Basic Indicator Approach BIA dan Standardized Approach SA

ξ ξ σ µ − − − − = p OpsVaR ln 1 Dengan: OpsVaR = Operasional Value at Risk µ = parameter location σ = parameter scale ξ = parameter shape p = tingkat kepercayaan

3.3.2 Distribusi Peak Over Threshold – Generalized Pareto Distribution

Selain observasi distribusi kerugian maksimum, pada umumnya observasi yang juga menarik untuk diketahui adalah observasi yang melampaui suatu tingkat threshold. Untuk mengetahui data kerugian operasional suatu level threshold digunakan teori Picklands, Dalkema, de Hann. Teori Picklands, Dalkema, de Hann menyatakan bahwa fungsi distribusi atau yang disebut sebagai fungsi distribusi kondisi lebih dirumuskan sebagai distribusi Pareto yang digeneralisasi Generalized Pareto Distribution – GPD. Suatu pendekatan alternatif untuk mengukur potensi kerugian operasional Value at Risk dengan EVT adalah dengan mempergunakan Peak Over Threshold POT.

3.4 Contoh Kasus

3.4.1 Basic Indicator Approach BIA dan Standardized Approach SA

Untuk contoh simulasi pengukuran risiko operasional dengan pendekatan Basic Indicator Approach dan Standardized Approach diambil contoh di mana suatu bank AA adalah sebuah retail bank dan memiliki gross income untuk setiap lini usahanya selama tiga tahun terakhir sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1 Gross Income Selama Tiga Tahun Terakhir Lini Usaha Beta Tahun 1 USD juta Tahun 2 USD juta Tahun 3 USD juta Corporate Finance 18 20 10 15 Trading and Sales 18 20 15 15 Retail Banking 12 65 45 55 Commercial Banking 15 10 5 5 Payment and Settlement 18 5 5 5 Agency Services 15 5 5 5 Asset Management 12 20 10 20 Retail Brokerage 12 5 5 5 Total 150 100 125 Sumber: Global Association of Risk Professionals dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, “Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation – Workbook Level 1, Level 2”, GARP, London, 2007 Untuk ketiga tahun tersebut, gross income tiap lini usaha dikalikan beta untuk memberikan operational risk capital sebagai berikut: Tabel 3.2 Operational Risk Regulator Capital dari Gross Income Lini Usaha Beta Tahun 1 USD juta Tahun 2 USD juta Tahun 3 USD juta Corporate Finance 18 3,60 1,80 2,70 Trading and Sales 18 3,60 2,70 2,70 Retail Banking 12 7,80 5,40 6,60 Commercial Banking 15 1,50 0,75 0,75 Payment and Settlement 18 0,90 0,90 0,90 Agency Services 15 0,75 0,75 0,75 Asset Management 12 2,40 1,20 2,40 Retail Brokerage 12 0,60 0,60 0,60 Total 21,15 14,10 17,40 Sumber: Global Association of Risk Professionals dan Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, “Indonesia Certificate in Banking Risk and Regulation – Workbook Level 1, Level 2”, GARP, London, 2007 Universitas Sumatera Utara Hasil perkalian gross income setiap lini usaha dengan angka beta-nya untuk ketiga tahun di atas menghasilkan modal risiko operasional tahunan sebagai berikut: Tahun 1 USD 21,15 juta Tahun 2 USD 14,10 juta Tahun 3 USD 17,40 juta Maka besarnya potensi kerugian operasional dengan pendekatan Basic Indicator Approach adalah sebagai berikut: n a x GI K 1,2,3 BIA ∑ = 75 , 18 K 3 15 x 125 100 150 K BIA BIA = + + = Sedangkan besarnya potensi kerugian operasional dengan pendekatan Standardized Approach adalah sebagai berikut: [ ] { } 55 , 17 K 3 40 , 17 10 , 14 15 , 21 K 3 , x GI max K SA SA 8 - 1 8 - 1 SA = + + = = ∑ β Pada contoh di atas, penggunaan Standardized Approach menghasilkan capital charge yang lebih rendah yaitu 17,55 dibandingkan dengan penggunaan Basic Indicator Approach yaitu 18,75 untuk retail bank .

3.4.2 Advanced Measurement Approach AMA