Hasil Pemecahan Masalah Rekomendasi Hasil

BAB VI PEMECAHAN MASALAH

6.1. Hasil Pemecahan Masalah

Dari bab sebelumnya, dimana dengan menggunakan model peramalan rata-rata bergerak dengan 3 periode, 4 periode dan 5 periode dinyatakan bahwa model peramalan dengan mengggunakan 3 periode lebih bagus kecuali untuk jenis obat Hydrex. Digunakan melihat rata-rata error yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan model peramalan periode 4 empat dan 5 lima. Dari bab sebelumnya juga diperoleh dengan menggunakan model pemulusan eksponen menggunakan α = 0.3 lebih bagus dibandingkan dengan model peramalan dengan nilai α = 0.1, hal ini terlihat dari nilai rata-rata absolute error yang lebih kecil. Dari kedua pemecahan masalah ini, maka dapat kita bandingkan, model yang cocok digunakan dalam peramalan obat rutin, seperti ditunjukkan pada Tabel 6.1 berikut: Tabel 6.1. Perbandingan Rata-rata Absolute Error Error Dt-Ft Error Dt-Ft No Nama Obat Metode Rata-rata bergerak Pemulusan Eksponensial

1 Aerene Injeksi

8,50 4,17

2 Hydrex

5,70 4,89

3 Isodine Sol

5,50 2,96

4 Halothane

2,70 2,33

5 Enthozim

8,00 4,50

6 Prostigmn Inj 0,5gr

194,80 100,33

7 Fentanyl

14,30 11,84

8 Marcan 0,5 Heavy

14,20 8,24 Rata-rata 31,71 17,41 Sumber: Kesimpulan dari Pengolahan Data 2009 Tabel 6.1 menunjukkan bahwa Model Peramalan dengan menggunakan Pemulusan Eksponensial dan nilai α = 0,3 memiliki nilai rata-rata absolute error yang Universitas Sumatera Utara lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan Peramalan Model Rata-rata bergerak pada periode 3 tiga.

6.2. Rekomendasi Hasil

Dengan melihat pemecahan masalah pada bab sebelumnya dan dengan melihat rata-rata absolute error pada kedua model pemecahan masalah, maka dapat bahwa dalam memperkirakan obat rutin sebaiknya menggunakan model pemulusan eksponensial, karena memiliki rata-rata absolute error yang lebih kecil dari model peramalan rata-rata bergerak. Perbandingan Perkiraan dengan hasil peramalan dengan menggunakan model Pemulusan Eksponen, dapat kita uraikan sebagai berikut:

1. Aerene Injeksi Tabel. 6.2. Perbandingan Pengeluaran Obat Aerene Injeksi

Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen Ft t Periode Dt Pengeluaran Obat α = 0,3 1 10 11,69 2 19 12,70 3 15 17,80 4 11 13,80 5 17 12,80 6 15 16,40 7 3 11,40 8 2,10 9 0,00 10 13 3,90 11 25 16,60 12 21 23,80 Sumber: Rekapitulasi Pengolahan Data 2009 Perbandingan Pengeluaran Obat Aerene Injeksi Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen ini dapat kita lihat pada Gambar 6.1. berikut: Universitas Sumatera Utara 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aktual Forecast Gambar 6.1. Gambaran Perbandingan Pengeluaran Obat Aerene Injeksi Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen

2. Hydrex Tabel. 6.3. Perbandingan Pengeluaran Obat Hydrex

Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen t Periode Dt Pengeluaran Obat Ft α = 0,3 1 6 10,03 2 12 7,80 3 12 12,00 4 5 9,90 5 12 7,10 6 12 12,00 7 18 13,80 8 12,60 9 12 3,60 10 18 13,80 11 12 16,20 12 22 15,00 Sumber: Rekapitulasi Pengolahan Data 2009 Perbandingan Pengeluaran Obat Hydrex Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen ini dapat kita lihat pada Gambar 6.2. berikut: Universitas Sumatera Utara 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aktual Forecast Gambar 6.2. Gambaran Perbandingan Pengeluaran Obat Hydrex Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen

3. Isodine Sol Tabel. 6.4. Perbandingan Pengeluaran Obat Isodine Sol

Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen t Periode Dt Pengeluaran Obat Ft α = 0,3 1 8 9,87 2 10 8,60 3 10 10,00 4 10 10,00 5 12 10,60 6 12 12,00 7 15 12,90 8 10,50 9 4 1,20 10 15 7,30 11 12 14,10 12 20 14,40 Sumber: Rekapitulasi Pengolahan Data 2009 Perbandingan Pengeluaran Obat Isodine Sol Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen ini dapat kita lihat pada Gambar 6.3. berikut: Universitas Sumatera Utara 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aktual Forecast Gambar 6.3. Gambaran Perbandingan Pengeluaran Obat Isodine Sol Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen

4. Halothane Tabel. 6.5. Perbandingan Pengeluaran Obat Halothane

Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen t Periode Dt Pengeluaran Obat Ft α = 0,3 1 2 3,34 2 5 2,90 3 3 4,40 4 4 3,30 5 3 3,70 6 6 3,90 7 4 5,40 8 2,80 9 0,00 10 11 3,30 11 3 8,60 12 6 3,90 Sumber: Rekapitulasi Pengolahan Data 2009 Perbandingan Pengeluaran Obat Halothane Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen ini dapat kita lihat pada Gambar 6.4. berikut: Universitas Sumatera Utara 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aktual Forecast Gambar 6.4. Gambaran Perbandingan Pengeluaran Obat Halothane Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen

5. Enthozim Tabel. 6.6. Perbandingan Pengeluaran Obat Enthozim

Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen t Periode Dt Pengeluaran Obat Ft α = 0,3 1 6 9,6 2 8 6,6 3 16 10,4 4 7 13,3 5 11 8,2 6 17 12,8 7 12 15,5 8 8,4 9 0,0 10 10 3,0 11 21 13,3 12 26 22,5 Sumber: Rekapitulasi Pengolahan Data 2009 Perbandingan Pengeluaran Obat Enthozim Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen ini dapat kita lihat pada Gambar 6.5. berikut: Universitas Sumatera Utara 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aktual Forecast Gambar 6.5. Gambaran Perbandingan Pengeluaran Obat Enthozim Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen 6. Prostigmn Inj 0,5gr Tabel. 6.7. Perbandingan Pengeluaran Obat Prostigmn Inj 0,5gr Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen t Periode Dt Pengeluaran Obat Ft α = 0,3 1 220 262 2 390 271 3 350 378 4 270 326 5 520 345 6 400 484 7 70 301 8 49 9 10 450 135 11 390 432 12 300 363 Sumber: Rekapitulasi Pengolahan Data 2009 Perbandingan Pengeluaran Obat Prostigmn Inj 0,5gr Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen ini dapat kita lihat pada Gambar 6.6. berikut Universitas Sumatera Utara 100 200 300 400 500 600 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aktual Forecast Gambar 6.6. Gambaran Perbandingan Pengeluaran Obat Prostigmn Inj 0,5gr Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen

7. Fentanyl Tabel. 6.8. Perbandingan Pengeluaran Obat Fentany

Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen t Periode Dt Pengeluaran Obat Ft α = 0,3 1 30 39,04 2 35 31,50 3 25 32,00 4 40 29,50 5 40 40,00 6 70 49,00 7 50 64,00 8 25 42,50 9 50 32,50 10 50 50,00 11 30 44,00 12 70 42,00 Sumber: Rekapitulasi Pengolahan Data 2009 Perbandingan Pengeluaran Obat Fentanyl Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen ini dapat kita lihat pada Gambar 6.7. berikut Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aktual Forecast Gambar 6.7. Gabaran Perbandingan Pengeluaran Obat Fentanyl Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen

8. Marcan 0,5 Heavy Tabel. 6.9. Perbandingan Pengeluaran Obat Marcan 0,5 Heavy

Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen t Periode Dt Pengeluaran Obat Ft α = 0,3 1 40 29,7 2 26 35,8 3 50 33,2 4 46 48,8 5 57 49,3 6 40 51,9 7 45 41,5 8 31,5 9 0,0 10 0,0 11 0,0 12 0,0 Sumber: Rekapitulasi Pengolahan Data 2009 Perbandingan Pengeluaran Obat Marcan 0,5 Heavy Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen ini dapat kita lihat pada Gambar 6.8. berikut Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Aktual Forecast Gambar 6.8. Gambaran Perbandingan Pengeluaran Obat Marcan 0,5 Heavy Dengan Menggunakan Model Pemulusan Eksponen Dari gambaran perbandingan Pengeluaran Obat terhadap perkiraan obat dengan menggunaan model peramalan Pemulusan eksonen diatas, maka dapat kita lihat jelas setiap perbandingannya untuk masing – masing obat rutin yang. Dengan menggunakan model peramalan ini diharapkan dapat mendekati perkiraan obat rutin pada RSUP H Adam Malik. Universitas Sumatera Utara

BAB VII PENGEMBANGAN MODEL PERAMALAN OBAT RUTIN