Latar Belakang Masalah Perkembangan Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 24 Tahun 2005 Menjadi Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 71 Tahun 2010

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan milik negaradaerah, dan berbagai organisasi publik lainnya dibandingkan dengan pada masa-masa sebelumnya. Organisasi publik ini didirikan dengan aktivitas dan tujuan untuk memberikan jasalayanan kepada publik, dan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan. Menurut Stanbury dalam Mardiasmo: 2003 Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik, yaitu laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk 2 menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dalam menghadapi fenomena sektor publik tersebut, pemerintah dituntut supaya memiliki Standar Akuntansi Pemerintahan yang tepat. International Public Sector Accounting Standard IPSAS yang menjadi acuan dalam bidang sektor publik mempengaruhi penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan. Tuntutan negara pendonor untuk menekan Indonesia agar mengadopsi IPSAS nampaknya akan semakin tinggi. IPSAS, mau tidak mau, suka atau tidak suka harus menjadi standar akuntansi pemerintah yang akan diadopsi oleh Pemerintah Indonesia di masa depan. Menurut hemat penulis sebetulnya tidak akan masalah dari awal jika Pemerintah Indonesia langsung mengadopsi IPSAS. Namun kenyataan yang terjadi pemerintah Indonesia memilih mengembangkan sendiri standarnya sesuai dengan pengalaman para penyelenggara akuntansi pemerintahan di Indonesia. Akibat dari pengembangan sendiri standar akuntansi pemerintahan, maka di Indonesia terjadi perubahan yang tidak signifikan dari basis yang istilahnya dinamakan dengan cash toward accrual basis kas menuju akrual menjadi basis akrual. Sejarah akuntansi pemerintahan di Indonesia, dimulai dengan diwajibkannya pemerintah Indonesia agar memiliki Standar Akuntansi Pemerintahan dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam pasal 32 ayat 2 yang berbunyi sebagai berikut: “Standar akuntansi pemerintahan sebagaimana di maksud dalam ayat 1 disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu 3 mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.” Pertama kalinya pemerintah Indonesia memiliki Standar dengan ditetapkannya PP No. 24 Tahun 2005. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 lima tahun. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti. Yang kemudian diubah dengan PP No. 71 Tahun 2010. Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010, penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah dapat menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 empat tahun setelah Tahun Anggaran 2010. Dengan ditetapkannya PP 71 Tahun 2010 tentang SAP ini maka PP 24 Tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku lagi. Namun meski sudah dinyatakan berlaku secara substansial PP 24 Tahun 2005 masih dilaksanakan dalam rangka proses transisi penyusunan laporan keuangan berbasis Kas Menuju Akrual kepada penyusunan laporan keuangan berbasis akrual. Sehubungan dengan ini, akuntabilitas laporan keuangan akan tercapai jika pelaksanaan pelaporan keuangan pemerintah menggunakan standar yang tepat. Ketidakterpenuhinya tuntutan akuntabilitas dalam sektor publik disebabkan oleh: 4 1. Kelemahan atau ketidaktepatan standar yang ada 2. Kurangnya kecakapan profesional dalam entitas pelaporan Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahasnya dalam skripsi yang berjudul “Perkembangan Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 24 Tahun 2005 menjadi Standar Akuntansi Pemerintahan PP Nomor 71 Tahun 2010”.

1.2 Pembatasan Masalah