Meskipun begitu ada juga beberapa data yang mempunyai banyak diagnosa keperawatan adalah „tekanan darah‟ yang ditemukan dalam diagnosa keperawatan „
Activity Intolerance
’, „
Anxiety
„ , ‘Decreased Cardiac Output ‘, ‘Fear, ‘Deficient Fluid Volume’,’ Excess Fluid Volume’, ‘Acute pain ‘, ‘ineffective Tissue Perfusion ‘ dan ‘dysfunctional
Ventilator Weaning Response
„ Herdman, 2012. Kenyataan ini menunjukan adanya diagnosa banding yang perlu dicermati oleh perawat meskipun hanya dengan satu tanda dan
gejala saja. Dalam proses „Diagnostic Reasoning’ dalam keperawatan, mengidentifikasi kemungkinan diagnosa
Possible diagnoses
merupakan bagian penting dari proses „Diagnostic Reasoning’ Westfall, 1986. Informasi mengenai kemungkinan apa diagnosa
keperawatan dan masalah kolaborasinya perlu di sadari oleh perawat sehingga akan memunculkan proses berpikir lebih lanjut untuk dapat mengkonfirmasi berbagai
kemungkinan diagnosa tersebut melalui pengkajian fokus.
2.1.4 Diagnosa Kolaborasi
Diagnosa kolaborasi merupakan suatu masalah keperawatan dimana perawat perlu membuat suatu keputusan klinik yang akurat dan tepat terkait dengan perubahan
patofisiologis pada status kesehatan klien. Telah diketahui bahwa tanda dan gejala yang didapatkan dalam pengkajian dapat menjadi milik diagnosa keperawatan atau kolaboratif.
Tetapi pada kenyataannya ini tampak tidak terlalu diperhatikan dalam pros es „
diagnostic reasoning
‟. Referensi yang ada biasanya juga memisahkan dua hal ini, contohnya Carpenito 2006 Carpenito , 2008 adalah referensi yang membedakan diagnosa keperawatan dan
diagnosa kolaborasi dalam dua topik yang berbeda. Kenyataan pembagian data tersebut sangat penting sekali diketahui perawat. Salah satu contoh kegunaan pengetahuan ini adalah
apabila perawat tahu data mana saja yang hanya akan memunculkan diagnosa potensial komplikasi, maka perawat perlu menyampaikan data ini pada dokter sebagai petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan professional yang ikut berkepentingan terhadap data ini. Hal ini dikarenakan diagnosa potensial komplikasi merupakan‟
grey area
„ dimana perawat bersentuhan dengan medis. Tim medis akan melihat seorang perawat cakap apabila perawat mampu dalam hal
diagnosa potensial komplikasi. Tentunya ini berbeda dengan diagnosa keperawatan yang betul-betul milik perawat dan intervensinya pun mandiri oleh perawat. Diagnosa kolaborasi
dapat berlangsung secara optimal, jika semua anggota profesi mempunyai keinginan untuk bekerjasama. Perawat dan dokter saling bekerja sama dan saling ketergantungan antara satu
dengan yang lain, di mana perawat dan dokter berkontribusi dalam perawatan individu, keluarga dan masyarakat. Perawat sendiri merupakan sebagai anggota yang membawa
perspektif dalam tim inter disiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Inti dari suatu
hubungan kolaborasi yaitu adanya perasaan saling ketergantungan
interdefensasi
untuk kerjasama dan bekerjasama. Bekerjasama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi
kolaborasi yang baik. Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau target yang telah di tentukan dapat tercapai Carpenito, 2006.
Didalam diagnosa keperawatan kolaborasi yang perlu di perhatikan yaitu tanggung jawab dari keperawatan, mulai dari mendiagnosa, mengintervensi serta meperhatikan
kemajuan yang dialami oleh klien. Dalam hal ini perawat tidak sendiri, melainkan melakukan
kolaborasi dengan dokter dan praktisi kesehatan lainnya untuk memantau kestabilan fisiologis dari klien, kemudian untuk melihat perlu atau tidaknya dilakukan
tindakan Carpenito, 1983.
2.1.5 Penegakkan diagnosa keperawatan