP Nomor 71 Tahun 2010 sampai sekarang?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan PP Nomor 24 Tahun 2005 dengan PP Nomor
71 Tahun 2010. 2.
Untuk mengetahui perkembangan PP Nomor 71 Tahun 2010 terhadap sektor publik di Indonesia sekarang.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a.
Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan pemikiran mengenai perbedaan dan perkembangan PP Nomor 24
Tahun 2005 dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. b.
Bagi akademis, penelitian ini berguna untuk memperluas wawasan serta sudut pandang mengenai perbedaan dan perkembangan PP Nomor 24
Tahun 2005 dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. c.
Bagi peneliti lanjutan, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan panduan dalam penelitian-penelitian di masa yang
akan datang.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Menurut Joedono sebagaimana dikutip Halim dalam Ihyaul Ulum: 2004, istilah sektor publik lebih tertuju kepada sektor negara, usaha-usaha negara, dan
oraganisasi nirlaba negara. Sedangkan Abdullah dalam Ihyaul Ulum, 2004 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sektor publik adalah pemerintah dan
unit-unit organisasinya, yaitu unit-unit yang dikelola pemerintah dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan masyarakat seperti kesehatan,
pendidikan dan keamanan. Dengan demikian, cukup beralasan bahwa istilah sektor publik dapat berkonotasi perpajakan, birokrasi, atau pemerintah.
Selanjutnya, adalah lebih mudah jika istilah sektor publik dilawankan dengan istilah sektor privatswastabisnis. Hal ini mempermudah dalam memahami istilah
sektor publik dari perspektif kepemilikan ownership, pengendalian control, akuntabilitas accountability, dan lain-lain.
Jones dan Pendlebury dalam Ihyaul Ulum, 2004 mengemukakan bahwa sektor publik dapat dipahami lebih jelas bila dihubungkan dengan istilah akuntan
publik. Di Amerika Serikat istilah ini adalah untuk akuntan swasta yang berpraktek untuk masyarakat, sedangkan di Inggris Eropa istilah tersebut adalah
untuk akuntan yang bekerja di organisasi pemerintah. Dengan demikian, istilah
7 sektor publik yang umum dipahami adalah akuntansi untuk organisasi
pemerintahan. Istilah “sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam-
macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu ekonomi, politik, hukum, dan sosial memiliki cara
pandang dan definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan
dengan usaha untuk menghasilkan barang dan palayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Dari berbagai buku Anglo Amerika, akuntansi sektor publik diartikan sebagai mekanisme akuntansi swasta yang diberlakukan dalam praktik-praktik
organisasi publik. Dari berbagai buku lama terbitan Eropa Barat, akuntansi sektor publik disebut akuntansi pemerintahan. Dan diberbagai kesempatan disebut juga
sebagai akuntansi keuangan publik. Berbagai perkembangan terakhir, sebagai dampak keberhasilan penerapan accrual base di Selandia Baru, pemahaman ini
telah berubah. Akuntansi sektor publik didefinisikan sebagai akuntansi dana masyarakat.
Akuntansi dana masyarakat dapat diartikan sebagai: ‘.. mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat’ menurut Bastian dalam Indra Bastian, 2001
Dari definisi diatas perlu diartikan dana masyarakat sebagai dana yang dimiliki oleh masyarakat bukan individual, yang biasanya dikelola oleh organisasi-
8 organisasi sektor publik, dan juga pada proyek-proyek kerjasama sektor publik
dan swasta. Definisi dapat dikembangkan dengan melihat lebih jauh batasan penulis
tentang organisasi sektor publik di Indonesia: .... Lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di
bawahnya, pemerintahan daerah, BUMN, BUMD, LSM-LSM termasuk yayasan-yayasan sosial, menurut Bastian dalam Indra Bastian, 2001
Sehingga akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai: .... mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana mayarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN,
BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.
2.1.2 Tujuan Akuntansi Sektor Publik
American Accounting Association yang dikutip Glynn dalam Ihyaul Ulum, 2004 menyatakan bahwa tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik
adalah untuk: 1.
Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang
dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen management control.
9 2.
Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan
efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk
melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas accountability.
Akuntansi Sektor Publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi Sektor Publik
merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai menajemen maupun alat informasi bagi publik. Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam
proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.
2.1.3 Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Pemerintahan SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah,
yang terdiri atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat LKPP dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPD, dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan, serta peningkatan kualitas LKPP dan LKPD. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan PSAP, yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Selain itu, SAP juga dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan.
10 PSAP dapat dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan IPSAP atau Buletin Teknis SAP. IPSAP dan Buletin Teknis SAP disusun dan diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan KSAP
dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Rancangan IPSAP disampaikan kepada BPK paling lambat empat belas hari kerja
sebelum IPSAP diterbitkan. IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari salah tafsir pengguna PSAP. Sedangkan Buletin
Teknis SAP dimaksudkan untuk mengatasi masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara teknis penerapan PSAP atau IPSAP.
2.1.4 Latar Belakang terbitnya PP SAP
Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada, namun baru pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi
di sector komersil yang dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh IAI 1994, kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali
menguat. Oleh karena itu Badan Akuntansi Keuangan Negara BAKUN, Departemen Keuangan mulai mengembangkan standar akuntansi.
Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya adalah PP
1052000 yang secara eksplisit menyebutkan perlunya standar akuntansi pemerintahan dalam pertanggungjawaban keuangan daerah. Tahun 2002 Menteri
Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah
11 yang bertugas menyusun konsep standar akuntansi pemerintah pusat dan daerah
yang tertuang dalam KMK 308KMK.0122002. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan
bahwa laporan pertanggungjawaban APBNAPBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut disusun oleh
suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan
Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan,
bahkan mengamanatkan pembentukan komite yang bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan presiden. Dalam penyusunan standar
harus melalui langkah-langkah tertentu termasuk dengar pendapat hearing, dan meminta pertimbangan mengenai substansi kepada BPK sebelum ditetapkan
dalam peraturan pemerintah.
2.1.5 Proses Penyusunan SAP
Proses penyusunan Due Process yang digunakan ini adalah proses yang berlaku umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada
di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan
standar yang ditetapkan. Tahap-tahap penyiapan SAP adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
12 b.
Pembentukan Kelompok Kerja Pokja di dalam KSAP c.
Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja d.
Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja e.
Pembahasan Draf oleh Komite Kerja f.
Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan g.
Peluncuran Draf Publikasian SAP Exposure Draft h.
Dengar Pendapat Terbatas Limited Hearing dan Dengar Pendapat Publik Public Hearings
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j. Finalisasi Standar
2.1.6 Penjelasan PP Nomor 24 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat 2 yang menyatakan
bahwa akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan. Standar akuntansi pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalam rangka
penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBNAPBD berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Peraturan Pemerintah ini juga merupakan pelaksanaan pasal 184 ayat 1
dan 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
13 yang menyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun dan
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
2.1.7 Penjelasan PP Nomor 71 Tahun 2010
SAP tercantum dalam dua lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yaitu:
- SAP Berbasis Akrual
Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis
akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBNAPBD.
SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010. Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan due process. Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam
Lampiran III Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Yang membedakan antara Laporan Keuangan Perusahaan dengan Laporan Keuangan Pemerintahan
14 adalah terletak pada jenis bidang usaha yaitu pelayanan publik serta nomor
rekening perkiraan yang digunakan. -
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari
penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan,
belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis
Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual
secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan
memperhatikan urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
Sebelumnya, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual digunakan dalam SAP berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan
15 dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat lima tahun. Karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 digantikan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010.
2.1.8 Pengaruh IPSAS terhadap SAP
IPSASB bagian dari Internasional Federasi Akuntan IFAC, bertanggung jawab untuk mengeluarkan IPSAS. Saat ini ada 20 dua puluh IPSAS yang
berlaku untuk akuntansi berbasis akrual, dan satu IPSAS yang berlaku untuk akuntansi berbasis kas. Salah satu dari standar tersebut mengatur mengenai
penyajian laporan keuangan, efek dari perubahan valuta asing tarif, instrumen keuangan, kewajiban kontinjensi, dan pelaporan segmen informasi keuangan.
IPSAS dirancang untuk memfasilitasi pemerintah menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi dan dapat dibandingkan secara internasional.
IPSAS 1 tentang penyajian laporan keuangan, menetapkan pertimbangan keseluruhan penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan
tersebut dan persyaratan minimum untuk konten mereka di bawah dasar akrual. IPSAS yang kini dalam masa revisi, dimana revisi IPSAS 1 sangat penting bagi
sektor publik di Indonesia. Revisi tersebut akan mengikat dalam penyajian laporan keuangan sektor publik di Indonesia jika nanti disahkan menjadi standar
meskipun tetap diperhatikan karakteristik Indonesia. Oleh karena itu, agar IPSAS mengakomodasi kepentingan kita maka perlu diberi masukan lewat komentar atas
ED yang diterbitkan oleh IPSASB. Pemberian masukan ini juga dimaksudkan
16 untuk menampilkan pemikiran-pemikiran dari Indonesia di forum internasional
dalam bidang akuntansi khususnya sektor publik. Dalam kenyataannya, masih terdapat beberapa kesenjangan dalam standar
akuntansi berbasis akrual sektor publik internasional mengenai pengakuan dan pengukuran transaksi keuangan, peristiwa, dan saldo. Kesenjangan ini juga
termasuk dalam pengakuan pendapatan non-pertukaran misalnya, pajak dan transfer, akuntansi untuk kebijakan sosial pemerintah, aset warisan, dan PPP.
Dokumen penengah telah dibahas oleh IPSASB untuk mengatasi masalah kesenjangan ini dalam bentuk draft. Oleh karena hal tersebut, untuk sementara,
Pemerintah harus merumuskan standar dan pedoman mereka sendiri sampai standar internasional yang relevan diselesaikan.
2.1.9 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, dalam buku Analisis Laporan Keuangan 2002:63, Laporan Keuangan adalah laporan yang diharapkan
bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang
lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan. Menurut Sofyan S. Harahap, dalam buku Analisa Kritis Atas Laporan
Keuangan 2006:105, laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka
waktu tertentu.
17
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia IAI 2007, hal 7 : ” Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang disajikan dalam berbagai cara
misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.” Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk: a.
Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh
mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca Balance Sheet.
b. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui
laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal
dengan nama Laporan Laba Rugi Income Statement. c.
Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh
mengenai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas Statement of Owners
Equity atau Statement of Stockholders Equity.
18
d. Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.
2.1.10 Tujuan Laporan Keuangan
Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai “alat pengujian” dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi
untuk selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas posisi
keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Melalui
laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai,
bebanbeban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia IAI 2007, hal 3 tujuan dari laporan keuangan adalah:
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
19 b.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari berbagai kejadian di masa yang lalu historis, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.
c. Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh
manajemen stewardship atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin
melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu
perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.
2.1.11 Pengertian Akuntabilitas
Pengertian akuntabilitas jika dilihat dari aspek manajemen pemerintah adalah sebagai berikut:
- Akuntabilitas, menurut Tokyo Declaration of Guidelines on Public
Accountability dalam Ismail Mohammad, 2004 adalah kewajiban- kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang dipercayakan untuk
mengelola sumber-sumber daya publik serta yang berkaitan dengan itu,
20 guna menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal,
manajerial, dan program atau kegiatan. -
Akuntabilitas menurut Tim Study Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-BPKP, adalah perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban secara priodik. Jadi, suatu entitas atau organisasi yang accountable adalah entitas yang
mampu menyajikan informasi secara terbuka mengenai keputusan-keputusan yang telah diambil selama beroperasinya entitas tersebut, memungkinkan pihak luar
misalnya legislatif, auditor, atau masyarakat secara luas mereview informasi tersebut, serta bila dibutuhkan harus ada kesediaan untuk mengambil tindakan
korektif. Dengan demikian penggunaan istilah akuntabilitas publik mengandung makna yang jelas bahwa hasil-hasil operasi termasuk di dalamnya keputusan-
keputusan dan kebijakan yang diambildianut oleh suatu entitas harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan kepada publik masyarakat dan
masyarakat harus pada posisi untuk dapat mengakses informasi tersebut. Menurut Ismail Mohammad 2004 Akuntabilitas sektor publik terkait erat
dengan kinerja sektor publik dengan fokus tidak hanya pada kepatuhan peraturan perundang-undangan tetapi lebih pada bagaimana mencapai outcomes dengan
efisien dan efektif. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa “accountability is not just about the right thing but doing it well”.
21 Mengingat tugas utama sektor publik adalah menyelenggarakan pelayanan
prima bagi publikmasyarakat, maka pada dasarnya, akuntabilitas publik berarti pertanggungjawaban aparatur pemerintah kepada publik sebagai pemberi
mandatamanah dan sebagai konsumen pelayanannya. Dalam kaitan ini, Samuel Paul dalam Ismail Mohammad, 2004 melihatnya dalam hubungan terhadap
spektrum pendekatan mekanisme dan praktek-praktek yang digunakan oleh pihak- pihak yang berkepentingan stakeholders dengan palayanan publik untuk
menjamin terwujudnya suatu tingkat kinerja yang diinginkan. Efektivitas akuntabilitas publik dalam situasi ini akan banyak tergantung kepada apakah
pengaruh dari pihak-pihak yang berkepentingan direfleksikan dalam sistem monitoring dan insentif dari pelayanan publik. Pihak-pihak yang berkepentingan
tersebut meliputi: Pertama, terdiri dari publik dan konsumen pelayanan yakni pihak yang tertarik dengan penyajian pelayanan yang paling menguntungkan
mereka. Kedua, terdiri dari pemimpin dan pengawas penyaji pelayanan publik, yang merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelayanan. Ketiga,
terdiri dari penyaji pelayanan itu sendiri dengan tujuan dan keinginan yang seringkali berbeda dengan pihak pertama dan kedua diatas. Dengan demikian,
secara absolut akuntabilitas memvisualisasikan suatu ketaatan kepada peraturan dan prosedur yang berlaku, kemampuan untuk melakukan evaluasi kinerja,
keterbukaan dalam pembuatan keputusan, mengacu pada jadwal yang telah ditetapkan dan menerapkan efisiensi dan efektivitas biaya pelaksanaan tugas-
tugasnya.
22 Selanjutnya, akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan
kontrol terutama dalam pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pencapaian hasil serta cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua itu. Pengendalian kontrol sebagai bagian penting dalam manajemen yang baik
adalah hal yang saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengendalian tidak dapat berjalan dengan efisien dan efektif bila
tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik, demikian juga sebaliknya.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini peneliti berpedoman pada tinjauan teoritis, jurnal-jurnal nasional dan jurnal-jurnal internasional yang berhubungan
dengan Perkembangan dan Perbedaan PP Nomor 24 Tahun 2005 dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. Adapun jurnal-jurnal yang menjadi pedoman dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti dan
Tahun Penelitian Judul
Penelitian Kata Kunci
Hasil Penelitian
1 Geoffrey Tickell
2010 Cash To
Accrual Accounting:
One Nation’s Dilemma
Government accounting,
Accrual accounting,
Fiji Dengan
kesulitan- kesulitan ini
diharapkan , diantisipasi
bahwa , untuk bangsa ini ,
akan
23 memakan
waktu bertahun-
tahun untuk migrasi penuh
dari kas ke akuntansi
akrual menjadi
lengkap .
2 James L. Chan, Qi
Zhang 2012 Government
Accounting Standards And
Policies Goverment
accounting, accrual
accounting, policies.
Akuntansi kas tidak mampu
menangkap hasil dari
kedua kegiatan
pinjaman eksplisit.
Akuntansi akrual adalah
fitur penting dari ekonomi.
3 Abdul Khan, Stephen
Mayes 2009 Transition to
Accrual Accounting
government accounting,
accrual accounting,
cash accounting,
GFSM 2001,
government financial
reporting, IPSASB,
accounting standards,
budget classification,
chart of accounts,
accrual budgeting
Pengalaman internasional
juga menunjukkan
bahwa pelaksanaan
akuntansi akrual adalah
reformasi utama yang
membutuhkan dukungan
politik yang kuat , harus
dipertahankan selama
beberapa tahun , dan
melibatkan investasi yang
signifikan dari sumber daya
manusia dan
24 keuangan .
4 Bento Rodrigo Pereira
Monteiro, Ricardo Corrêa Gomes 2013
International Experiences
with Accrual Budgeting in
the Public Sector
Public budgeting.
Accrual basis. Fiscal policy
Basis akrual
untuk pendapatan
anggaran dan pengeluaran
adalah proses yang dimulai
sekitar dua puluh tahun
lalu , namun penganggaran
akrual tetap menjadi topik
asing di Brasil meskipun
fakta bahwa pendekatan
akrual telah digunakan
dalam akuntansi
5 Lisa R. Parker, David
R. Bean 2012 International
Public Sector Accounting
Standards Board Aims
To Enhance International
Accountability Through
Reporting Service
Performance Information
service performance
information; accountability;
decision- making;
users; objective;
inputs; outputs;
outcomes; efficiency
indicators; effectiveness
indicators. posisi dari
IPSASB dan GASB dapat
ditentukan hanya setelah
proses musyawarah
yang jelas.
6 Darwanis, Sephi
Chairunnisa 2013 Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah Application of
Regional Financial
Accounting, Control of
financial statement
quality, Budget target
Penerapan akuntansi
keuangan daerah,
pengawasan kualitas
laporan keuangan dan
kejelasan
25 Clarity ,
Performance Accountability
sasaran anggaran
berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.
7 Bambang Pamungkas
2012 Pengaruh
Penerapan Akuntansi
Sektor Publik Dan
Pengawasan Terhadap
Kualitas Laporan
Keuangan Dan
Implikasinya Terhadap
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah
Public Sector Financial
Accounting, Quality of
Goverment Financial
Reporting. Penerapan
akuntansi keuangan
sektor publik, pengawasan
dan kualitas laporan
keuangan pemerintah
berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah
baik secara parsial
maupun simultan.
2.3 Kerangka Konseptual