5.2.3.2.1. Pemilihan Model Peramalan 1. Aerene Injeksi
Dengan menggunakan nilai
α yaitu 0,1 dan 0,3 maka kita akan melihat perbedaan
rata-rata absolute error, dimana error yang lebih kecil maka menunjukkan bahwa model yang digunakan akan lebih akurat. Seperti ditunjukkan pada Tabel 5.24 berikut:
Tabel 5.24 Nilai Rata-rata Absolute Error untuk Obat Aerene Injeksi
t Dt
Ft α = 0,1
Dt-Ft e
t
│e
t
│ Ft
α =0,3 Dt-Ft
e
t
│e
t
│ 1
10 12,18
-2,18 2,18
11,69 -1,69
1,69
2 19
10,90 8,10
8,10 12,70
6,30 6,30
3 15
18,60 -3,60
3,60 17,80
-2,80 2,80
4 11
14,60 -3,60
3,60 13,80
-2,80 2,80
5 17
11,60 5,40
5,40 12,80
4,20 4,20
6 15
16,80 -1,80
1,80 16,40
-1,40 1,40
7 3
13,80 -10,80
10,80 11,40
-8,40 8,40
8 2,70
-2,70 2,70
2,10 -2,10
2,10
9 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00
10 13
1,30 11,70
11,70 3,90
9,10 9,10
11 25
14,20 10,80
10,80 16,60
8,40 8,40
12 21
24,60 -3,60
3,60 23,80
-2,80 2,80
Rata-rata 12,42
5,36 4,17
Sumber: Pengolahan Data 2009
Dari Tabel 5.24 diatas dapat kita lihat bahwa rata-rata absolute error yanglebih kecil terdapat pada nilai
α = 0,3 hal ini menunjukkan bahwa model peramalan Pemulusan Eksponensial akan lebih akurat digunakan dengan nilai
α yaitu 0,3. Jadi untuk pengolahan data selanjutnya kita akan menggunakan nilai
α = 0,3, dan untuk melihat keandalan model ini dapat kita lihat pada verifikasi peramalan dengan
menggunakan peta control.
2. Hydrex Tabel 5.25 Nilai Rata-rata
Absolute Error untuk Obat Hydrex
t Dt
Ft α = 0,1
Dt-Ft e
t
│e
t
│ Ft
α =0,3 Dt-Ft
e
t
│e
t
│ 1
6 11,2
-5,2 5,2
10,03 -4,03
4,03
Universitas Sumatera Utara
2 12
6,6 5,4
5,4 7,80
4,20 4,20
3 12
12 0,0
0,0 12,00
0,00 0,00
4 5
11,3 -6,3
6,3 9,90
-4,90 4,90
5 12
5,7 6,3
6,3 7,10
4,90 4,90
6 12
12 0,0
0,0 12,00
0,00 0,00
7 18
12,6 5,4
5,4 13,80
4,20 4,20
8 16,2
-16,2 16,2
12,60 -12,60 12,60
9
12 1,2
10,8 10,8
3,60 8,40
8,40
10 18
12,6 5,4
5,4 13,80
4,20 4,20
11 12
17,4 -5,4
5,4 16,20
-4,20 4,20
12 22
13 9,0
9,0 15,00
7,00 7,00
Rata-rata 11,75 6,28
4,89
Sumber: Pengolahan Data 2009
Dari Tabel 5.25 bahwa rata-rata absolute error yang lebih kecil terdapat pada nilai α = 0,3 sama dengan jenis obat yang pertama. Hal ini menunjukkan bahwa model
peramalan Pemulusan Eksponensial akan lebih akurat digunakan dengan nilai α yaitu 0,3
dan untuk pengolahan data selanjutnya kita akan menggunakan nilai α = 0,3, dan untuk
melihat keandalan model ini dapat kita lihat pada verifikasi peramalan dengan menggunakan peta control.
3. Isodine Sol Dalam penentuan model peramalan obat Isodine Sol digunakan nilai
α
yang sama dengan jenis obat lainnya, yaitu
α = 0,1 dan α = 0,3 seperti ditunjukkan pada Tabel 5.26
berikut.
Tabel 5.26 Nilai Rata-rata Absolute Error untuk Obat Isodine Sol
t Dt
Ft α = 0,1
Dt-Ft e
t
│e
t
│ Ft
α =0,3 Dt-Ft
e
t
│e
t
│ 1
8 10,4
-2,40 2,40
9,87 -1,87
1,87
2
10 8,2
1,80 1,80
8,60 1,4
1,40
3 10
10,0 0,00
0,00 10,00
0,00
4 10
10,0 0,00
0,00 10,00
0,00
5 12
10,2 1,80
1,80 10,60
1,4 1,40
6
12 12,0
0,00 0,00
12,00 0,00
7 15
12,3 2,70
2,70 12,90
2,1 2,10
Universitas Sumatera Utara
8 13,5
-13,50 13,50
10,50 -10,5
10,50
9 4
0,4 3,60
3,60 1,20
2,8 2,80
10 15
5,1 9,90
9,90 7,30
7,7 7,70
11 12
14,7 -2,70
2,70 14,10
-2,1 2,10
12 20
12,8 7,20
7,20 14,40
5,6 5,60
Rata-rata 10,67 3,80
2,96
Sumber: Pengolahan Data 2009
Dari Tabel 5.26 rata-rata absolute error yang lebih kecil terdapat pada nilai α =
0,3. Hal ini menunjukkan bahwa model peramalan Pemulusan Eksponensial akan lebih akurat digunakan dengan nilai
α yaitu 0,3.
4. Halothane Dalam penentuan model peramalan obat Halothane digunakan nilai