3.1.3.6 Larutan Pereaksi Besi III klorida 1
Sebanyak 1 g besi III klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml kemudian disaring.
3.1.3.7 Larutan Pereaksi Timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g Timbal II asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air hingga 100 ml.
3.1.3.8 Larutan Pereaksi Asam Klorida 2 N
Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml.
3.1.3.9 Larutan Pereaksi Asam Sulfat 2 N
Sebanyak 5,5 ml asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling hingga volume 100 ml.
3.1.3.10 Larutan Pereaksi Asam Nitrat 0,5 N
Sebanyak 3,4 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan air suling hingga volume 100 ml.
3.2 Pengolahan Sampel 3.2.1 Identifikasi Sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor, Indonesia. Hasil Identifikasi tumbuhan
dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 49.
3.2.2 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bahan penelitian ini adalah kulit buah
jengkol yang merupakan limbah pasar, diambil langsung dari pasar tradisional di
Universitas Sumatera Utara
jalan Sei Kera, Pusat pasar, Kecamatan Medan Timur, Medan, Sumatera Utara. Gambar buah jengkol dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 50 dan gambar kulit
buah jengkol dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 51.
3.2.3 Pembuatan Simplisia
Kulit buah jengkol dicuci, ditiriskan kemudian ditimbang berat basahnya, yaitu 3,2 kg. Kulit buah jengkol selanjutnya dirajang dengan ukuran 1-3 cm, lalu
dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40-50
o
C sampai simplisia kering dan mudah dipatahkan kemudian berat kering simplisia ditimbang, yaitu 850 g
kemudian simplisia diblender sampai menjadi serbuk, lalu ditimbang beratnya, yaitu 820 g. Gambar simplisia dan serbuk simplisia dapat dilihat pada lampiran 4
halaman 52.
3.2.4 Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik simplisia, pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia dan bahan segar, penetapan kadar air,
penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam
etanol.
3.2.4.1 Pemeriksaan Makroskopik Simplisia
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati warna, bau, rasa, bentuk, ukuran dan tekstur dari simplisia. Gambar simplisia dapat dilihat
pada lampiran 4 halaman 52.
3.2.4.2 Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia dan Bahan Segar
Untuk mengetahui jenis fragmen dari simplisia dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dengan cara menaburkan simplisia serbuk
Universitas Sumatera Utara
diatas kaca objek yang telah diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati dibawah mikroskop. Untuk mengetahui
struktur anatomi kulit buah jengkol dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada kulit buah jengkol segar dengan cara membuat irisan tipis melintang diatas kaca
objek yang telah diteteskan dengan kloralhidrat panaskan sebentar diatas api spritus dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati dibawah mikroskop.
Hasil pengamatan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dan penampang melintang kulit buah jengkol dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 53.
3.2.4.3 Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi Destilasi Toluen. Alat meliputi labu alas 500 ml, alat penampung, tabung penerima 5 ml
berskala 0,05 ml pendingin, tabung penyambung, pemanas. Cara kerja: Ke dalam labu bulat dimasukkan 200 ml toluen dan 2 ml air suling,
didestilasi selama 2 jam. Toluen didinginkan selama 30 menit dan volume air pada tabung penerima dibaca WHO, 1992. Kemudian ke dalam labu
dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati- hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih, kecepatan tetesan
diatur, kurang lebih 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah
semua air tersuling, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen yang telah dijenuhkan. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung penerima
dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
Universitas Sumatera Utara
diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen Ditjen POM, 1989. Perhitungan penetapan kadar air dapat dilihat pada lampiran 6, halaman 54.
3.2.4.4 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air
Sebanyak 5 g serbuk di maserasi selama 24 jam dalam 100 ml air kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml, dalam labu bersumbat
sambil sesekali dikocok selam 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan
dangkal berdasar rata yang telah ditara. Sisa dipanaskan dalam oven pada 105 C
sampai diperoleh bobot konstan kadar sari yang larut di dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Ditjen POM, 1989. Perhitungan
penetapan kadar sari yang larut dalam air dapat dilihat pada lampiran 6, halaman 55.
3.2.4.5 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan di udara dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali 6
jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah
ditara. Sisanya dipanaskan dalam oven pada 105
o
C sampai diperoleh bobot konstan kadar sari yang larut di dalam etanol dihitung terhadap bahan yang
dikeringkan di udara Ditjen POM, 1989. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol dapat dilihat pada lampiran 6, halaman 56.
3.2.4.6 Penetapan Kadar Abu Total
Sebanyak lebih kurang 2 g sampai 3 g zat yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukka dalam krus porselen yang telah dipijar dan ditara,
Universitas Sumatera Utara
kemudian diratakan. Krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu
total dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Ditjen POM, 1989. Perhitungan penetapan kadar abu total dapat dilihat pada lampiran 6,
halaman 57.
3.2.4.7 Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut dalam Asam
Abu yang telah diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer P selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijarkan pada suhu 600
o
C sampai diperoleh bobot konstan, didinginkan kemudian ditimbang beratnya.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara Ditjen POM, 1989. Perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut
dalam asam dapat dilihat pada lampiran 6, halaman 58.
3.2.5 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Jengkol
Sebanyak 300 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam wadah kaca cairan penyari dituangi sampai semua simplisia terendam, biarkan sekurang-kurangnya
selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati- hati, tuangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai
menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan
1 ml tiap menit, cairan penyari ditambahkan berulang-ulang secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia. Perkolasi dihentikan jika
500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa Ditjen POM, 1986. Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap rotary
Universitas Sumatera Utara
evaporator. Kemudian dikeringkan dengan freeze dryer pada suhu 40
o
C pada tekanan 2 atm selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh ekstrak kental sebanyak
30,75 g Voigt, 1994.
3.3 Skrining Fitokimia 3.3.1 Pemeriksaan Steroida Triterpenoida
Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2
tetes asam asetat glasial dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroida
triterpenoida Harborne, 1978. 3.3.2 Pemeriksaan Alkaloida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan air selama 2 menit, didinginkan
lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut :
a. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer
b. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat
c. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendrof
Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan diatas Ditjen POM,1995.
3.3.3 Pemeriksaan Glikosida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volum air suling ditambah
dengan 10 ml HCl 2N. Direfluks selama 30 menit, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4
Universitas Sumatera Utara