Analisis Gangguan Spektrum Frekuensi Radio Pada Jaringan GSM PT. Indosat, Tbk (Studi Penanganan Kasus Pada Balai Monitor)

(1)

“ANALISIS GANGGUAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO PADA JARINGAN GSM PT. INDOSAT, Tbk"

(Studi Penanganan Kasus Pada Balai Monitor) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Sub Jurusan Telekomunikasi

Oleh:

NOVYANTI BR.TARIGAN NIM : 090422043

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu Ayahanda A. Tarigan dan Ibunda Mariati Ginting serta abang tercinta Yeremia Tarigan yang merupakan bagian dari hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikam untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:

“ANALISIS GANGGUAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO PADA JARINGAN GSM PT. INDOSAT, Tbk"

(Studi Penanganan Kasus Pada Balai Monitor)

Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik dari Perusahaan ataupun dari Universitas Sumatera Utara. Maka dalam kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang tulus kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, yakni :

1. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.


(3)

2. Bapak Rahmad Fauzi, ST. MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ali Hanafiah Rambe, ST. MT, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir. 4. Bapak Ir. Darma Pala Bangun, selaku pimpinan Balai Monitor Spektrum

Frekuensi Kelas II Medan.

5. Bapak Eddy Suryanto, selaku pembimbing Riset di Balai Monitor Spektrum Frekuensi Kelas II Medan.

6. Seluruh saudara yang telah banyak memberi dukungan dan doa kepada penulis.

7. Teman-teman ekstensi Teknik Elektro Telekomunikasi stambuk 2009.

Penulis begitu menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan laporan ini.

Medan, Oktober 2011 Penulis

Novyanti Br. Tarigan NIM. 09042204


(4)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR . ... i

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR GAMBAR ...v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Metodologi penulisan ... 3

1.6 Sistematika Penulisan...4

BAB II JARINGAN GSM... ... ... 5

2.1 Sejarah Teknologi GSM ... 5

2.2 Arsitektur Jaringan GSM... 6

2.3 Fungsi Komponen Jaringan GSM... 7

2.4 Prinsip Kerja GSM ... 9


(5)

2.6 Alokasi Frekuensi Operator GSM ... 14

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN GSM... 17

3.1 Gangguan pada jaringan GSM... 17

3.2 Interferensi ... 18

3.3 Intermodulasi ... 20

3.4 Penyebab Lain Gangguan Pada Jaringan GSM ... 22

3.5 Balai Monitor Spektrum Frekuensi ... 23

3.6 Proses Penanganan Gangguan oleh BALMON ... 16

3.7 Bentuk Sinyal Yang dihasilkan Spektrum... ... ...17

BAB IV ANALISA GANGGUAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO JARINGAN GSM. ... 29

4.1 Umum ... 29

4.2 Pengaduan Gangguan ... 29

4.3 Prosedur Menindaklanjuti Gangguan... 30

4.4 Analisa Gangguan ... .33

4.5 Penanganan Gangguan... ... ...34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN


(6)

ABSTRAK

Semakin banyaknya pengguna BTS pada jaringan seluler sangat diperlukan pengalokasian spektrum frekuensi radio yang benar sehingga dapat mengurangi terjadinya interferensi. Interferensi didefinisikan sebagai akibat memburuknya kualitas suatu hubungan karena pengaruh dari frekuensi lain. Antena pada BTS bersifat omnidirectional dimana daya pancarnya ke segala arah dan tidak terlalu jauh dari antena tersebut sehingga bila terdapat gangguan pada BTS akan lebih mudah untuk mencari sumber gangguannya

Pada Tugas Akhir ini, dibahas tentang gangguan spektrum frekuensi pada jaringan GSM milik PT. Indosat dengan alokasi frekuensi 890-908,5 MHz gangguan tersebut mengakibatkan rusaknya komunikasi voice dan data. Adapun untuk mengetahui dan menganalisis penyebab gangguan tersebut dilakukan pengukuran terhadap frekuensi dan daya interferensi.

Untuk menganalisa adanya gangguan spektrum frekuensi radio digunakan sebuah spectrum analyzer dengan coverage frekuensi yang menjangkau frekuensi tersebut, feeder low noise, low noise Amplifier (LNA) dan antena Horn yang dilakukan langsung dilapangan.

Setelah dilakukan penanganan gangguan, diketahui bahwa penyebab gangguan tersebut bersumber dari penguat sinyal yang digunakan oleh pihak lain dengan frekuensi yang sama dan jarak yang berdekatan sehingga terjadi interferensi.


(7)

ABSTRAK

Semakin banyaknya pengguna BTS pada jaringan seluler sangat diperlukan pengalokasian spektrum frekuensi radio yang benar sehingga dapat mengurangi terjadinya interferensi. Interferensi didefinisikan sebagai akibat memburuknya kualitas suatu hubungan karena pengaruh dari frekuensi lain. Antena pada BTS bersifat omnidirectional dimana daya pancarnya ke segala arah dan tidak terlalu jauh dari antena tersebut sehingga bila terdapat gangguan pada BTS akan lebih mudah untuk mencari sumber gangguannya

Pada Tugas Akhir ini, dibahas tentang gangguan spektrum frekuensi pada jaringan GSM milik PT. Indosat dengan alokasi frekuensi 890-908,5 MHz gangguan tersebut mengakibatkan rusaknya komunikasi voice dan data. Adapun untuk mengetahui dan menganalisis penyebab gangguan tersebut dilakukan pengukuran terhadap frekuensi dan daya interferensi.

Untuk menganalisa adanya gangguan spektrum frekuensi radio digunakan sebuah spectrum analyzer dengan coverage frekuensi yang menjangkau frekuensi tersebut, feeder low noise, low noise Amplifier (LNA) dan antena Horn yang dilakukan langsung dilapangan.

Setelah dilakukan penanganan gangguan, diketahui bahwa penyebab gangguan tersebut bersumber dari penguat sinyal yang digunakan oleh pihak lain dengan frekuensi yang sama dan jarak yang berdekatan sehingga terjadi interferensi.


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan tekonologi terus menerus berkembang pesat terutama dibidang telekomunikasi. Komunikasi menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Komunikasi yang dimaksudkan ialah penggunaan telepon seluler yang terus menerus meningkat, sehingga diperlukan pelayanan yang baik dari setiap jaringan dan pengalokasian frekuensi yang benar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan hanya merugikan pihak penyedia layanan maupun keluhan dari pelanggan.

Bila pelayanan dari setiap jaringan tidak dilakukan dengan baik maka pelangganpun akan mencari cara yang lain untuk mengatasi masalah tersebut, dan tidak sedikit dari mereka yang akan melakukan hal-hal yang ilegal seperti penggunaan penguat sinyal (repeater) yang tidak memiliki izin untuk digunakan yang hanya akan menimbulkan gangguan pada jaringan seluler yang ada disekitar pengguna penguat sinyal tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya penanganan yang sesegera mungkin dari pihak penyedia layanan.

Salah satu diantaranya seperti yang terjadi pada jaringan GSM PT. Indosat,Tbk. Jaringan seluler ini mengalami gangguan spektrum frekuensi sehingga transmisi voice dan data sering mengalami kegagalan di salah satu BTS (Base Transceiver Station) dengan frekuensi 890-908,5 MHz. Untuk mengetahui penyebab gangguan di dalam jaringan tersebut diperlukan beberapa alat diantaranya Spektrum Analyzer sebagai penerima (receiver), Feeder Low Noise,


(9)

Low Noise Amplifier (LNA) dan antena Horn dan GPS (Global Positioning System) untuk mencari lokasi sumber gangguan.

Pada Tugas Akhir ini, akan dibahas tentang gangguan spektrum frekuensi pada jaringan GSM PT. Indosat,Tbk sesuai standar operasional Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio kelas II Medan (BALMON). Dengan demikian penulis mencoba untuk mencari sumber penyebab gangguan tersebut. Adapun parameter yang digunakan untuk mencari dan menganalisis penyebab gangguan tersebut adalah frekuensi kerja dan daya interferensi.

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah : 1. Bagaimana alokasi spektrum frekuensi pada jaringan GSM.

2. Apa saja yang menjadi faktor pengganggu pada spektrum frekuensi.

3. Bagaimana mengatasi gangguan spektrum frekuensi milik PT.Indosat,Tbk yang menyebabkan transmisi voice dan data sering mengalami kegagalan.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis gangguan spektrum frekuensi radio pada jaringan GSM PT. Indosat, Tbk.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka penulis akan membatasi pembahasan Tugas Akhir ini dengan hal-hal berikut :


(10)

1. Hanya membahas tentang gangguan Spektrum Frekuensi yang terjadi pada PT. Indosat, Tbk.

2. Pembahasan disesuaikan dengan Standar Operasional penanganan gangguan pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi.

3. Parameter yang digunakan untuk menganalisa gangguan hanya frekuensi kerja dan daya interferensi.

1.5 Metodologi Penulisan

Metode penulisan yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah :

1. Studi Literatur, yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik Tugas Akhir yang terdiri dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau dari perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet, dan lain-lain.

2. Metode Observasi

Merupakan kegiatan yang dilakukan di lapangan dengan cara praktek langsung ke lapangan dan wawancara dengan pembimbing perusahaan, yaitu dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Praktek Kerja Lapangan, dilakukan dengan cara praktek langsung ke lapangan.

b. Pengumpulan data, yaitu dengan cara melakukan survey dan


(11)

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II JARINGAN GSM

Bab ini berisi tentang penjelasan GSM secara umum, Arsitektur GSM, Prinsip Kerja GSM, dan Alokasi GSM.

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN GSM

Bab ini berisi tentang gangguan GSM seperti Interferensi, Intermodulasi, dan gangguan lain, Balai Monitor, penanganan gangguan.

BAB IV ANALISIS GANGGUAN SPEKTRUM FREKUENSI PADA JARINGAN GSM

Bab ini berisi tentang gangguan jaringan GSM, penyebab gangguan dan penanganannya.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan-pembahasan sebelumnya.


(12)

BAB II JARINGAN GSM

2.1 Sejarah Teknologi GSM

GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute). Pengoperasian GSM secara komersil baru dapat dimulai pada awal tahun 1992 karena GSM merupakan teknologi yang kompleks dan butuh pengkajian yang mendalam untuk bisa dijadikan standar. Pada September 1992, standar tipe approval untuk handphone disepakati dengan mempertimbangkan dan memasukkan puluhan item pengujian dalam memproduksi GSM. Pada awal pengoperasiannya, GSM telah mengantisipasi perkembangan jumlah penggunanya yang sangat pesat dan arah pelayanan per area yang tinggi, sehingga arah perkembangan teknologi GSM adalah DCS (Digital Cellular System) pada alokasi frekuensi 1800 Mhz.

Alokasi spektrum frekuensi untuk GSM awalnya dilakukan pada tahun 1979. Spektrum ini terdiri atas dua buah sub-band masing-masing sebesar 25MHz, antara 890MHz - 915MHz dan 935MHz - 960MHz. Sebuah sub-band dialokasikan untuk frekuensi uplink dan sub-band yang lain sebagai frekuensi downlink. Kedua sub-band tersebut dibagi lagi menjadi kanal -kanal, sebuah kanal pada satu sub-band memiliki pasangan dengan sebuah kanal pada sub-band yang lain. Tiap sub-band dibagi menjadi 124 kanal, yang kemudian masing -masing diberi nomor yang dikenal sebagai Absolute Radio Frequency Channel Number (ARFCN).


(13)

2.2 Arsitektur Jaringan GSM

Sebuah jaringan GSM dibangun dari beberapa komponen fungsional yang memiliki fungsi dan interface masing-masing yang spesifik. Arsitektur jaringan GSM ditunjukkan pada Gambar 2.1[2]. Secara umum jaringan GSM dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu :

1. Mobile Station (MS)

2. Base Station Subsystem 3. Network Subsystem

Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan GSM

2.3 Fungsi Komponen Jaringan GSM

Berikut ini akan dijelaskan mengenai arsitektur GSM yang merupakan gabungan dari perangkat-perangkat yang saling berkaitan dalam mendukung jaringan GSM.

Fungsi dari komponen jaringan tersebut diantaranya[3]:

1. Base Transceiver Station (BTS)

BTS merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada Mobile Station (MS). Dalam BTS terdapat kanal


(14)

trafik yang digunakan untuk komunikasi. BTS sangat penting dalam suatu jaringan telekomunikasi karena menghubungkan jaringan suatu operator telekomunikasi seluler dengan pelanggannya. BTS memiliki daerah cakupan yang luasnya tergantung dari kuat lemahnya pancaran daya dari sinyal yang dikirimkan ke pelanggan. Selain itu, faktor lingkungan dan interferensi dari BTS operator lain juga cukup berpengaruh pada kemampuan BTS dalam mengcover daerah yang luas. Biasanya sebuah BTS akan memiliki beberapa transceivers (TRXs) yang memungkinkan untuk melayani beberapa frekuensi yang berbeda dan antena sel yang berbeda. Bentuk BTS dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(15)

2. Mobile Switching Center (MSC)

BSC membawahi satu atau lebih BTS serta mengatur trafik yang datang dan pergi dari BSC menuju MSC atau BTS. BSC memenejemen sumber radio dalam pemberian frekuensi untuk setiap BTS dan mengatur handover ketika mobile station melewati batas antar sel. MSC didesain sebagai switch ISDN (Integrated Service Digital Network) yang dimodifikasi agar berfungsi untuk jaringan seluler. MSC juga dapat menghubungkan jaringan seluler dengan jaringan fixed.

3. Home Location Register (HLR)

HLR merupakan database yang berisi data pelanggan yang tetap. Data tersebut antara lain, layanan pelanggan, service tambahan serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (update).

4. Authentication Center (AuC)

AuC berisi database informasi rahasia yang disimpan dalam bentuk format kode. AuC digunakan untuk mengontrol penggunaan jaringan yang sah dan mencegah semua pelanggan yang melakukan kecurangan.

5. Visitor Location Register (VLR)

VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan, terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.

6. Operation and Maintance Center (OMC)

OMC sebagai pusat pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan. Fungsi utamanya mengawasi alarm perangkat dan perbaikan terhadap kesalahan operasi.


(16)

7. Mobile Station (MS)

MS merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. MS dilengkapi dengan sebuah

smartcard yang dikenal dengan SIM (Subscriber Identity Module) yang

berisi nomor identitas pelanggan. 8. Equipment Identity Register (EIR)

Equipment Identity Register (EIR) merupakan database yang berisi suatu daftar valid mobile equipment pada jaringan. Setiap mobile station diidentifikasikan dengan International Mobile Equipment Identity (IMEI). Pada kasus khusus sebuah IMEI ditandai/didaftarkan invalid bila ponsel dilaporkan dicuri/dirampas dari pemiliknya.

2.4 Prinsip Kerja Jaringan GSM

Prinsip kerja dari suatu jaringan GSM adalah pembagian pelayanan menjadi daerah-daerah kecil yang disebut sel. Sel merupakan daerah layanan terkecil dalam sistem selular. Setiap sel dilayani oleh sebuah BS (Base station) yang mempunyai seperangkat peralatan pemancar dan penerima dengan beberapa kanal frekuensi untuk berkomunikasi dengan pelanggan, maka sel didefinisikan sebagai luas cakupan dari sebuah base station untuk suatu daerah daerah tertentu. Jumlah sel pada suatu daerah geografis adalah berdasarkan pada jumlah pelanggan yang beroperasi di daerah tersebut. Masing- masing BS saling terintegrasi dan dikendalikan oleh suatu MSC (Mobile Switching Center). Jangkauan pengiriman sinyal pada sistem komunikasi bergerak selular dapat diterima dengan baik tergantung pada kuatnya sinyal batasan sel para pemakainya. Tetapi masih


(17)

terdapat faktor lain yang dapat menjadi kendala untuk sinyal yang dikirim dapat diterima dengan baik. Faktor lain yang dimaksud adalah factor gegrafis (alam). Ukuran sel pada sistem seluler dapat dipengaruhi oleh:

1. Kepadatan pada trafik

2. Daya pemancar yaitu Base station dan Mobile Station (MS)

3. Dan faktor alam seperti gunung, udara, laut, gedung – gedung dan lain-lain.

Akan tetapi batasan-batasan tersebut akhirnya ditentukan sendiri oleh kuatnya sinyal radio antar Base Station (BS) dan Mobile Station (MS). Ada beberapa hal yang menjadi faktor penting dari sistem GSM. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Pemancar mempunyai daya pancar yang rendah dan cakupan yang kecil. 2. Menggunakan prinsip pengulangan frekuensi (frekuensi reuse).

3. Pembelahan sel (Cell Splitting) pada sel yang telah jenuh dengan pelanggan.

2.5 Prinsip Kerja Spektrum Analyzer

Spectrum Analyzer memiliki fungsi utama untuk mengukur signal transmisi, dalam dunia komunikasi satelit alat ini sering digunakan untuk pointing antena (mengarahkan antena parabola ke satelit yang akan digunakan). Dengan memanfaatkan alat ukur ini, memudahkan seorang teknisi dalam menentukan apakah antena sudah mengarah ke frekuensi yang benar. Pada spectrum analyzer kita dapat melihat pola signal yang diterima sehingga kita bisa membuat acuan (referensi) untuk setiap frekuensi yang ada. Kesulitan dalam mengarahkan antena


(18)

ke satelit yang benar dikarenakan letak orbit satelit di angkasa sangat berdekatan, oleh karena itu kita memerlukan Spektrum Analyzer untuk memonitor signal yang diterima. Selain itu, Spectrum Analyzer juga banyak digunakan untuk melakukan pengetesan performa alat transmisi satelit dan quality & control. Misalnya untuk mengukur Gain Flatness (Kerataan Gain), Intermodulasi Product (Kondisi dimana sebuah ODU mengkonversi 2 signal input), Spourius (Noise yang dihasilkan pada saat penguatan signal). Untuk melihat beberapa kondisi diatas diperlukan Spectrum Analyzer dan tentunya kemampuan operator dalam menggunakannya.

2.5.1 Pengaturan frekuensi spektrum analyzer

Untuk mengatur frekuensi penganalisis spektrum, ada dua pilihan yang dapat dibuat. Ini adalah independen satu sama lain. Seleksi pertama adalah pusat frekuensi. Set frekuensi pusat skala dengan nilai yang dipilih . Hal ini biasanya dilakukan di mana sinyal yang akan dipantau akan berada. Dengan cara ini, sinyal utama dan daerah sisi dapat dipantau. Pemilihan kedua yang dapat dilakukan pada analyzer adalah span, atau luasnya wilayah kedua sisi pusat frekuensi yang akan dilihat atau dipantau. Tombol span ini adalah untuk menentukan lebar frekuensi yang akan dilihat. Sebagai contoh : freq ditentukan pada 210,25 MHz dan Span pada 10 MHz artinya adalah dalam layar akan tertampil frekuensi 210,25 MHz pada titik tengah, batas layar kiri 205,25 MHz dan batas layar kanan pada 215,25 MHz. Pengaturan span ini akan secara otomatis membentuk grid (garis-garis pandu) untuk pembacaan. Namun tidak jarang garis pandu dihilangkan untuk membersihkan layar.


(19)

Spectrum Analyzer merupakan sebuah alat ukur yang harganya sangat mahal oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan dan perawatan dari pada spektrum analyzer ini sendiri antaralain: - Tidak boleh ada tegangan masuk pada input signal RF (max: 0 Volt) - Parameter yang di Setup harus sesuai dengan kriteria signal yang akan diukur. - Usahakan menghindari air, api dan zat-zat kimia yang bisa menumpahi alat ini - Lakukan Calibrasi (agar spectrum akurat dalam mengukur).

2.6 Alokasi Frekuensi Operator GSM di Indonesia

Alokasi frekuensi GSM yang dipakai di Indonesia sama dengan yang dipakai di sebagian besar dunia terutama Eropa yaitu pada pita 900 MHz, yang dikenal sebagai GSM900, dan pada pita 1800 MHz, yang dikenal sebagai GSM1800 atau DCS (Digital Communication System), seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4[1].


(20)

Pada prakteknya, para teknisi GSM di lapangan bekerja tidak dengan menggunakan alokasi frekuensi dalam satuan MHz tapi dengan bilangan bulat positif yang disebut sebagai Absolute Radio Frequency Channel Number atau disingkat ARFCN. Dengan menggunakan ARFCN, frekuensi operator mudah diingat dan lebih praktis, terutama ketika menggunakan peralatan ukur. Masih lebih gampang misalnya menyebutkan alokasi frekuensi untuk Operator A dari kanal 51 sampai 87 dibandingkan dari 945.2 MHz sampai 952.4 MHz; atau memasukkan angka 51 ke dalam peralatan dibandingkan harus mengingat dan memasukkan 945.2 MHz.

Frekuensi downlink adalah frekuensi yang dipancarkan oleh BTS-BTS untuk berkomunikasi dengan handphone-handphone pelanggan sedangkan frekuensi uplink adalah frekuensi yang digunakan oleh handphone-handphone pelanggan agar bisa terhubung ke jaringan.

Untuk uplink alokasi frekuensi GSM900 dari 890 MHz sampai 915 MHz sedangkan untuk downlink dari 935 sampai 960 MHz. Dalam frekuensi MHz, baik uplink maupun downlink memiliki alokasi frekuensi yang berbeda. Lebar pita spektrum GSM900 sendiri adalah 25 MHz dengan lebar pita per kanal GSM adalah 200 kHz (0.2 MHz) maka jumlah total kanal untuk GSM900 adalah 25/0.2 = 125 kanal. Untuk GSM1800 (DCS) alokasi frekuensi uplink-nya dari 1710 MHz-1785 MHz sedangkan downlink dari 1805 MHz -1880 MHz dimana alokasi frekuensi antara uplink dan downlink terpisah selebar 95 MHz. Dengan demikian, berbeda dengan GSM900, GSM1800 memiliki lebar pita kurang lebih 3 kali lebih lebar dibanding GSM900.


(21)

Di Indonesia, ada lima operator GSM (Telkomsel, Indosat, XL, Axis dan Three) yang memiliki ijin operasi. Alokasi frekuensinya ditunjukkan oleh Gambar 2.4[1]. Seperti yang ditunjukkan oleh gambar-gambar tersebut, hanya tiga operator yang mendapat alokasi frekuensi untuk pita GSM900 ditunjukkan pada Gambar 2.5[1] dan alokasi frekuensi untuk pita GSM1800 ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.5 Alokasi frekuensi pita GSM900


(22)

BAB III

GANGGUAN PADA JARINGAN GSM

3.1 Gangguan pada jaringan GSM

Operator seharusnya bertanggung jawab terhadap kualitas jaringannya. Namun di tengah dunia yang semakin berkembang, dan semakin tak mengenal batas, pelanggan kadang menyerobot tugas yang menjadi kewajiban operator. Misalnya sinyal lemah karena jarak yang jauh atau objek-objek penghalang tertentu yang dapat menyebabkan sinyal ponsel tidak diterima dengan baik.

Untuk jangka panjang operator mengatasi masalah ini dengan membangun BTS baru di area yang cakupan sinyalnya kurang tersebut, sedangkan solusi jangka pendek dapat dilakukan dengan mengoptimalisasi coverage BTS untuk. Tetapi solusi jangka pendek ini kadang menjadi zero-sum game yaitu menaikkan level sinyal di satu area dengan mengorbankan coverage di area lain. Oleh karena itu, alternatif yang sering dipilih oleh operator adalah memasang alat penguat sinyal atau repeater karena lebih murah dibanding membangun BTS baru dan lebih mudah dan cepat pemasangannya. Repeater adalah alat yang sanggup mendeteksi sinyal lemah BTS kemudian memancarkan lagi lebih kuat. Namun, Pemasangan repeater yang tidak terawasi, baik dari sisi spesifikasi teknis dan mutu, berpotensi merusak kualitas jaringan radio lain. Dampak negatif tersebut berkaitan dengan interferensi dan intermodulasi.


(23)

3.2 Interferensi

Interferensi pada umumnya didefinisikan sebagai memburuknya kualitas suatu hubungan akibat pengaruh frekuensi lain. Radio failure merupakan permasalahan yang umum penyebab terjadinya interferensi. Radio failure dapat terjadi dikarenakan sinyal level atau kualitas yang tidak cukup baik untuk menelepon. Sinyal yang rendah dapat terjadi dikarenakan interferensi antar kanal (co channel) dan interferensi antar kanal yang berdekatan. Ada beberapa contoh interferensi antara lain[4]:

1. Interferensi pada sistem radio

Interferensi dapat terjadi karena adanya penggunaan frekuensi gelombang radio yang sama pada suatu daerah.

2. Interferensi wireless

Intreferensi ini terutama di lingkungan perkotaan atau ruangan yang tertutup, seperti, ruang seminar atau konferensi dimana banyak jaringan akan saling berkompetisi untuk menggunakan spektrum frekuensi yang ada.

3. Interferensi pada komunikasi seluler

Interferensi yang terjadi pada komunikasi seluler adalah gangguan pada komunikasi yang disebabkan oleh ikut diterimanya sinyal frekuensi yang lain dari yang dikehendaki. Interferensi sangat berpengaruh pada kriteria performansi sistem komunikasi seluler yaitu: kualitas suara (voice quality), kualitas layanan (service quality) dan fasilitas tambahan (special features).


(24)

4. Interferensi pada sistem wifi

Interferensi bisa menurunkan kinerja akses poin dalam memancarkan dan menerima sinyal, akses poin akan kehilangan gain, beberapa dB bisa hilang, akibatnya terjadi error pada bit-bit informasi yang sedang dikirim, dan client penerima menemukan error tersebut sehingga menyebabkan delay atau penundaan pengiriman meski juga akan dikirim lagi data-data yang error, karena itu mestinya kita harus melakukan penghematan gain yang kita miliki.

5. Interferensi lain

Interferensi bisa juga berupa sinyal bluetooth, telepon tanpa kabel (Cordless), Microwave, bahkan perangkat motor elektrik dapat menghasilkan noise, juga alam pun menghasilkan noise juga seperti hujan lebat, pepohonan, dan matahari (dalam skala yang kecil).

Ada beberapa penyebab Interferensi antara lain[7]: 1. Interferensi antar jaringan satelit

Gangguan yang diakibatkan jarak antara satelit satu dengan yang lainnya. 2. Interferensi jaringan Terrestrial

Gangguan yang disebabkan frekuensi kerja dari sistem yang sama. 3. Interferensi Cross polarisasi

Gangguan yang disebabkan dari pengguna frekuensi yang sama dan power yang dipancarkan/Transmitter.

4. Interferensi Co channel (antar kanal)

Gangguan yang disebabkan oleh frekuensi channel atau tidak ada jarak antar kedua frekuensi (Guard band).


(25)

5. Interferensi Intermodulasi antara Carrier

Gangguan ini merupakan ketidaklinearan dari power amplifier bila digunakan untuk multi carrier terjadi akibat :

1. Kedekatan satelit

2. Coverage yang saling overlapping 3. Band frekuensi yang sama

Beberapa strategi yang biasa digunakan untuk mengatasi interferensi antara lain[5]:

1. Menggunakan antena sektoral atau antena pengarah/ narrow beam dengan penguatan tinggi. Biasanya sangat effektif mengurangi interferensi, terutama di daerah yang spektrum-nya sangat padat sekali.

2. Menggunakan jalur-jalur yang pendek, jangan berusaha membangun sambungan jarak jauh.

3. Memilih frekuensi yang tidak banyak digunakan oleh stasiun lain. 4. Mengubah/mengganti polarisasi antena.

5. Mengubah lokasi peralatan/ antena.

Pengaruh dari interferensi terhadap sinyal yang dikehendaki dipengaruhi oleh:

1. Perbandingan antara daya sinyal yang dikehendaki terhadap sinyal yang tidak dikehendaki (C/I).

2. Adanya perbedaan antara sinyal yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki.


(26)

3.3 Intermodulasi

Intermodulasi adalah produk sinyal yang terbentuk sebagai hasil pejumlahan dan pengurangan dua frekuensi berbeda. Intermodulasi juga dapat diartikan sebagai proses pencampuran sinyal-sinyal dalam suatu sirkit non-linier yang menghasilkan frekuensi-frekuensi baru. Intermodulasi penerima terjadi jika dua atau lebih sinyal-sinyal diluar kanal (off-chanel) memasuki suatu penerima dan berinteraksi. Untuk menentukan tempat terjadinya intermodulasi adalah suatu hal yang sulit, sebab frekuensi-frekuensi baru yang dibangkitkan dapat persis sama dengan frekuensi kerja penerima, baik yang dibangkitkan dalam pemancar, dalam penerima atau tempat lain. Ini kerap terjadi pada perangkat non-linear, seperti repeater, jika tidak terfilter dengan baik. Atau frekuensi kerja dari repeater terlalu lebar (wideband).

Selama intermodulasi pemancar memasuki penerima tepat pada frekuensinya (on-frekuensi) dan intermodulasi penerima pada frekuensi dekat kanal (off-channel) aslinya, suatu filter (yang ditune untuk melewatkan frekuensi penerima) dapat disisipkan dalam input penerima untuk membedakan mereka. Jika level pengganggu drop ke suatu level rendah, maka gangguan berasal dari intermodulasi penerima. Jika level gangguan hanya drop beberapa dB (sebesar rugi-rugi filter) maka penyebabnya adalah intermodulasi pemancar.

Untuk menentukan orde dari intermodulasi yang terjadi, cara yang biasanya mudah dilakukan adalah dengan merubah-rubah frekuensi dari pemancar yang dicurigai, sambil memperhatikan tampilan frekuensi yang terjadi. Intermodulasi akan terjadi jika sinyal penyebab gangguan tersebut sama-sama mengudara.


(27)

Contoh: pencampuran (mixing) antara frekuensi 943.00 MHz (frekuensi downlink GSM900 Indosat) dan frekuensi 1843.2 MHz (frekuensi downlik GSM1800 Telkomsel) akan menghasilkan frekuensi 900.20 MHz (frekuensi uplink GSM900 Telkomsel), yaitu mengurangkan 1843.2 MHz dengan 943.00 MHz.

Produk intermodulasi ini akhirnya menghasilkan frekuensi baru yang berpotensi menyebabkan interferensi pada jaringan Telkomsel khususnya di pita GSM900.

3.4 Penyebab Lain Gangguan Pada Jaringan GSM

Selain dari pada interferensi dan intermodulasi gangguan dapat terjadi juga akibat cuaca/keadaan alam yang ekstrim seperti petir, gempa. Sangat sukar untuk menghindari kerusakan akibat petir langsung. Untungnya petir sangat jarang terjadi. Yang terbanyak dari kerusakan akibat petir pada saluran kabel udara adalah kerusakan kabel sendiri.

Gangguan yang diakibatkan oleh alam memang sangat sulit untuk dihindari, namun diluar akibat gangguan dari alam tersebut gangguan juga dapat diakibatkan oleh kesalahan dari pihak teknisi yang sering disebut human error, pemadaman listrik dari PLN, dan juga pemakaian arus yang berlebihan sehingga mengakibatkan pemadaman listrik.

3.5 Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio

Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel) yang mempunyai visi “Terciptanya pembinaan penyelenggaraan pos, dan


(28)

telekomunikasi yang dinamis dengan peran aktif seluruh potensi nasional” melakukan 3 (tiga) fungsi pokok di bidang penyelenggaraan pos dan telekomunikasi nasional yaitu: pengaturan, pengawasan dan pengendalian[8]. 1. Fungsi Pengaturan

Fungsi pengaturan meliputi kegiatan yang bersifat umum dan teknis operasional yang antara lain diimplementasikan dalam bentuk pengaturan perizinan dan persyaratan dalam penyelenggaraan pos dan telekomunikasi.

2. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan merupakan suatu fungsi dari Ditjen Postel untuk memantau dan mengawasi seluruh kegiatan penyelenggaraan pos dan telekomunikasi agar tetap berada dalam koridor peraturan perundang‐undangan

yang berlaku.

3. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian merupakan fungsi yang bertujuan memberi pengarahan dan bimbingan terhadap penyelenggaraan pos dan telekomunikasi, termasuk juga agar penegakan hukum (law enforcement) di bidang penyelenggaraan pos dan telekomunikasi dapat dilaksanakan dengan baik.

Ketiga fungsi di atas merupakan penjabaran dari fungsi penetapan kebijakan yang dimiliki oleh Menteri Komunikasi dan Informatika selaku Menteri yang salah satu ruang lingkupnya adalah di bidang pos dan telekomunikasi. Fungsi penetapan kebijakan merupakan fungsi strategis yang dimiliki oleh Menteri dalam hal perumusan perencanaan dasar strategis dan perencanaan dasar teknis pos dan telekomunikasi nasional. Dengan demikian, maka pengaturan pengawasan dan pengendalian yang dilaksanakan oleh Ditjen Postel mengacu


(29)

kepada kebijakan yang telah ditentukan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika. Ditjen Postel selama ini selalu berusaha untuk dapat mengimplementasikan semua kebijakan Menteri Komunikasi dan Informatika di bidang pos dan telekomunikasi dengan baik, sehingga penyelenggaraan pos dan telekomunikasi nasional dapat dinikmati oleh rakyat banyak dan tidak terbatas pada masyarakat di kota‐kota besar saja.

Balai Monitor ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi di bidang telekomunikasi berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Balai Monitor mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan, bimbingan teknis, evaluasi dibidang hubungan telekomunikasi.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Balai Monitor mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang tarif dan sarana telekomunikasi, pelayanan telekomunikasi, operasional telekomunikasi, telekomunikasi khusus dan kewajiban pelayanan universal dan akses protokol internet; 2. Penyusunan rencana strategis pembangunan dan rencana dasar teknis

telekomunikasi nasional;

3. Penyiapan perumusan norma, kriteria, pedoman dan prosedur di bidang tarif dan sarana telekomunikasi, pelayanan telekomunikasi, operasional telekomunikasi, telekomunikasi khusus dan kewajiban pelayanan universal dan akses protokol internet;


(30)

4. Pemberian bimbingan teknis di bidang tarif dan sarana telekomunikasi, pelayanan telekomunikasi, operasional telekomunikasi, telekomunikasi khusus dan kewajiban pelayanan universal dan akses protokol internet; 5. Penyiapan pemberian perijinan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi,

jasa telekomunikasi khusus dan kewajiban pelayanan universal dan akses protokol internet;

6. Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan kegiatan di bidang tarif dan sarana akses protokol internet, penyelenggaraan jasa, jaringan akses protokol internet, telekomunikasi khusus dan pelayanan kewajiban pelayanan universal dan akses protokol internet;

3.6 Proses Penanganan Gangguan Yang Dilakukan oleh BALMON (Balai Monitor)

Tidak semua gangguan yang terjadi pada jaringan GSM dapat ditangani sendiri oleh teknisi operator jaringan GSM tersebut. Penanganan yang tidak dapat ditangani sendiri akan diserahkan kepada tim Balai Monitor. dalam hal ini Balai Monitor Spektrum Frekuensi bertibdak sebagai polisi terhadap gangguan frekuensi. Penanganan gangguan baru akn dilaksanakan apabila pihak penyedia layanan melaporkan gangguan yang terjadi kepada pihak Balai Monitor dimana pihak yang diganggu akan diberikan angket yang berisi bentuk gangguan yang terjadi pada operator mereka. Namun terlebih dahulu pihak yang terganggu telah terlebih dahulu mendeteksi lokasi sumber adanya gangguan. Walaupun pihak Balai Monitor melakukan monitoring setiap harinya ke lapangan dan melihat


(31)

adanya gangguan namun bila tidak ada laporan yang diberikan oleh operator yang terganggu maka Balai Monitor tidak berhak untuk melaksanakan penanganan.

Penanganan gangguan akan dilakukan oleh Balai Monitor dengan menggunakan beberapa alat diantaranya Mobil DF (Direction Finder), Antena Horn, kabel Feeder. Mobil DF tersebut sudah dilengkapi dengan spektrum analyzer yang akan mendeteksi bentuk sinyal sedangkan feeder akan digunakan jika lokasi yang akan ditangani belum diketahui. Gambar 3.1 menunjukkan mobil DF yang digunakan untuk menangani adanya gangguan.

Gambar 3.1 Mobil DF (Direction Finder)

Dengan menggunakan mobil tersebut akan dilakukan pencarian terhadap gangguan yang ada. Balai Monitor baru akan melakukan penanganan terhadap gangguan jika ada laporan langsung oleh pihak yang terganggu. Dalam hal ini pihak Balai Monitor bertindak sebagai polisi terhadap gangguan frekuensi. Gambar 3.2 (a) menunjukkan spektrum analyzer yang digunakan untuk menampilkan bentuk sinyal dan (b) menunjukkan antena Horn yang digunakan untuk menangkap sinyal yang akan diukur.


(32)

(a) (b)

Gambar 3.2 (a) Spektrum Analyzer dan (b) Antena Horn

Spektrum Analyzer dan antena Horn tersebut dihubungkan dengan kabel feeder sehingga berfungsi, kemudian diarahkan ke BTS yang akan diukur. Dimana kita ketahui bahwa antena BTS bersifat omnidectional yang memancar kesegala arah sedangkan antena horn atau antena sektoral hanya memancar ke satu arah saja, sehingga untuk menemukan adanya gangguan maka antena Horn tersebut akan diputar perlahan sampai 1800 dan spektrum analyzer sendiri akan menampilkan bentuk sinyal yang diterima oleh antena horn tersebut. Antena Horn tersebut akan terus diputar sampai ditemukan gangguan yang terjadi.

Proses monitor yang dilakukan Balai Monitor ditunjukkan pada Gambar 3.3. Selain spektrum frekuensi, antena Horn, kabel feeder juga digunakan tiang penyangga agar antenanya dapat berdiri tegak.


(33)

Gambar 3.3 Proses Monitoring Frekuensi

3.7 Bentuk Sinyal yang dihasilkan Spektrum Analyzer

Spektrum Analyzer digunakan oleh Balai Monitor Spektrum Frekuensi untuk mencari sumber gangguan frekuensi pada BTS. Dimana apabila tidak ada gangguan maka spektrum frekuensi akan menunjukkan bentuk sinyal yang datar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4 sedangkan apabila ada gangguan maka spektrum frekuensi akan menunjukkan bentuk spektrum yang tidak datar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5. Menurut hasil monitor dilapangan apabila terjadi gangguan pada BTS, maka gangguan tersebut umumnya berasal dari pengguna seluler lain yang berada disekitar BTS yang terganggu karena sifat dari antena BTS adalah omnicirectional yang memancar kesegala arah, sehingga apabila ada yang menggunakan penguat sinyal terlarang maka kerja BTS yang ada disekitar pemakai penguat tersebut akan terganggu. Bentuk sinyal yang tidak terganggu ditunjukkan pada Gambar 3.4.


(34)

Gambar 3.4 Bentuk sinyal yang dihasilkan Spektrum Analyzer jika tidak ada gangguan

Gambar 3.7 merupakan bentuk sinyal yang dideteksi oleh spektrum frekuensi akibat adanya gangguan pada BTS yang dimonitor oleh petugas Balai Monitor Frekuensi langsung ke lokasi adanya gangguan. Sinyal yang tidak ada gangguan bentuknya akan datar tidak ada riak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4. Untuk melakukan pengukuran maka dimasukkan frekuensi kerja dari BTS tersebut. Bentuk sinyal yang mengalami gangguan ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Bentuk sinyal akibat adanya gangguan

Hasil dari pengukuran pada spektrum akan menunjukkan riak yang tidak teratur dan hal tersebut menunjukkan bahwa pada BTS terjadi gangguan.


(35)

BAB IV

ANALISIS GANGGUAN SPEKTRUM FREKUENSI RADIO PADA JARINGAN GSM

4.1 Umum

Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya gangguan pada jaringan GSM. Penyedia layanan tentunya akan sesegera mungkin untuk mengatasi gangguan yang ada. Dalam hal ini yang dibahas ialah gangguan yang terjadi pada BTS (Base Transceiver Station) milik PT.Indosat. Penanganan terhadap gangguan tersebut dianalisa berdasarkan standard operasional BALMON (Balai Monitor).

4.2 Pengaduan Gangguan

PT. Indosat, Tbk merupakan salah satu penyedia layanan/operator jasa komunikasi bergerak. PT. Indosat, Tbk memilki tenaga teknis yang menangani setiap permasalahan yang muncul pada jaringan mereka. Tetapi jika sumber gangguan berasal dari pihak luar (gangguan eksternal) maka diperlukan pihak yang berwenang dalam mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio.

Balai Monitor Spektrum Frekuensi radio merupakan lembaga yang berwewenang mengatur tentang spektrum frekuensi. Namun Balai Monitor hanya bertanggung jawab dalam pengananan gangguan pada penyedia layanan/operator komunikasi yang memiliki izin.

Tim Balai Monitoring (BALMON) Spektrum Frekuensi akan melakukan


(36)

Adapun data yang harus diketahui antara lain; frekuensi yang terganggu, apa yang terganggu misalnya; noise, data, voice, berapa sering skala terganggunya, dan karakteristik stasiun yang terganggu.

Apabila terjadi gangguan pada frekuensi maka teknisi akan terlebih dahulu melakukan penanganan pada peralatan internal mereka. Seperti yang terjadi pada stasiun milik PT. Indosat, Tbk yang mengalami gangguan pada data dan voice yang terjadi secara periodik.

4.3 Prosedur Menindaklanjuti Gangguan

Balai Monitor memiliki arsip tentang perizinan penggunaan frekuensi. Balmon juga melakukan pengecekan terhadap frekuensi-frekuensi yang telah digunakan secara periodik. Terhadap laporan pengaduan gangguan spektrum frekuensi pada PT.Indosat, Tbk, maka Balai Monitor akan melakukan verifikasi terhadap laporan tersebut[Lampiran A]. Gambar 4.1 memperlihatkan langkah-langkah untuk mendeteksi adanya gangguan pada jaringan GSM.

Gambar 4.1 Langkah-langkah mendeteksi adanya gangguan Menyambungkan Peralatan Yang Akan Digunakan

Melakukan Kalibrasi Pada Spektrum Analyzer

Mengarahkan Antena ke titik yang akan diukur sesuai dengan polarisasinya

Memasukkan Nilai Frekuensi Pada Spektrum Analyzer Untuk Lokasi Yang Diukur


(37)

4.4 Analisa Gangguan

Berdasarkan data laporan pengaduan gangguan PT.Indosat, Tbk kepada Balai Monitor Spektrum Frekuensi terlihat bahwa frekuensi kerja PT. Indosat, Tbk yang berada pada rentang 890-908,5 MHz dengan daya pancar 46,620 dBW mengalami gangguan pada frekuensi 896 – 902 MHz[Lampiran B]. Hal ini juga terlihat juga pada spektrum frekuensi yang ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Interferensi terjadi disebabkan adanya sinyal lain yang frekuensinya sama dan daya sinyal pengganggu tersebut cukup besar. Ukuran yang digunakan untuk menilai kualitas sinyal terhadap gangguan interferensi dinyatakan dengan C/I (dB).

Gambar 4.2 Bentuk sinyal yang dihasilkan akibat adanya gangguan yang diukur pada frekuensi center 892,0 MHz


(38)

Gambar 4.3 menunjukkan interferensi yg terjadi pada pihak PT. Indosat, Tbk akibat penggunaan frekuensi yang sama pada jarak yang dekat.

Gambar 4.3 Interfernsi akibat frekuensi yang sama dan jarak yang dekat

Dari grafik terlihat bahwa gangguan terjadi pada frekuensi 896 – 902 MHz dengan amplitudo -94 - -80 dBm. Dimana marker 2 dan 3 menunjukkan range terjadinya interferensi karena bentuk sinyal yang diterima terdapat riak yang berlebihan sedangkan marker angka 1 menunjukkan puncak riak tertinggi yaitu pada level amplitudo -80 dBm. yang berhasil dideteksi oleh spektrum analyzer pihak PT.Indosat, Tbk.


(39)

Gambar 4.4 memperlihatkan bagan langkah-langkah menindaklanjuti hasil temuan.

Ada

Tidak

Tidak

Ya

Gambar 4.4 Langkah-langkah menindaklanjuti gangguan Mengecek Perizinan

Melakukan survey lapangan terhadap BTS yang terganggu

Melihat bentuk sinyal hasil survey menggunakan spektrum

Meng-offkan sementara peralatan yang telah mengganggu Melihat bentuk sinyal yang dihasilkan akibat gangguan

Ada riak?

Memberi Peringatan untuk tidak menggunakan penguat sinyal yang mengganggu

Mulai

Selesai

Melaporkan kepada pihak yang berwajib Diindahkan?


(40)

Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 menunjukkan kegiatan yang dilakukan saat mencari gangguan.

Gambar 4.5 Menunjukkan kegiatan yang dilakukan saat mencari gangguan dengan menggunakan antena horn

Gambar 4.6 Menunjukkan kegiatan yang dilakukan saat melihat gangguan dengan menggunakan spektrum analyzer

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk tindak lanjut hasil temuan antara lain:

1. Mengecek perizinan PT.Indosat, Tbk yang terganggu[Lampiran B].


(41)

dengan menggunakan mobil DF (Direction Finder) untuk mencari sumber gangguan.

3. Pada umumnya hasil survey akan menemukan penyebab dari gangguan spektrum frekuensi yang terjadi dan terlihat pada spektrum analyzer yang menunjukkan bentuk sinyal yang ada riaknya.

4. Setelah sumber gangguan ditemukan maka pemiliknya akan diminta untuk sementara meng-offkan peralatan yang mereka gunakan dan selanjutnya melihat kembali pada spektrum analyzer.

5. Jika penyebab gangguan sudah ditemukan, selanjutnya akan diberikan peringatan terhadap pengguna frekuensi yang telah mengganggu frekuensi kerja PT. Indosat, Tbk.

6. Jika peringatan ini tidak diindahkan maka kasus ini diserahkan kepada pihak kepolisian.

Untuk mendapatkan sumber pengganggu maka dilakukan survey dengan menggunakan mobil DF (Direction Finder). Adapun proses yang dilakukan mobil DF ditunjukkan pada Gambar 4.7. Mobil DF akan melakukan monitoring disekitar BTS yang terganggu.


(42)

Dengan menggunakan Mobil DF tersebut akan dilakukan monitoring disekitar BTS tersebut, dimana alat yang digunakan untuk memonitoring antara lain, spektrum analyzer yang berada di dalam mobil DF, Feeder Low Noise, Low Noise Amplifier (LNA) dan tiang penyangganya. Gambar 4.8 menunjukkan diagram kerja Mobil DF.

Antena Horn

Kabel Feeder Tiang Penyangga

Gambar 4.8 Diagram Kerja Mobil DF

Dari hasil monitoring lebih teliti dengan melihat spektrum analyzer yang terdapat pada Mobil DF dan mengamati objek yang mungkin menjadi penyebab terjadinya gangguan. Misalnya, antena penerima yang dipasang penduduk untuk kepentingan pribadi di sekitar BTS PT. Indosat, Tbk yang terletak di Jl. Bhayangkara, Komp. Polri Medan dan terlihat bahwa benar ada gangguan yang terjadi saat pengukuran pada frekuensi 895,578 MHz dengan level amplitudo -110,5 dBm seperti yang terlihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Bentuk Spektrum Saat terjadi Gangguan Spektrum

Analyzer


(43)

Dari data dapat disimpulkan bahwa ada sebuah pemancar yang menggunakan frekuensi yang sama dengan frekuensi kerja PT. Indosat, Tbk yang berada pada lokasi Jl. Bilal, Komp Bilal Mas No.62 Medan atas nama Abel dengan jarak hanya sekitar 1,5 Km dari BTS PT. Indosat, Tbk tersebut. Gambar 4.10 menunjukkan penguat sinyal yang digunakan oleh Abel.

Gambar 4.10 Penguat sinyal yang digunakan yang menjadi gangguan pada PT. Indosat, Tbk

Abel memakai sebuah penguat sinyal seluler dengan frekuensi kerja 896-902 MHz dan daya pancar 26,550 dBW telah menjadi penyebab terganggunya


(44)

BTS PT. Indosat, Tbk. Dan gangguan tersebut merupakan interferensi antar kanal yang sama (Co-Channel). Gambar 4.11 menunjukkan interferensi antar kanal yang sama.

Gambar 4.11 Interferensi antar kanal yang sama

Gangguan ini termasuk pada interferensi kanal yang sama dengan C/I = -110 dBm karena adanya frekuensi yang sama digunakan pada jarak yang berdekatan dan daya sinyal yang cukup kuat.

Abel menggunakan penguat sinyal untuk usaha ponsel yang dimilkinya dan digunakan agar sinyal di tempat usahanya dapat diterima dengan baik. Tidak semua penguat sinyal yang digunakan dapat menjadi penyebab terjadinya gangguan pada BTS, namun penguat sinyal yang digunakan Abel tersebut tidak memilki izin dari pihak POSTEL (Pos dan Telekomunikasi). Gambar 4.12 menunjukkan barang yang dilengkapi dengan izin dari POSTEL yang dapat digunakan dengan bebas karena telah di standarisasi sehingga tidak akan mengganggu kerja frekuensi lain.


(45)

Gambar 4.12 Barang yang telah memiliki izin pemakaian

Oleh karena itu setiap ingin menggunakan atau membeli alat penguat sinyal ataupun alat komunikasi lain agar memperhatikan lebel pada barang yang dibeli hendaknya yang memilki izin dari POSTEL supaya tidak terjadi gangguan.

4.5 Penanganan Gangguan

Setelah mengetahui sumber gangguan maka dilakukan pengecekan langsung ke rumah penduduk yang memiliki antena penguat sinyal pada usahanya. Kemudian melihat izin menggunakan penguat sinyal tersebut dan ternyata bahwa pemilik usaha tersebut telah menggunakan barang yang ilegal dan penguat sinyal terjual bebas tanpa diketahui bahwa alat tersebut dapat mengganggu proses kerja BTS seluler lain. Gangguan yang terjadi berupa gangguan voice (suara) dan pengiriman data yang terjadi secara periodik [Lampiran A]. Namun bentuk gangguan yang terjadi pada jaringan GSM tidak dapat diindentifikasi melalui spektrum frekuensi. Spektrum hanya akan menunjukkan bentuk sinyal dan pada ferkuensi berapa yang terjadi gangguan. Bentuk gangguan hanya diketahui oleh pihak peyedia layanan dan dirasakan pelanggan.


(46)

Pihak Balai Monitor hanya berwewenang untuk melaksanakan monitoring gangguan frekuensi dan hanya berhak untuk memberikan peringatan, namun jika pengguna repeater terlarang tersebut masih menggunakan repeater tersebut hal itu sudah menjadi wewenang pihak kepolisian untuk menindaknya.

Setelah alat tersebut tidak digunakan lagi maka kembali dimonitor dengan spektrum analyzer pada posisi BTS PT. Indosat, Tbk dan didapat sinyal yang benar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Bentuk sinyal yang tidak terganggu (clear)

Bentuk sinyal clear pada Gambar 4.11 menunjukkan keadaan dimana BTS tidak mengalami gangguan yang diukur oleh petugas lapangan pada posisi 895,577MHz dengan level -138,8 dBm. Yang berarti penanganan gangguan spektrum frekuensi pada BTS PT. Indosat, Tbk yang berada di Jl. Bhayangkara Komp Polri Medan yang bersumber dari BTS di Jl. Bilal, Komp. Bilal Mas No.62 Medan telah berhasil ditangani[Lampiran C].


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Interferensi yang terjadi pada jaringan GSM PT.Indosat, Tbk disebabkan adanya penguat sinyal lain digunakan pengguna layanan telekomunikasi lain pada daerah yang berdekatan dengan jarak 1,5 km dan penggunaan frekuensi yang sama yaitu pada frekuensi 890-908,5 MHz.

2. Saat terjadi gangguan maka level daya akan semakin bertambah yaitu dari level daya normal sebesar -138,8 dBm menjadi -110,5 dBm.

3. Dari analisa gangguan terlihat bahwa gangguan terjadi pada frekuensi 895,578 MHz dengan level amplitudo -110,5 dBm yang berhasil di monitor dengan menggunakan Mobil DF (Direction Finder).

4. Penggunaan penguat sinyal dekat dengan lokasi BTS akan menyebabkan interferensi jika digunakan pada frekuensi yang sama dan daya yang cukup besar.


(48)

5.2 Saran

1. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Medan hendaknya melakukan kerja sama dengan universitas yang memiliki jurusan teknik telekomunikasi untuk melakukan praktek langsung dan memberikan ilmu kepada mahasiswa tentang cara kerja Spektrum Frekuensi yang digunakan pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi di kampus Universitas Sumatera Utara.

2. Hendaknya Balai Monitor melakukan investigasi terhadap penjualan repeater ilegal agar tidak terjual bebas dipasaran yang sama yang dapat mengakibatkan gangguan


(49)

DAFTAR PUSTAKA

1. “Alokasi Spektrum Frekuensi GSM

2011.

2. “ArsitekturJaringanGSM

3. ”ArsitekturJaringanGSM

4. “Prinsip Kerja Spektrum Analyzer”.

Tanggal 27 November 2011.

5. “Interferensi”.

6. “MengatasiInterferensi

7. Stutzman, W.L. and G.A. Thiele, Antenna Theoary and Design, John Wiley &

Sons, New York, 1981.

8. Balanis, C.A., Antenna Theory: Analysis and Design, Third Edition, Harper & Row, New York, 2005.

9. Shigeki Shoji. 1976. “Telecommunication Technique Handbook”. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.


(1)

BTS PT. Indosat, Tbk. Dan gangguan tersebut merupakan interferensi antar kanal yang sama (Co-Channel). Gambar 4.11 menunjukkan interferensi antar kanal yang sama.

Gambar 4.11 Interferensi antar kanal yang sama

Gangguan ini termasuk pada interferensi kanal yang sama dengan C/I = -110 dBm karena adanya frekuensi yang sama digunakan pada jarak yang berdekatan dan daya sinyal yang cukup kuat.

Abel menggunakan penguat sinyal untuk usaha ponsel yang dimilkinya dan digunakan agar sinyal di tempat usahanya dapat diterima dengan baik. Tidak semua penguat sinyal yang digunakan dapat menjadi penyebab terjadinya gangguan pada BTS, namun penguat sinyal yang digunakan Abel tersebut tidak memilki izin dari pihak POSTEL (Pos dan Telekomunikasi). Gambar 4.12 menunjukkan barang yang dilengkapi dengan izin dari POSTEL yang dapat digunakan dengan bebas karena telah di standarisasi sehingga tidak akan mengganggu kerja frekuensi lain.


(2)

Gambar 4.12 Barang yang telah memiliki izin pemakaian

Oleh karena itu setiap ingin menggunakan atau membeli alat penguat sinyal ataupun alat komunikasi lain agar memperhatikan lebel pada barang yang dibeli hendaknya yang memilki izin dari POSTEL supaya tidak terjadi gangguan.

4.5 Penanganan Gangguan

Setelah mengetahui sumber gangguan maka dilakukan pengecekan langsung ke rumah penduduk yang memiliki antena penguat sinyal pada usahanya. Kemudian melihat izin menggunakan penguat sinyal tersebut dan ternyata bahwa pemilik usaha tersebut telah menggunakan barang yang ilegal dan penguat sinyal terjual bebas tanpa diketahui bahwa alat tersebut dapat mengganggu proses kerja BTS seluler lain. Gangguan yang terjadi berupa gangguan voice (suara) dan pengiriman data yang terjadi secara periodik [Lampiran A]. Namun bentuk gangguan yang terjadi pada jaringan GSM tidak dapat diindentifikasi melalui spektrum frekuensi. Spektrum hanya akan menunjukkan bentuk sinyal dan pada ferkuensi berapa yang terjadi gangguan.


(3)

Pihak Balai Monitor hanya berwewenang untuk melaksanakan monitoring gangguan frekuensi dan hanya berhak untuk memberikan peringatan, namun jika pengguna repeater terlarang tersebut masih menggunakan repeater tersebut hal itu sudah menjadi wewenang pihak kepolisian untuk menindaknya.

Setelah alat tersebut tidak digunakan lagi maka kembali dimonitor dengan spektrum analyzer pada posisi BTS PT. Indosat, Tbk dan didapat sinyal yang benar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Bentuk sinyal yang tidak terganggu (clear)

Bentuk sinyal clear pada Gambar 4.11 menunjukkan keadaan dimana BTS tidak mengalami gangguan yang diukur oleh petugas lapangan pada posisi 895,577MHz dengan level -138,8 dBm. Yang berarti penanganan gangguan spektrum frekuensi pada BTS PT. Indosat, Tbk yang berada di Jl. Bhayangkara Komp Polri Medan yang bersumber dari BTS di Jl. Bilal, Komp. Bilal Mas No.62 Medan telah berhasil ditangani[Lampiran C].


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Interferensi yang terjadi pada jaringan GSM PT.Indosat, Tbk disebabkan adanya penguat sinyal lain digunakan pengguna layanan telekomunikasi lain pada daerah yang berdekatan dengan jarak 1,5 km dan penggunaan frekuensi yang sama yaitu pada frekuensi 890-908,5 MHz.

2. Saat terjadi gangguan maka level daya akan semakin bertambah yaitu dari level daya normal sebesar -138,8 dBm menjadi -110,5 dBm.

3. Dari analisa gangguan terlihat bahwa gangguan terjadi pada frekuensi 895,578 MHz dengan level amplitudo -110,5 dBm yang berhasil di monitor dengan menggunakan Mobil DF (Direction Finder).

4. Penggunaan penguat sinyal dekat dengan lokasi BTS akan menyebabkan interferensi jika digunakan pada frekuensi yang sama dan daya yang cukup besar.


(5)

5.2 Saran

1. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Medan hendaknya melakukan kerja sama dengan universitas yang memiliki jurusan teknik telekomunikasi untuk melakukan praktek langsung dan memberikan ilmu kepada mahasiswa tentang cara kerja Spektrum Frekuensi yang digunakan pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi di kampus Universitas Sumatera Utara.

2. Hendaknya Balai Monitor melakukan investigasi terhadap penjualan repeater ilegal agar tidak terjual bebas dipasaran yang sama yang dapat mengakibatkan gangguan


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. “Alokasi Spektrum Frekuensi GSM

2011.

2. “ArsitekturJaringanGSM

3. ”ArsitekturJaringanGSM

4. “Prinsip Kerja Spektrum Analyzer”.

Tanggal 27 November 2011.

5. “Interferensi”.

6. “MengatasiInterferensi

7. Stutzman, W.L. and G.A. Thiele, Antenna Theoary and Design, John Wiley &

Sons, New York, 1981.

8. Balanis, C.A., Antenna Theory: Analysis and Design, Third Edition, Harper & Row, New York, 2005.

9. Shigeki Shoji. 1976. “Telecommunication Technique Handbook”. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.