Prosedur Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Melakukan Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI ( PKLM )

PROSEDUR RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN EKSPOR BARANG

KENA PAJAK BERWUJUD DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN

O L E H

NAMA : ABDUL HADI RIZKI PRADANA NIM : 082600097

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menamatkan Studi pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan

Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang merupakan salah satu

syarat untuk menamatkan studi pada Program Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara dengan Judul ” Prosedur Restitusi Pajak Pertambahan Nilai Bagi

Pengusaha Kena Pajak Yang Melakukan Ekspor Barang Kena Pajak

Berwujud Di Kantor Pelayanan Pratama Medan Belawan.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari dengan sepenuhnya

bahwa laporan ini masih belum sempurna. Ini disebabkan karena

terbatasnya kemampuan dan kurangnya pengalaman dari penulis, sehingga

dengan besar hati penulis akan menerima segala kritikan dan saran yang

sifatnya membangun dan dapat memacu juga memotivasi kepada penulis

sehingga dapat membuat sesuatu yang lebih baik lagi dimasa yang akan

datang.

Laporan yang penulis buat ini adalah berdasarkan Praktek Kerja

Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Belawan yang tidak terlepas dari adanya dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, baik itu bantuan yang bersifat moril maupun materiil


(3)

laporan ini. Maka melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Patar N.M.P Hutabarat SE selaku dosen pembimbing dalam penulisan Laporan PKLM dan juga selama perkuliahan yang telah

bersedia meluangkan waktu dan memberikan masukan berupan saran,

arahan, dan bimbingan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan

laporan ini.

4. Bapak Delvi Azraaf, S.E. M.P.M., selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

5. Bapak Joseph Sinaga S.I.P selaku Kepala Sub. Bagian Umum KPP Pratama Medan Belawan.

6. Teristimewa untuk kedua Orangtuaku (Alm) Dr. Muhammad Syafi’i dan Ibunda tercinta Dr. TUTY IRAWATY yang terkasih dan tersayang yang

telah membesarkan, mengasuh, mendidik, mendoakan serta memberikan

cinta dan kasih sayang yang tiada duanya dan selalu inginkan yang


(4)

7. Buat Seluruh dosen dan pegawai Program Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

8. Buat Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si dan Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku mantan Ketua dan Sekretaris Program Studi Diploma

III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

9. Buat pegawai-pegawai KPP Pratama Medan Belawan Bang Candra, Bang Edwin, Bang Bobby makasih datanya bang.

10. Buat seluruh keluarga besar penulis atas support dan bantuan yang diberikan dala mengerjakan Laporan PKLM ini.

11. Buat kawan-kawan seperjuanganku sehari-hari di IMPROSAJA Periode 2010-2011 Rinal, Aulia, Dika, Putri, Ayu, Zia, Lily, Yuni yang telah

banyak meluangkan waktu, pikiran dan semua yang bisa kita beri untuk

IMPROSAJA, makasi juga semua pengurus-pengurus semuanya pasti

kangen masa itu kita nanti.

12. Buat kawan-kawan TAX B 2008 Kiki, Hera, Dini, Deni, Wanda, Dina, Tina, Baluat, Fahmi dan semuanya yang gak tertulis yang sama-sama

menjalani perkuliahan dan banyak buat pengalaman bersama.

13. Buat abang dan kakak alumni semuanya Bang Denan, Bang Gelek, Bang Togil, Bang Iwan, Bang Izal, Bang Agung, Bang Heru, Bang Cebonk,

Kak fitrah makasih atas bantuan, bimbingan dan semuanya, bisa banyak


(5)

14. Buat Adek Asuhku Reza dan Nazmi yang gaul geelak semoga sukses kedepannya, buat yang so amazing ya za. Gak maen la kalo gak.

15. Buat semua kawan-kawan stambuk 2009 dan 2010 yang juga memberikan support.

Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang

telah memberikan bantuan kepada penulis. Menyadari bahwa masih

banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Laporan Praktik Kerja

Lapangan Mandiri ini. Untuk itu penulis memohon maaf yang

sebanyak-banyak atas segala kesalahan atau kekurangan yang terjadi. Penulis

berharap semoga tugas akhir ini dapat bermafaat bagi penulis sendiri

maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Medan, Juli 2011


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... .v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

a. Bagi Mahasiswa ... 4

b. Bagi Universitas ... 5

c. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan ... 5

C. Uraian Teoritis ... 6

1. Pengertian Pajak ... 6

2. Pajak Pertambahan Nilai... 6

3. Legal Karakter PPN ... 6

4. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ... 10

5. Sebab-sebab terjadi Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ... 10

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 12

F. Metode Pengumpulan Data ... 13 G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 14


(7)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA

LAPANGAN MANDIRI ... 16

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan ... 16

B. Suktur Organisasi KPP Pratama Medan Belawan ... 19

C. Deskripsi dan Aktifitas Kerja KPP Pratama Medan Belawan ... 22

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK ... 29

A. Ketentuan ... 29

B. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai ... 29

1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai ... 29

2. Objek Pajak Pertambahan Nilai ... 32

C. Dasar Pengenaan Pajak dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai... 34

1. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)... 29

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai ... 32

D. Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengembalian Pajak Pertambahan Nilai ... 37

1. Tata Cara Pengajuan Permohonan Restitusi ... 37

2. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai ... 42

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 51

A. Prosedur Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ... 51

B. Masalah Yang Sering Dihadapi Dalam Pelaksanaan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ... 56


(8)

A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang

sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan pembangunan dan

kelangsungan jalannya roda pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil.

Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

membiayai rumah tangga negara dan aktivitas pembangunan dapat

diwujudkan secara nyata.

Untuk melaksanakan sistem perpajakan di Indonesia tidaklah

mudah. Masyarakat di Indonesia harus mengerti pajak dan cara-cara

perhitungannya, agar tidak terjadi penyimpangan dan kesalahan dalam

perhitungan maupun pembayaran pajak, oleh karena itu pemerintah

mengeluarkan peraturan berupa undang-undang perpajakan.

Undang-undang tersebut mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

pajak, baik mengenai subjek dan objek pajak, maupun tata cara

perhitungan pajak.

Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah “self

assessment system”, dimana sistem ini memberikan kepercayaan dan

tanggung jawab yang lebih besar untuk menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.


(10)

pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemenuhan

kewajiban wajib pajak.

Seiring dengan begitu pesatnya perkembangan ekonomi di bidang

industri, perdagangan, dan jasa di tanah air, hal ini dapat dijadikan potensi

dari Pajak Pertambahan Nilai yang dapat digali dan diolah sehingga dapat

lebih meningkatkan penerimaan dan pendapatan negara. Dalam Praktik

Pajak Pertambahan Nilai ternyata masih ada kendala yang dihadapi seperti

banyak wajib pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengetahui

hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan. Masih banyak Pengusaha

Kena Pajak yang tidak mengetahui prosedur pengajuan restitusi Pajak

Pertambahan Nilai. Seperti kita ketahui dalam praktik Pajak Pertambahan

Nilai apabila pajak masukan yang dibayarkan lebih besar daripada pajak

keluaran maka wajib pajak telah melakukan kelebihan pembayaran pajak

sehingga wajib pajak mempunyai hak untuk meminta pengembalian dari

kelebihan pembayaran pajak yang telah dibayarkan tersebut.

Di dalam proses pengajuan restitusi sering terjadi adanya

perbedaan interpretasi peraturan antara wajib pajak dengan petugas pajak

yang sering menghambat proses restitusi dan berpotensi merugikan WP

maupun negara. Hambatan yang terjadi berdasarkan uraian di atas sering

menimbulkan anggapan seperti sulitnya Pengusaha Kena Pajak

memperoleh pengembalian kelebihan pembayaran (restitusi) Pajak


(11)

mungkin saja dapat menurunkan minat dan kesadaran serta kepedulian

wajib pajak dalam mematuhi kewajiban perpajakannya.

Melihat permasalahan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk

mengetahui lebih jauh mengenai permasalahan tentang proses restitusi

Pajak Pertambahan Nilai yang dituangkan kedalam sebuah judul laporan

yaitu: “PROSEDUR RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN EKSPOR

BARANG KENA PAJAK BERWUJUD DI KANTOR PELAYANAN

PAJAK PRATAMA MEDAN BELAWAN”.

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu persyaratan

yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk dapat menyelesaikan

studi di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

a. Untuk mengetahui Prosedur pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena

Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

b. Untuk mengetahui data lapangan mengenai Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.


(12)

c. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam proses Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Manfaat dari Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :

a. Bagi Mahasiswa

1. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.

2. Untuk mempraktikkan dan menerapkan ilmu pengetahuan serta mengaplikasikannya kedalam kehidupan nyata yang telah

diperoleh selama masa perkuliahan.

3. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman

yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri.

b. Bagi Universitas

1. Membuka interaksi antara Mahasiswa, Dosen, dan Instansi pemerintah.

2. Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Universitas dengan Instansi Pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Belawan.

3. Mendapatkan masukan berupa ide, saran dan gagasan untuk penyempurnaan kurikulum Program Studi Diploma III


(13)

Administrasi Perpajakan sehingga mampu mencapai standar

mutu pendidikan yang lebih baik.

c. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

1. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan masalah yang berhubungan dengan restitusi Pajak Pertambahan Nilai.

2. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan dalam hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat

wajib pajak melalui mahasiswa peserta PKLM yang setelah

menyelesaikan studi akan mengaplikasikan ilmu perpajakan

yang dipelajarinya kepada masyarakat.

3. Adanya Praktik Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mahasiswa dapat memberikan sumbangsihnya terhadap instansi berupa

masukan-masukan yang bersifat membangun.

C. Uraian Teoritis

Sebelum memasuki pembahasan mengenai Prosedur Restitusi

Pajak Pertambahan Nilai Bagi Pengusaha Kena Pajak yang Melakukan

Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud ada baiknya terlebih dahulu kita

membahas mengenai pengertian prosedur yang menurut kamus besar

bahasa Indonesia adalah tahap-tahap suatu kegiatan untuk menyelesaikan

suatu aktivitas atau masalah.

1. Pengertian Pajak

Definisi Pajak menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro,S.H. dalam


(14)

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut

kemudian disempurnakan menjadi :

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas

Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan

untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai

public investment.

Sedangkan definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah

kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau

Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Musgrave dalam Rusjdi (2004:01-1) Pajak Pertambahan

Nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value

added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi di setiap jalur

perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan

memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para

konsumen.

3. Legal Karakter PPN


(15)

Pengertian PPN ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis

pajak yang menempatkan kedudukan pemikul beban pajak dengan

kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas Negara

pada pihak yang berbeda. Apabila penjual atau pengusaha jasa

tidak memungut PPN dari pembeli atau penerima jasa, sepenuhnya

menjadi tanggung jawab penjual atau pengusaha jasa, bukan

tanggung jawab pembeli atau penerima jasa. Demikian pula

apabila pembeli atau penerima jasa sudah membayar PPN kepada

penjual atau pengusaha jasa sepenuhnya menjadi penanggung

jawab penjual atau pengusaha jasa.

b. PPN adalah Pajak Objektif

Sebagai pajak objektif mengandung pengertian bahwa timbulnya

kewajiban pajak di bidang PPN sangat ditentukan oleh adanya

objek pajak. Karakter PPN sebagai pajak objektif menimbulkan

dampak regresif dengan tidak mempertimbangkan kondisi subjek

pajak. Regresivitas PPN mengandung pengertian, semakin tinggi

kemampuan konsumen semakin ringan beban pajak yang dipikul.

Sebaliknya semakin rendah kemampuan konsumen semakin berat

beban pajak yang dipikul.

c. PPN bersifat Multi Stage Levy

PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur

distribusi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.


(16)

Ketika perusahaan industri benang menyerahkan benang kepada

perusahaan tekstil, dikenakan PPN. Oleh perusahaan tekstil,

benang diproses menjadi tekstil. Atas penyerahan tekstil kepada

perusahaan garmen dikenakan PPN.

d. Perhitungan PPN terutang untuk dibayarkan ke kas Negara Menggunakan Indirect Subtraction Method (metode Pengurangan

tidak langsung)

Indirect Subtraction Method adalah metode penghitungan PPN

yang akan disetor ke kas Negara merupakan hasil perhitungan

selisih antara pajak masukan dengan pajak keluaran. Untuk

mendeteksi kebenaran jumlah pajak masukan dengan pajak

keluaran dibutuhkan suatu dokumen yaitu faktur pajak.

e. PPN bersifat Non Kumulatif

PPN yang “multi stage levy” namun bersifat non kumulatif yaitu

tidak menimbulkan pajak berganda, PPN yang dikenakan hanya

atas nilai tambah dan PPN yang dibayarkan dapat diperhitungkan

dengan PPN yang dipungut.

f. PPN Indonesia menganut tarif tunggal

PPN Indonesia menganut tarif tunggal yaitu 10% . Sisi negatif tarif

tunggal adalah mempertajam regresivitas PPN. Sisi positif tarif

tunggal adalah sederhana dalam pelaksanaan maupun pengawasan.


(17)

mengenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) atas

penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah.

g. PPN adalah Pajak atas Konsumsi dalam Negeri

Maksudnya PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang

dikonsumsi di dalam daerah Pabean Republik Indonesia. Ini sesuai

dengan destination principle (prinsip tempat tujuan) yang

digunakan dalam pengenaan PPN yaitu dikenakan di tempat tujuan

barang atau jasa akan dikonsumsi. Sehingga PPN dapat

menunjukkan netralitasnya di perdagangan Internasional.

h. PPN yang diterapkan di Indonesia adalah PPN tipe konsumsi (Consumption Type VAT)

Dilihat dari perlakuan terhadap barang modal, termasuk tipe

konsumsi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan

barang modal dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak. Pajak

masukan atas perolehan barang modal dapat dikreditkan dengan

pajak keluaran sehingga barang modal hanya dikenakan PPN

hanya satu kali.

Dengan legal karakter PPN tersebut diatas, PPN mampu

merealisasikan dirinya netral dalam dunia perdagangan baik

domestik maupun internasional sehingga PPN tidak mempengaruhi

kompetisi dalam dunia bisnis. Karena yang dapat dikonsumsi


(18)

perlakuan yang sama terhadap konsumsi barang maupun jasa yaitu

kedua-duanya dikenakan PPN.

4. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

Restitusi adalah perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya

terutang dengan jumlah kredit pajak yang menunjukan jumlah selisih lebih

(jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang), atau telah

dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang. Wajib pajak

berhak untuk meminta kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan

catatan wajib pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak.

Apabila kita membicarakan restitusi PPN maka kita perlu

mengetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya restitusi tersebut.

Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya

sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena

Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang

Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean dan/atau

pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor

Barang Kena Pajak.

Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang

wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena

Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau

ekspor Jasa Kena Pajak.


(19)

Kelebihan pembayaran PPN dapat terjadi karena :

a. Jumlah Pajak Masukan yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak keluaran yang dipungut dalam suatu masa pajak yang

disebabkan oleh :

- PKP melakukan pembelian/impor BKP atau JKP pada masa invetasi atau pada masa awal usaha dimulai.

- Ekspor Barang Kena Pajak oleh PKP.

- PKP menyerahkan BKP atau JKP kepada pemungut PPN. - PKP menyerahkan BKP atau JKP yng memperoleh fasilitas

“Pajak yang terutang tidak dipungut” atau lebih sering disebut

“PPN dn PPnBM tidak dipungut”.

b. Selain itu kemungkinan terjadi kelebihan pembayaran pajak bukan disebabkan pajak masukan lebih besar daripada pajak keluaran,

melainkan semata-mata disebabkan oleh kekeliruan pemungutan

pajak yang dilakukan Pengusaha Kena Pajak.

c. Pajak Masukan yang dapat diminta kembali

Pajak Masukan yang dapat diminta kembali adalah pajak masukan

untuk perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang

tercantum dalam faktur pajak standar yang tidak cacat dan yang

berhubungan langsung dengan kegiatan usaha melakukan

penyerahan kena pajak, yaitu :

- Kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang sepenuhnya dikenakan pajak.


(20)

- Kegiatan ekspor Barang Kena Pajak.

- Kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak kepada pemungut Pajak Pertambahan Nilai.

- Kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang memperoleh fasilitas pajak yang terutang (PPN atau

PPnBM) tidak dipungut.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Karena terbatasnya kemampuan penulis, dan agar tidak

menyimpang dari tujuan semula, maka penulis membatasi ruang lingkup

yang akan dibahas dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah:

1. Prosedur Restitusi Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.

2. Proses Pelaksanaan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai bagi Pengusaha Kena Pajak.

3. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan restitusi Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Belawan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun metode yang dipakai penulis adalah :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari


(21)

mengumpulkan bahan untuk melengkapi pembuatan proposal hingga

berkonsultasi dengan pihak dosen.

2. Studi Literatur

Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut

masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan

perundang-undangan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa

tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri.

3. Pengumpulan data

Dalam tahap ini penulis mengumpulkan data – data yang diperlukan

pada saat penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

4. Analisis Data dan evaluasi

Setelah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan, penulis

akan menganalisa dan mengevaluasi data–data tersebut secara

objektif, jelas dan sistematis.

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah

sebagai berikut:

1. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan

kepada pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk mendapatkan

data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan laporan Praktik


(22)

2. Data Observasi (Observation Guide)

Yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi Praktik

Kerja Lapangan Mandiri untuk melihat dan mengetahui berbagai

masalah yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (Optional)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang

berhubungan dengan objek yang dianggap sebagai bukti otentik yang

dianggap sah dalam melengkapi laporan Praktik Kerja Lapangan

Mandiri.

G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan Praktik

Kerja Lapangan Mandiri ini maka penulis membaginya ke dalam lima bab.

Adapun rincian dari tiap-tiap bab yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang

penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang

meliputi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat,uraian

teoritis, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan

Mandiri serta metode pengumpulan data, dan sistematika

penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA


(23)

Dalam bab ini penulis menguraikan gambaran umum lokasi

Praktik Kerja Lapangan, sejarah singkat, visi dan misi,serta

struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Belawan.

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA RESTITUSI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian pajak,

pengertian Pajak Pertambahan Nilai, subjek dan objek Pajak

Pertambahan Nilai, tarif dan dasar pengenaan pajak serta dasar

hukum restitusi Pajak Pertambahan Nilai.

BAB IV ANALISIS DATA DAN EVALUASI

Dalam bab ini akan berisi tentang analisa penulis dan

mengevaluasi data yang diperoleh mengenai restitusi Pajak

Pertambahan Nilai.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan-kesimpulan dari

uraian dalam bab-bab sebelumnya, serta saran-saran dari penulis

yang merupakan pemikiran yang diharapkan dapat bermanfaat


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor :

94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya

menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan dengan surat keputusan

Menteri Keuangan Nomor : 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan

dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei

2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Belawan yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak, Kantor

Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan

Penyidikan Pajak (Karikpa), yang akan melayani PPh, PPN, PBB,

BPHTB, serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan sebagai lembaga yang

memutuskan keberatan.

KPP Pratama adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak

yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Kantor Wilayah. KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan

penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak


(25)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya

dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai

DJP. Tetapi lebih jauh dapat memberikan dampak positif terhadap

percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada institusi

pemerintah secara keseluruhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah

mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap

kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

VISI

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Dalam rangka mensosialisasikan sasaran pencapaian penerimaan

pajak dalam tahun 2011, diperlukan sarana pendukung yang harus di

persiapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan secara lebih

handal. Beberapa sarana pendukung tersebut antara lain adalah

peningkatan etika dan moral aparat, penyempurnaan bank data,

penyusunan strategi yang tepat, peningkatan kerjasama dengan pihak


(26)

MISI FISKAL

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

EKONOMI

Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.

POLITIK

Mendukung proses demokratisasi bangsa.

KELEMBAGAAN

Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.


(27)

Adapun jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan

Belawan periode Juni 2011 berjumlah sebanyak 139.461 Wajib Pajak

(termasuk WP PBB), yang terdiri dari:

No Jenis Wajib Pajak Jumlah

1 Orang Pribadi

2 Badan

3 Bendaharawan

4 PBB

Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

terdiri dari 4 kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Medan Labuhan 2. Kecamatan Medan Marelan 3. Kecamatan Medan Deli 4. Kecamatan Medan Belawan

B. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan

Di setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi untuk

menggambarkan secara jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam

menjalankan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas

dapat diketahui posisi, tugas, dan wewenang setiap anggota. Tujuannya

adalah untuk pencapaian kerja dalam organisasi yang berdasarkan pada


(28)

Jenis struktur organisasi yang digunakan oleh KPP Pratama Medan

Belawan adalah menggunakan jenis struktur “line and staff organization”

atau gabungan dari jenis struktur organisasi garis dan organisasi

fungsional. Struktur organisasi KPP Pratama Medan Belawan berdasarkan

fungsi bukan jenis pajak.

KPP Pratama dipimpin oleh seorang Kepala Kantor sedangkan

setiap seksi dipimpin oleh kepala seksi/kepala sub.bagian umum dan

dibantu oleh Account Representative (AR) dan pelaksana. Adapun seksi/

sub bagian umum dan kelompok fungsional tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Perpajakan 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Pemeriksaan 5. Seksi Penagihan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11. Kelompok fungsional Pemeriksa Pajak dan Penilai PBB


(29)

Jumlah sumber daya manusia di lingkungan KPP Pratama Medan Belawan

berjumlah 82 orang yang terdiri dari pegawai sebanyak 82 orang termasuk

dengan kepala kantor dan pegawai honorer (petugas security yang dibiayai

dana DIPA) sebanyak 6 orang.

Adapun perincian jumlah pegawai adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan pegawai per seksi/bagian/kelompok

No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai

1 Kepala Kantor 1 Orang

2 Sub Bagian Umum 11 Orang

3 Pengolahan Data dan Informasi 9 Orang

4 Pelayanan 10 Orang

5 Penagihan 5 Orang

6 Pemeriksaan 2 Orang

7 Ekstensifikasi 4 Orang

8 Pengawasan dan Konsultasi I 6 Orang

9

Pengawasan dan Konsultasi II 7 Orang

10

Pengawasan dan Konsultasi III 6 Orang

11

Pengawasan dan Konsultasi IV 6 Orang

12 Fungsional Pemeriksa dan Penilai PBB 15 Orang


(30)

b. Berdasakan Jabatan

No Jabatan Jumlah

1 Kepala Kantor 1 Orang

2 Kepala Sub Bagian Umum 1 Orang

3 Kepala Seksi 9 orang

4 Account Representative 17 orang

5 Fungsional Pemeriksa Pajak 15 orang

6 Pelaksana 31 orang

Jumlah 82 Orang

C. Deskripsi dan Aktifitas Kerja KPP Pratama Medan Belawan 1. Kepala KPP (Kepala Kantor)

KPP Pratama merupakan penggabung dari KPP, KPPBB,

dan Karikpa maka Kepala KPP Pratama mempunyai tugas

mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan,

pengawasan wajib pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak

Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.


(31)

Sub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan

kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga kantor.

Tugas Kepala Sub Bagian Umum :

a. Pelaksanaan tugas di bidang administrasi penerimaan pengiriman surat – surat serta pelaksanaan tugas

bendaharawan.

b. Mendistribusikan surat – surat masuk kepada seksi yang bersangkutan dan pengiriman surat- surat keluar kepada

instansi yang terkait.

c. Mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas bendaharawan rutin.

d. Memberi nasehat dan menegakkan disiplin kepada pegawai.

e. Memberi penilaian atas pelaksanaan pekerjaan pegawai.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( PDI )

Tugas Seksi Pengolahan Data dan Informasi :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data perpajakan.

b. Penyajian informasi perpajakan. c. Perekaman dokumen perpajakan.

d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan.

e. Pengalokasikan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB ).


(32)

f. Pelayanan dukungan teknis komputer. g. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling.

h. Pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG serta penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Tugas Seksi Pelayanan :

a. Menetapkan penerbitan produk hukum perpajakan. b. Mengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan. c. Menerima dan mengolah Surat Pemberitahuan ( SPT ) serta

penerimaan surat lainnya.

d. Memberikan penyuluhan perpajakan. e. Melaksanakan registrasi wajib pajak.

f. Memungut fiskal luar negeri di pelabuhan Belawan

5. Seksi Penagihan

Tugas Seksi Penagihan :

a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,

memproses permohonan pengangsuran dan penundaan

pembayaran pajak.

b. Melakukan Penerbitan Surat Tagihan, Surat Paksa, Surat Perintah melakukan penyitaan.

c. Melakukan Penyitaan, usulan lelang dan Penagihan lainnya. Di seksi penagihan terdapat beberapa orang Juru Sita Pajak


(33)

penagihan dan penyitaan pajak. Adapun tugas Juru Sita

Pajak :

- Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPSS).

- Memberitahukan Surat Paksa

- Melaksanakan penyitaan barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan

Penyanderaan ( SPMP ).

- Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus

memakai pakaian Juru Sita Pajak dan memperlihatkan kartu

tanda pengenal kepada penanggung pajak.

6. Seksi Pemeriksaan

Tugas Seksi Pemeriksaan :

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan. b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan.

c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Ekstensifikasi

Tugas Seksi Ekstensifikasi :


(34)

b. Pendataan obyek dan subyek pajak.

c. Penilaian objek pajak dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi :

a. Melakukan Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak terdaftar.

b. Memberikan bimbingan/ himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan.

c. Penyusunan Profil wajib pajak. d. Menganalisis kinerja wajib pajak.

e. Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil

keputusan banding.

Pada pelaksanaannya, wilayah kerja Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Belawan dibagi menjadi empat seksi

pengawasan dan konsultasi berdasarkan domisili/ tempat

tinggal/ wilayah tempat wajib pajak terdaftar.

- Seksi Pengawasan dan Konsultasi I (WASKON I) a. Kelurahan Kampung Besar.

b. Kelurahan Martubung. c. Kelurahan Sei Mati


(35)

e. Kelurahan Tangkahan. f. Kelurahan Nelayan Indah.

- Seksi Pengawasan dan Konsultasi II (WASKON II) a. Kelurahan Labuhan Deli.

b. Kelurahan Rengas Pulau. c. Kelurahan Terjun.

d. Kelurahan Tanah 600. e. Kelurahan Paya Pasir.

- Seksi Pengawasan dan Konsultasi III (WASKON III) a. Kelurahan Tanjung Mulia.

b. Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. c. Kelurahan Mabar.

d. Kelurahan Kota Bangun. e. Kelurahan Titi Papan. f. Kelurahan Mabar Hilir.

- Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV (WASKON IV) a. Kelurahan Belawan Bahari.

b. Kelurahan Sicanang.

c. Kelurahan Belawan Bahagia. d. Kelurahan Belawan I.

e. Kelurahan Belawan II. f. Kelurahan Bagan Deli.


(36)

9. Fungsional Pemeriksa Dan Penilai

Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan

Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara

langsung kepada Kepala KPP Pratama. dalam melaksanakan

pekerjaannya, Pejabat Fungsional pemeriksa berkoordinasi dengan

Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai


(37)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK

A. Ketentuan

1. Dasar Hukum Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

Restitusi Pajak Pertambahan Nilai adalah proses pengembalian

kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang terjadi karena

jumlah pajak masukan yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak

keluaran yang dipungut.

Hak wajib pajak untuk memperoleh pengembalian kelebihan

pembayaran (restitusi) pajak pertambahan nilai diatur dalam :

a. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 pasal 11 angka 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan .

b. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 9 angka 4B tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK 03/2010 tanggal 31 Maret 2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

B. Subjek dan Objek Pajak Pertambahan Nilai

1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Didalam Pajak Pertambahan Nilai terdapat beberapa jenis Subjek


(38)

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Pengusaha adalah setiap

orang, perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang

menjalankan suatu jenis perusahaan.

Sedangkan dalam pasal 1 angka 14 Undang- Undang

Nomor 42 tahun 2009 Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah Pengusaha adalah orang pribadi

atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha

atau pekerjaannya :

- menghasilkan barang - mengimpor barang - mengekspor barang

- melakukan usaha perdagangan

- memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean

- melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

b. Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan

undang-undang, tidak termasuk pengusaha kecil yang


(39)

kecuali Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak.

c. Pengusaha kecil

Di dalam PMK nomor 68/PMK.03/2010 pasal 1 ayat 1

Pengusaha Kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun

buku melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa

Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan atau

penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000.

Pengusaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1

ayat 1 tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak dan tidak wajib memungut,

menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

Jasa Kena Pajak yang dilakukannya.

Dalam hal pengusaha kecil dapat memilih untuk

dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak wajib memungut,

menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau

Jasa Kena Pajak yang dilakukannya.


(40)

Dalam PER - 58/PJ/2010 yang dimaksud dengan

Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran adalah Pengusaha

Kena Pajak yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak sebagai berikut:

- Melalui suatu tempat penjualan eceran seperti toko dan kios atau langsung mendatangi dari suatu tempat konsumen

akhir ke tempat konsumen akhir lainnya.

- Dengan cara penjualan eceran yang dilakukan langsung kepada konsumen akhir, tanpa didahului dengan penawaran

tertulis, pemesanan tertulis, kontrak, atau lelang, dan

- Pada umumnya penyerahan Barang Kena Pajak atau transaksi jual beli dilakukan secara tunai dan penjual

langsung menyerahkan Barang Kena Pajak atau pembeli

membawa langsung Barang Kena Pajak yang dibelinya.

- Dalam hal ini Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan

Barang Kena Pajak.

2. Objek dalam Pajak Pertambahan Nilai

Untuk lebih memahami apa yang menjadi Objek Pajak

Pertambahan Nilai ada beberapa unsur yang harus kita ketahui :

Barang Kena Pajak dalam Sukardji (2010:27) adalah


(41)

barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak

berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang.

Semua barang hanya memiliki dua dimensi, tidak ada dimensi

ketiga yaitu :

a. barang berwujud

barang berwujud juga hanya terdiri dari :

- Barang bergerak - Barang tidak bergerak b. barang tidak berwujud

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa semua

barang pada dasarnya merupakan Barang Kena Pajak kecuali yang

ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 144 tahun 2000

tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak Dikenakan Pajak

Pertambahan Nilai.

Objek Pertambahan Nilai diatur dalam Pasal 4 ayat 1

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Pajak

Pertambahan Nilai dikenakan atas :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.

b. Impor Barang Kena Pajak.

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam Daerah Pabean oleh Pengusaha.


(42)

d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan

h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

C. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dan Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Dalam Pasal 1 ayat 17 Undang-Undang Pajak Pertambahan

Nilai Nomor 42 tahun 2009 merumuskan Dasar Pengenaan Pajak

adalah :

- Harga jual (DPP untuk penyerahan Barang Kena Pajak) - Penggantian (DPP untuk penyerahan Jasa Kena Pajak) - Nilai Impor (harga impor (CIF + Bea Masuk)

- Nilai Ekspor

- Nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Dalam pasal 1 ayat 18 Harga jual adalah nilai berupa uang

termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh

penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak

Pertambahan Nilai yang dipungut berdasarkan Undang-Undang inidan


(43)

Pengertian dari Penggantian adalah nilai berupa uang termasuk

semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa

karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang

dipungut berdasarkan Undang-Undang ini dan potongan harga yang

dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar

atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa

Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar

penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan

dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai

kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk

Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

yang dipungut menurut Undang-Undang ini.

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya

yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari

suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses

perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk

mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk


(44)

Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan

mengeluarkan Barang Kena Pajak Berwujud dari dalam Daerah

Pabean ke luar Daerah Pabean.

Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud dalam sukardji

(2010:53) adalah setiap kegiatan pemanfaatan Barang Kena Pajak

tidak berwujud dari dalam Daerah Pabean di luar Daerah Pabean.

a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Seperti kita ketahui di Legal karakteristik Pajak Pertambahan

Nilai, di Indonesia menganut tarif tunggal dalam pemungutannya.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam pasal 7

Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009.

- Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10 % (sepuluh persen).

- Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0 % (nol persen).

1. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud 2. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud 3. Ekspor Kena Pajak

Dengan Peraturan Pemerintah Tarif Pajak Pertambahan Nilai

dapat diubah serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan

setinggi-tingginya 15% (lima belas persen).

Dalam PPN di Indonesia tarif 0% sebenarnya merupakan tarif


(45)

berdasarkan Ekspor Barang Kena Pajak, dimaksudkan supaya Pajak

Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dam Jasa Kena Pajak yang

terkait dapat dikreditkan sehingga tidak perlu dibebankan sebagai

biaya. Dengan demikian, dalam harga ekspor benar-benar bersih dari

unsur PPN di dalam negeri sehingga dapat dijamin bahwa netralitas

PPN terhadap perdagangan internasional dapat benar-benar direalisasi.

D. Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak

Pertambahan Nilai yang sudah diterima oleh KPP atau sudah diajukan

Pengusaha Kena Pajak sebelum tanggal 31 Maret 2010, diproses

berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

PER-48/PJ./2008.

Sedangkan Masa pajak sebelum masa pajak 31 Maret 2010

yang surat permohonannya diterima KPP atau disampaikan oleh PKP

pada atau sesudah 1 April 2010 diproses mengikuti tata cara

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK 03/2010

tanggal 31 Maret 2010.

1. Tata Cara Pengajuan Permohonan Restitusi

Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang kelebihan

dalam membayar PPN dan PPnBM berhak untuk mendapatkan

pengembalian kelebihan pembayaran pajaknya tersebut (restitusi). Tata


(46)

dalam

31 Maret 2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak

Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah.

Dalam ketentuan ini diatur antara lain adalah:

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih

besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan Pajak yang

dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.

Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian atas

kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud di atas pada akhir tahun buku.

Dikecualikan dari ketentuan mengajukan permohonan pengembalian atas

kelebihan pajak hanya pada akhir tahun buku (PKP dapat mengajukan

permohonan pengembalian pada setiap Masa Pajak) yaitu oleh:

1. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

2. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena

Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai;

3. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena


(47)

4. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;

5. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau

6. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a)

Undang-Undang PPN.

Bagi Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi yang dikecualikan

dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, pengertian tahun buku

sebagaimana dimaksud adalah tahun kalender.

Jadi mulai 1 April 2010 ini, kelebihan pembayaran PPN tidak

dapat dimintakan untuk direstitusikan setiap masa pajak dan hanya

dapat diminta untuk direstitusikan pada akhir tahun buku, kecuali

untuk keenam jenis PKP yang disebutkan di atas.

Permohonan pengembalian kelebihan Pajak dapat diproses

melalui penelitian atau pemeriksaan.

a. Pengusaha Kena Pajak dapat mengajukan permohonan

pengembalian kelebihan pajak secara tertulis dengan cara mengisi

kolom dikembalikan (restitusi) yang tersedia dalam SPT Masa PPN

atau menggunakan surat tersendiri apabila kolom dikembalikan

(restitusi) dalam SPT Masa PPN tidak diisi atau tidak

mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan pajak,


(48)

b. Bagi PKP yang menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan sesuai dengan PER-2/PJ/2011 tentang

Tata Cara Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) ayat 1B, SPT terdiri dari:

- Induk SPT Masa PPN 1111 DM - Formulir 1111 DM (F.1.2.32.05)

- Formulir 1111 A DM - Daftar Pajak Keluaran atas Penyerahan Dalam Negeri Dengan Faktur Pajak

(D.1.2.32.13); dan

- Formulir 1111 R DM - Daftar Pengembalian BKP dan Pembatalan JKP oleh PKP yang Menggunakan

Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan

(D.1.2.32.14).

c. Bukti-bukti atau dokumen yang harus disampaikan dalam surat permohonan pengembalian adalah sebagai berikut:

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

dilengkapi dengan Faktur Pajak dan/atau dokumen tertentu yang

kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak, yang

selanjutnya disebut dengan kelengkapan permohonan

pengembalian, yang terkait dengan kelebihan pembayaran pajak.

Persyaratan mengenai jenis dokumen yang wajib untuk

dilampirkan inilah yang agak berbeda antara PER-48/PJ//2008


(49)

Sementara dalam PER- 48/PJ./2008 daftar bukti atau

dokumen tersebut tidak ada lagi. Di dalamnya Pasal 3

PER-48/PJ./2008, hanya disebutkan permohonan pengembalian

kelebihan pembayaran pajak harus dilengkapi dengan Faktur Pajak

dan atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan

dengan Faktur Pajak yang terkait dengan kelebihan pembayaran

pajak. Sejumlah dokumen yang diperlukan sama dengan Faktur

Pajak Standar diatur dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-

312/PJ./2001. Dalam hal permohonan pengembalian diajukan oleh

PKP tertentu, yaitu Wajib Pajak dengan kriteria tertentu atau Wajib

Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu, kelengkapan

permohonan pengembalian tersebut tidak wajib disampaikan.

d. Bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut disampaikan dengan dua cara yaitu:

- Disampaikan bersamaan dengan saat penyampaian surat permohonan, baik dalam bentuk mengisi kolom dalam SPT

Masa PPN atau berupa surat tersendiri.

- Disusulkan kemudian paling lambat 1 (satu) bulan setelah tanggal surat permohonan diterima oleh kantor pelayanan pajak

baik diminta oleh KPP maupun tidak.

- Apabila setelah melampaui jangka waktu yang ditetapkan, bukti-bukti atau dokumen-dokumen tersebut belum diterima


(50)

berdasarkan yang ada atau yang telah diterima. Berkaitan

dengan ini kepala KPP menerbitkan surat pemberitahuan

kepada KPP bersangkutan.

- Bukti-bukti atau dokumen-dokumen yang disampaikan telah melampaui jangka waktu yang ditetapkan, tidak diperhitungkan

pada saat pemeriksaan, keberatan maupun pada saat banding.

2. Tata Cara Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

Berbeda dengan restitusi berdasarkan Pasal 17 dan Pasal

17B, restitusi pada Pasal 17C dan Pasal 17D Undang-Undang KUP

timbul akibat adanya permohonan restitusi yang disampaikan oleh

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dan Wajib Pajak yang

memenuhi persyaratan tertentu.

Berdasarkan Pasal 6 Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-48/PJ/2008 tanggal 16 Desember 2008 dan diubah

dalam

ditetapkan tanggal 31 Maret 2010 tentang Tata Cara Pengembalian

Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai

dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagai berikut :

1. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak dapat diproses melalui penelitian atau pemeriksaan.

2. Penelitian dilakukan terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan oleh:


(51)

a. Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal17C Undang-Undang KUP;

Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud meliputi :

b. Pengusaha Kena Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17D

Undang-Undang KUP; atau

c. Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 4C Undang-Undang PPN.

Ketentuan pemeriksaan sebelum restitusi

dikabulkan tidak berlaku untuk Wajib Pajak dengan kriteria

tertentu dan Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan

tertentu. Bagi kedua jenis Wajib Pajak ini, hanya akan

dilakukan penelitian atas permohonan restitusi mereka

Proses penelitian yang akan dihadapi oleh Wajib Pajak

kelompok ini adalah proses penilaian atas kelengkapan

pengisian SPT beserta lampiran-lampirannya, termasuk atas

kebenaran penulisan dan penghitungannya.

Hal ini berarti, cakupan prosedur restitusinya jauh

lebih sempit daripada pemeriksaan. Selain itu, jangka

waktu layanan restitusi PPN untuk Wajib Pajak yang

termasuk kelompok II ini lebih singkat yaitu 1 (satu) bulan,

dengan produk hukum berupa Surat Keputusan


(52)

Dengan demikian, prosedur restitusi PPN terbagi dalam dua

kelompok tergantung pada jenis Wajib Pajaknya.

3. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan

oleh Pengusaha Kena Pajak harus menerbitkan Surat

Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.

4. Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak paling lama 1

(satu) bulan sejak saat diterimanya permohonan

pengembalian kelebihan Pajak.

5. Apabila jangka waktu 1 (satu) bulan telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat Keputusan

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, permohonan

pengembalian kelebihan Pajak yang diajukan dianggap

dikabulkan dan Surat Keputusan Pengembalian

Pendahuluan Kelebihan Pajak harus diterbitkan paling lama

7 (tujuh) hari.

6. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pengembalian pendahuluan kelebihan Pajak dapat melakukan

pemeriksaan kepada Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 4C

Undang-Undang PPN, Pengusaha Kena Pajak kriteria tertentu


(53)

KUP, atau Pengusaha Kena Pajakyang memenuhi

persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal

17D Undang-Undang KUP. Pemeriksaan dilakukan

terhadap permohonan pengembalian kelebihan Pajak yang

diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak selain Pengusaha

Kena Pajak yang tersebut diatas.

7. Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan Pajak harus

menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua

belas) bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan

Pajak diterima.

jangka waktu ini jauh lebih panjang terutama bagi

Pengusaha Kena Pajak dengan kegiatan tertentu yaitu

hanya 2 (dua) atau 4 (empat) bulan tergantung tingkat

risiko Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan.

Apabila pemeriksaan tersebut menghasilkan Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar, maka Wajib Pajak ini wajib

membayar jumlah kekurangan pajak ditambah dengan

sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus

persen) dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

Dengan demikian, berdasarkan Undang-Undang KUP yang

berlaku saat ini, tidak ada lagi fasilitas yang terkait dengan


(54)

kegiatan tertentu, yaitu kegiatan ekspor BKP dan atau

penyerahan BKP atau JKP kepada Pemungut PPN.

Sekalipun demikian, berdasarkan PER-16/PJ/2009 dan

PER-17/PJ/2009 kegiatan tertentu ini kemudian dicakup

sebagai salah satu kriteria PKP dengan risiko yagn sangat

rendah sehingga jenis pemeriksaannya hanya pemeriksaan

kantor dan jangka waktu pemeriksaan untuk Pengusaha

Kena Pajak ini dipersingkat menjadi 3 bulan dan hanya

dapat diperpanjang dalam hal adanya kompensasi.

1. Jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud tidak berlaku dalam hal terhadap Pengusaha Kena Pajak

sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak


(55)

E. Gambaran Data Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

1. Jumlah PKP terdaftar di KPP Pratama Medan Belawan Per- 31 Desember 2010

Tabel 3.1

2. Register SPT Masa PPN Lebih Bayar yang diterima KPP Pratama Medan Belawan

Tabel 3.2

Bulan Tahun

Jenis SPT

SPT Masa PPN Perdagangan SPT Masa PPN Jasa SPT Masa PPN Industri

Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai

Januari

2008

19 Rp 20,248,413,621 6 Rp 279,310,384 23 Rp 108,228,732,591

Februari 17 Rp 11,622,310,003 11 Rp 628,361,471 23 Rp 49,579,544,737

Maret 28 Rp 10,491,093,001 8 Rp 425,580,716 26 Rp 43,796,177,343

April 29 Rp 5,200,418,077 6 Rp 377,136,861 34 Rp 30,895,255,469

Mei 23 Rp 7,077,752,267 19 Rp 588,916,964 27 Rp 23,740,151,819

Juni 29 Rp 34,086,794,884 10 Rp 408,694,778 24 Rp 22,440,546,405

Juli 19 Rp 6,582,216,161 16 Rp 430,635,851 28 Rp 50,757,660,869

Agustus 35 Rp 4,264,004,195 10 Rp 362,145,605 23 Rp 29,911,721,638

September 35 Rp 4,690,779,855 14 Rp 439,237,689 21 Rp 43,221,867,856

Oktober 28 Rp 2,672,048,339 10 Rp 732,840,694 21 Rp 45,249,456,679

November 41 Rp 12,040,056,610 10 Rp 651,452,691 27 Rp 41,882,655,581

Desember 38 Rp 5,177,456,939 9 Rp 581,370,544 18 Rp 31,277,785,894

TOTAL 341 Rp 124,153,343,952 129 Rp 5,905,684,248 295 Rp 520,981,556,881

No

Sektor

Usaha Jenis PKP Jumlah

1 Perdagangan Orang Pribadi 23

Badan 125

2 Jasa Orang Pribadi 32

Badan 293

3 Industri Orang Pribadi 57

Badan 446


(56)

Tabel 3.3

Bulan Tahun

Jenis SPT

SPT Masa PPN Perdagangan SPT Masa PPN Jasa SPT Masa PPN Industri

Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai

Januari

2009

14 Rp 2,962,224,948 5 Rp 158,323,855 17 Rp 31,194,430,606

Februari 36 Rp 34,845,406,687 8 Rp 217,856,018 17 Rp 23,178,149,771

Maret 34 Rp 3,169,354,687 8 Rp 160,859,876 19 Rp 22,868,849,445

April 32 Rp 10,168,146,024 5 Rp 340,660,164 22 Rp 21,515,684,719

Mei 34 Rp 7,931,901,167 5 Rp 661,149,549 18 Rp 34,699,669,420

Juni 41 Rp 19,863,790,072 12 Rp 407,048,299 22 Rp 39,450,196,410

Juli 34 Rp 6,464,654,160 8 Rp 479,302,649 23 Rp 81,662,936,881

Agustus 33 Rp 10,360,011,628 6 Rp 349,128,291 19 Rp 34,069,625,958

September 30 Rp 7,202,324,125 3 Rp 214,025,690 20 Rp 45,016,208,845

Oktober 49 Rp 18,185,224,796 9 Rp 473,826,930 24 Rp 45,532,986,110

November 32 Rp 6,541,950,032 4 Rp 413,085,404 17 Rp 32,725,633,124

Desember 30 Rp 5,571,721,058 7 Rp 452,814,398 23 Rp 35,767,676,184

TOTAL 399 Rp 133,266,709,384 80 Rp 4,328,081,123 241 Rp 447,682,047,473

Tabel 3.4

Bulan Tahun

Jenis SPT

SPT Masa PPN Perdagangan SPT Masa PPN Jasa SPT Masa PPN Industri

Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai

Januari

2010

23 Rp 3,529,119,774 7 Rp 833,535,588 20 Rp 65,888,135,848

Februari 30 Rp 5,311,141,221 14 Rp 1,090,277,402 16 Rp 22,814,124,675

Maret 49 Rp 23,176,082,176 19 Rp 1,373,484,705 18 Rp 36,387,799,786

April 37 Rp 2,918,262,247 9 Rp 1,132,064,917 19 Rp 37,015,102,761

Mei 45 Rp 11,270,624,876 15 Rp 1,268,177,784 21 Rp 34,759,789,183

Juni 56 Rp 6,415,341,656 16 Rp 1,237,210,782 35 Rp 46,567,685,107

Juli 34 Rp 5,456,246,975 10 Rp 1,366,748,415 35 Rp 33,609,948,752

Agustus 39 Rp 5,559,337,836 26 Rp 2,585,216,412 16 Rp 52,839,228,759

September 38 Rp 5,544,188,463 12 Rp 1,601,898,441 22 Rp 29,453,521,860

Oktober 40 Rp 6,940,309,771 20 Rp 3,885,609,067 24 Rp 53,318,630,561

November 39 Rp 4,227,109,686 19 Rp 1,874,629,044 38 Rp 73,502,188,469

Desember 54 Rp 562,387,312 20 Rp 764,194,148 19 Rp 74,359,179,658


(57)

3. Rencana Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada KPP Pratama Medan Belawan.

Tabel 3.5

Tahun Jenis Pajak Rencana Penerimaan Realisasi Persentase

2008

PPN Rp 71,640,440,000 Rp 69,836,657,018 97.48%

PPN Dalam Negeri Rp 131,005,940,000 Rp 36,548,550,612 27.90%

PPN Luar Negeri Rp 59,365,500,000 Rp 33,288,106,406 56.07%

2009

PPN Rp 108,879,700,000 Rp 78,639,774,450 72.23%

PPN Dalam Negeri Rp 149,272,220,000 Rp 35,994,955,793 24.11%

PPN Luar Negeri Rp 40,392,520,000 Rp 42,644,818,657 105.58%

2010

PPN Rp 98,758,790,000 Rp 81,605,822,881 82.63%

PPN Dalam Negeri Rp 118,148,070,000 Rp 47,635,439,548 40.32%

PPN Luar Negeri Rp 19,389,280,000 Rp 33,970,383,333 175.20%

Berikut Persentase Realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) pada KPP Pratama Medan Belawan dalam bentuk grafik.

97,48% 72,23% 82,63% 27,90% 24,11% 40,32% 56,07% 105,58% 175,20% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% 140,00% 160,00% 180,00% 200,00% 2007,520082008,520092009,520102010,5 PPN

PPN Dalam Negeri PPN Luar Negeri


(58)

4. Jumlah SKPLB dan SPMKP untuk Pajak Pertambahan Nilai yang diterbitkan oleh KPP Pratama Medan Belawan.

Tabel 3.6

Tahun Jumlah

SKPLB Nilai

Jumlah

SPMKP Besarnya SPMKP

2008 7 Rp 9,378,457,187 12 Rp 131,855,852,894

2009 25 Rp 135,190,913,803 13 Rp 201,004,730,842

2010 33 Rp 237,497,847,844 13 Rp 191,820,228,904

Berikut grafik Jumlah Nilai SKPLB dan SPMKP yang diterbitkan

oleh KPP Pratama Medan Belawan.

Rp9.378.457. 187

Rp135.190.9 13.803

Rp237.497.8 47.844

Rp131.855.8 52.894

Rp200.936.5 99.192

Rp191.328.8 20.266

Rp-Rp50.000.000.000 Rp100.000.000.000 Rp150.000.000.000 Rp200.000.000.000 Rp250.000.000.000

2007,5 2008,5 2009,5 2010,5

SKPLB SPMKP


(59)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Prosedur Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau restitusi adalah

pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak karena adanya kelebihan

pembayaran pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak yang lain.

1. Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Bagi Pengusaha Kena Pajak Yang Melakukan Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

a. Wajib pajak menyampaikan permohonan pengembalian pembayaran pajak ke Kantor Pelayanan Pajak

Wajib pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak ke KPP Pratama Medan Belawan melalui Tempat

Pelayanan Terpadu (TPT). Permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak berupa SPT Masa PPN dilengkapi dengan Faktur

Pajak dan/atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan

dengan Faktur Pajak, yang terkait dengan kelebihan pembayaran pajak.

b. Penerimaan Surat Permohonan

Petugas TPT menerima surat permohonan kemudian meneliti

kelengkapan persyaratan sesuai dengan ketentuan. Apabila surat

permohonan beserta persyaratannya belum lengkap, dimohon kepada


(60)

Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan Lembar Pengawasan Arus

Dokumen (LPAD). BPS akan diserahkan kepada wajib pajak

sedangkan LPAD akan digabungkan dengan surat permohonan beserta

kelengkapannya. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu kemudian

merekam surat permohonan dan dilanjutkan dengan meneruskan surat

permohonan beserta kelengkapannya ke Seksi Pengawasan dan

Konsultasi.

c. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi menerima dan menugaskan Account Representative (AR) untuk melakukan penelitian Surat

Permohonan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.

d. Account Representative (AR) melakukan penelitian terhadap Surat Permohonan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Wajib

Pajak, serta melakukan konfirmasi atas Kredit Pajak, menyusun dan

menandatangani Laporan Hasil Penelitian, serta menginput dan

mencetak Nota Penghitungan Surat Keputusan Pendahuluan

Pengembalian Kelebihan Pajak (SKPPKP).

Setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian

kelebihan pajak SKPPKP harus diterbitkan paling lama 1 (satu) bulan

sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak Pertambahan

Nilai.

e. Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi meneliti, menandatangani Laporan Penelitian, dan memaraf Nothit SKPPKP, serta meneruskan


(61)

f. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Laporan Penelitian dan memaraf Nothit SKPPKP. Nothit yang sudah

ditetapkan diteruskan ke Seksi Pelayanan.

g. Kepala Seksi Pelayanan menerima Nothit SKPPKP dan Laporan Penelitian, kemudian menugaskan Pelaksana Seksi Pelayanan untuk

mencetak SKPPKP.

h. Pelaksana Seksi Pelayanan mencetak SKPPKP dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Pelayanan.

i. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan memaraf SKPPKP dan

meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

j. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SKPPKP.


(62)

Bagan Arus (Flow Chart) 4.1

TATA CARA PENYELESAIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI UNTUK WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU KHUSUS WAJIB PAJAK PATUH

Wajib Pajak Petugas TPT

Pelaksana Seksi Pelayanan Account Representative Kepala Seksi Pelayanan Kepala Seksi

Waskon Kepala KPP

mulai SPT Masa PPN LB Meneliti, menerima, menerbitkan BPS/LPAD, merekam, dan meneruskan surat Bukti Penerimaan Surat (BPS) Mencetak Konsep SKPPKP Melakukan penelitian, menyusun Konsep LHP, menginput Nothit SKPPKP Konsep Nothit SKPPKP dan Laporan Hasil Penelitian Menerima dan menugaskan untuk t k Konsep SKPPKP Meneliti dan Memaraf Menerima dan Menugaskan AR untuk melakukan liti Meneliti dan menandatangani Laporan Penelitian serta memaraf Nothit Menyetujui dan menanda tangani Laporan Hasil Penelitian Nothit SKPPKP dan Laporan Hasil Menyetujui dan menandatan gani SKPPKP SKPPKP SELESAI


(63)

l. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)

Di Seksi Pengawasan dan Konsultasi Account Representative akan

memproses pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Account Representative akan memproses pengembalian kelebihan

pembayaran pajak apabila terdapat pajak lebih bayar sebagaimana

tercantum dalam SKPLB.

Kemudian Account Representative meminta informasi utang pajak ke

seksi penagihan, dalam hal wajib pajak yang bersangkutan terdaftar

juga di KPP lain. Account representative meminta informasi utang

pajak ke KPP lokasi wajib pajak terdaftar dengan membuat juga surat

pengantar dan kemudian di paraf oleh seksi pengawasan dan konsultasi

dan ditandatangani kepala kantor pelayanan pajak.

m. Konfirmasi Data Tunggakan Pajak

Penyelesaian surat konfirmasi tunggakan pajak di seksi penagihan atau

KPP terkait. Kepala seksi penagihan menerima surat permintaan

konfirmasi data tunggakan pajak baik dari unit lain yang telah

didisposisikan kepada kepala kantor maupun dari seksi terkait

kemudian menugaskan pelaksana seksi penagihan untuk meneliti dan

membuat surat jawaban data tunggakan dan surat pengantar. jangka

waktu penyelesaian dilakukan selama 2 hari kerja. Seksi penagihan

atau KPP terkait meneruskan jawaban konfirmasi utang pajak kepada


(64)

n. Account Representive kemudian meneliti surat jawaban dan data tunggakan pajak yang diterima baik dari seksi penagihan atau KPP

lain.

Apabila terdapat tunggakan pajak, proses dilanjutkan dengan

pemindahbukuan. Jika masih terdapat kelebihan pembayaran pajak

yang masih tersisa, proses dilanjutkan dengan melengkapi data Nothit

SKPKPP, SKPKPP dan SPMKP. Data kemudian diproses melalui case

management. Account representative kemudian mencetak dan

memaraf Nothit SKPKPP, kemudian menyampaikannya kepada kepala

seksi pengawasan dan konsultasi.

o. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi meneliti, memaraf Nothit SKPKPP, memberikan persetujuan (approve) pada system atas

penerbitan SKPKPP dan SPMKP dan menyampaikan Nothit SKPKPP

kepada kepala kantor pelayanan pajak.

p. Kepala kantor pelayanan pajak memaraf Nothit SKPKPP dan memberikan persetujuan (approve) pada system atas penerbitan

SKPKPP dan SPMKP. Kepala seksi pelayanan menerima Nothit

SKPKPP dan menugaskan pelaksana seksi pelayanan untuk mencetak

dokumen hasil persetujuan.

q. Pencetakan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak


(65)

Jika setelah dilakukan perhitungan dengan utang pajak yang lain dan

apabila masih terdapat sisa kelebihan pembayaran pajak, maka

kelebihan tersebut akan dikembalikan dengan menerbitkan Surat

Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP) per

jenis pajak dan per masa pajak atau tahun pajak. Atas dasar SKPKPP,

kepala KPP atas nama menteri keuangan menerbitkan SPMKP per

jenis pajak, dan per masa pajak atau tahun pajak. dalam jangka waktu

satu bulan sejak permohonan diterima atau diterbitkanya SKPLB.

SKPKPP dan SPMKP di cetak oleh pelaksana seksi pelayanan.

SPMKP dibuat dalam rangkap 4 dengan peruntukan sebagai berikut :

- Lembar ke-1 dan lembar ke-2 untuk KPPN

- Lembar ke-3 untuk wajib pajak yang bersangkutan; dan - Lembar ke-4 untuk KPP yang menerbitkan SPMKP

Adapun lembar ke-2 yang diserahkan kepada kantor pelayanan

perbendaharaan Negara dikembalikan kepada Kantor Pelayanan Pajak

yang menerbitkan SPMKP.

Setelah SKPKPP dan SPMKP diteliti dan di paraf oleh kepala seksi

pelayanan kemudaian konsep tersebut disampaiakan kepada kepala

KPP.

Kepala KPP menyetujui dan menandatangani SKPKPP dan SPMKP,

kemudian SKPKPP dan SPMKP ditatausahakan di seksi pelayanan

dan kemudian disampaikan kepada wajib pajak dan Kantor Pelayanan


(66)

Bagan Arus (Flow Chart) 4.2

TATA CARA PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR KELEBIHAN PAJAK

KPPN KPP Lain Wajib Pajak Seksi

Penagihan

Seksi

Pelayanan Seksi WASKON

Kepala KPP Meminta konfirmasi utang mulai SKPPKP atau SKPLB Surat Jawaban dan Data Tunggakan Pajak Surat Jawaban dan Data Tunggakan Pajak Surat Konfirmasi utang Surat Konfirmasi utang Menerima dan meneliti Surat Jawaban Melengkapi Nothit, SKPPKP dan SPMKP Nothit SKPKPP Meneliti, memaraf Nothit dan menyetuj Mnyetujui dan menandata ngani SKPKPP dan SPMKP Mencetak SKPKPP dan SPMKP SKPKPP dan SPMKP SKPKPP dan SPMKP


(67)

B. Masalah Yang Sering dihadapi Dalam Pelaksanaan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai

Dalam pelaksanaan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

petugas di Kantor Pelayanan Pajak sering mengalami masalah-masalah.

Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pelaksanaan penyelesaian

restitusi Pajak Pertambahan Nilai tersebut adalah :

1. Data (dokumen) yang seharusnya dilampirkan tidak lengkap, ini dapat terjadi karena Wajib Pajak tidak melampirkannya.

2. Jawaban Klarifikasi dari Pengusaha Kena Pajak penjual sering lebih dari 1 (satu) bulan.

3. Faktur Pajak Keluaran cacat atau tidak sah, misalnya terdapat perbedaan faktur Pajak Keluaran yang dilaporkan oleh Pengusaha

Kena Pajak penjual dengan Faktur Pajak Masukan yang dilaporkan

oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli.

Adapun pembahasan-pembahasan dari masalah-masalah yang

sering dihadapi oleh petugas pajak tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Dalam hal pengajuan permohonan Restitusi, Wajib pajak harus memberikan data-data yang lengkap kepada kantor pelayanan pajak

karena data-data Wajib Pajak tersebut merupakan salah satu unsur

yang dapat digunakan petugas Kantor Pelayanan Pajak dalam

melakukan penelitian atau pemeriksaan sehubungan dengan

permohonan Restitusi yang diminta oleh Wajib Pajak. Akan tetapi


(68)

pada saat Wajib Pajak mengajukan permohonan Restitusi sering tidak

lengkap. Sehubungan dengan tidak lengkapnya data Wajib Pajak

tersebut, tetapi Wajib Pajak meminta Restitusi, maka petugas perlu

memeriksa SPT Masa PPN Wajib Pajak yang bersangkutan. Dengan

penelitian dan/atau pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas pajak,

maka petugas pajak dapat menemukan data-data Wajib Pajak apa saja

yang belum lengkap, dan kemudian petugas pajak segera

memberitahukan kepada Wajib Pajak tesebut agar segera melengkapi

data-data yang diperlukan sehubungan dengan permohonan Restitusi

yang diajukan. Dan apabila Wajib Pajak dalam batas waktu yang telah

ditentukan tidak juga melengkapi data-datanya, maka Kantor

Pelayanan Pajak dapat menolak atau tidak mengabulkan permohonan

Restitusi Wajib Pajak tersebut.

2. Jawaban Klarifikasi dari Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak Penjual sangat diperlukan dalam hal pemberian Restitusi.

Klarifikasi dilakukan apabila daftar Pajak Masukan Pajak Keluaran

tidak sesuai dan/atau tidak ada data pembanding. Akan tetapi jawaban

klarifikasi dari Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak

penjual sering diterima lebih dari 1 (satu) bulan.

3. Faktur Pajak merupakan salah satu lampiran yang disertakan pada saat pengajuan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Faktur Pajak Masukan dan Faktur Pajak Keluaran yang berkaitan


(69)

dilampirkan pada saat pengajuan permintaan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak. Petugas sering menemukan adanya ketidaksesuain

Faktur Pajak Keluaran yang dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak

penjual dengan Faktur Pajak Masukan yang dilaporkan oleh pembeli.

Kejadian seperti ini dapat mengakibatkan Faktur Pajak tersebut tidak

dapat diperhitungkan sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

Apabila terjadi demikian, maka petugas pajak akan melakukan

pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan


(70)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian pada bab yang terdahulu maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai adalah proses pembayaran kembali pajak karena adanya kelebihan

pembayaran pajak setelah diperhitungkan dengan hutang

pajak lainnya. Kelebihan pembayaran pajak ini terjadi

karena selisih dari jumlah Pajak Masukan yang dibayarkan

oleh Pengusaha Kena Pajak lebih besar daripada Jumlah

Pajak Keluarannya. Sehingga Pengusaha Kena Pajak

mengajukan permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran pajak setelah terlebih dahulu dilakukan

penelitian dan/atau pemeriksaan.

2. Pengajuan permohonan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dapat dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak atau Pengusaha

Kena Pajak dengan cara mengisi kolom yang tersedia

dalam Surat Pemberitahuan (SPT Masa) Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) ataupun dengan surat

permohonan tersendiri dan disertai dokumen (lampiran)


(1)

dilampirkan pada saat pengajuan permintaan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Petugas sering menemukan adanya ketidaksesuain Faktur Pajak Keluaran yang dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak penjual dengan Faktur Pajak Masukan yang dilaporkan oleh pembeli. Kejadian seperti ini dapat mengakibatkan Faktur Pajak tersebut tidak dapat diperhitungkan sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. Apabila terjadi demikian, maka petugas pajak akan melakukan pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian pada bab yang terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai adalah proses pembayaran kembali pajak karena adanya kelebihan pembayaran pajak setelah diperhitungkan dengan hutang pajak lainnya. Kelebihan pembayaran pajak ini terjadi karena selisih dari jumlah Pajak Masukan yang dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak lebih besar daripada Jumlah Pajak Keluarannya. Sehingga Pengusaha Kena Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian dan/atau pemeriksaan.

2. Pengajuan permohonan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai dapat dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak dengan cara mengisi kolom yang tersedia dalam Surat Pemberitahuan (SPT Masa) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ataupun dengan surat permohonan tersendiri dan disertai dokumen (lampiran) yang terkait dengan Restitusi kepada Kepala Kantor


(3)

Pelayanan Pajak tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan-pembahasan dan kesimpulan sebelumnya, maka dapat disampaikan bebeapa saran sebagai berikut :

1. Mekanisme pengkreditan Pajak Masukan harus dikuasai dan dipahami oleh Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak. Dengan memahami mekanisme pengkreditan Pajak Masukan, maka Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak dapat mengetahui apakah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayarkannya ke kas Negara lebih bayar atau kurang bayar.

2. Bagi Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak yang ingin mengajukan permohonan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai ke Kantor Pelayanan Pajak, haruslah meneliti dengan seksama jumlah pajak yang ingin direstitusikan. Dan harus menyertakan bukti-bukti yang lengkap dan jelas yang mengakibatkan kelebihan pembayaran pajak. Karena jika dikemudian hari setelah dilakukan pemeriksaan oleh Kantor Pelayanan Pajak terdapat penemuan data terbaru bahwa pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak ternyata kurang dibayarkan, maka akan


(4)

diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), maka wajib pajak wajib membayar jumlah kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 17C ayat 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dengan mematuhi peraturan perpajakan maka kerugian yang akan dialami Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak atau Negara dapat dihindarkan.

3. Wajib Pajak diharapkan agar selalu mengikuti perkembangan terbaru peraturan perpajakan yang berlaku sehingga Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar.

4. Bagi pihak Kantor Pelayanan Pajak juga diharapkan lebih banyak melakukan sosialisasi kepada Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak mengenai perkembangan terbaru mengenai perubahan peraturan-peraturan perpajakn yang terjadi di bidang perpajakan.

5. Bagi pihak Kantor Pelayanan Pajak sebaiknya mengambil sikap tegas untuk menolak permohonan Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak yang mengajukan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai jika Wajib Pajak dan Pengusaha Kena


(5)

Pajak tidak bersikap kooperatif (tidak mau bekerjasama), seperti tidak memenuhi serta melengkapi bukti-bukti yang diperlukan dalam proses restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Pihak kantor Pelayanan Pajak juga harus memperketat pengawasan terhadap Pengusaha Kena Pajak yang ingin melaksanakan restitusi yang akan merugikan keuangan negara.

6. Bagi Pihak Kantor Pelayanan Pajak diharapkan agar selalu memberikan pelayanan (service) yang terbaik kepada Wajib Pajak dan Pengusaha Kena Pajak yang ingin mengajukan Restitusi Pajak Pertambahan Nilai. Serta lebih meningkatkan kinerja pegawainya. Dengan memberikan pelayanan yang baik, maka akan meningkatkan kesadaran dan kepedulian dari Wajib Pajak dalam membayar pajak kepada Negara demi pembangunan dan kesejahteraan bangsa. Serta menjadi pembuktikan kepada masyarakat bagaimana kinerja dari Direktorat Jenderal Pajak dan menghapus citra negatif yang berkembang dimasyarakat


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sukardji, Untung. 2010. Pokok Pajak Pertambahan Nilai. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Rusjdi, Muhammad. 2004. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. PT. Indeks : Jakarta.

Mardiasmo, 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan : Teori dan Kasus. Salemba Empat. Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Tata Cara dan Ketentuan Umum Perpajakan.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barangdan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK. 03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 44 /PJ/2010 tentang Petunjuk Pengisian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT MASA PPN).

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 2/PJ/2010 tentang Tata Cara Penerimaan Dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT MASA PPN).