Tingkat Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenorea Di Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Dharma Bakti Medan Tahun 2008

(1)

ALFRIANNE 075102022

KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN TAHUN 2007/2008


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK ALFRIANNE

075102022

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG DISMENOREA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BISNIS MANAJEMEN

DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN 2008 ABSTRAK

Dismenore merupakan rasa nyeri atau sakit pada saat periode menstruasi dimana gangguan ini bersifat subjektif karena berat atau kekuatan nyerinya sukar untuk dinilai. Nyeri haid merupakan masalah yang sudah umum bagi kaum wanita terutama remaja puteri dengan kekuatan yang berbeda-beda pada setiap orang, mulai dari ringan, sedang dan sampai hebat sehingga penderita tidak dapat melakukan kegiatannya sehari-hari. Rasa nyeri pada dismenore biasanya terletak diperut bagian bawah. Dismenore biasanya timbul 2 atau 3 tahun setelah menars. Sekitar 50% dari wanita mengalami dismenore. Karena tingginya angka kejadian, berbagai macam cara penghilang rasa sakit dilakukan. Dalam hal ini sangat diperlukan pengertian dan penerangan dari orang tua untuk tidak terlalu keras atau mengasihani, yang justru sangat membantu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan remaja puteri tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari kuesioner yang dianalisa secara deskriptif dengan jumlah sample 67 orang di Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Dharma Bakti Medan.

Dari hasil penelitian ini mayoritas berasal dari kelas I yaitu sebanyak 31 orang (46,3%), dan minoritas berasal dari Kelas II yaitu sebanyak 17 orang (25,4%). Sebagian besar berpengetahuan baik yaitu sebanyak 62 orang (92,5%) dan sisanya berpengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 5 orang (7,5%). Untuk media informasi sebagian besar diperoleh dari sekolah dan paling sedikit diperoleh dari petugas kesehatan, hal ini mungkin karena kebanyakan remaja puteri akan pergi kepetugas kesehatan jika nyeri haid tersebut hebat.

Dari pernyataan diatas maka disarankan agar setiap siswa aktif menggali informasi tentang kesehatan reproduksi. Juga bagi instansi dan orangtua untuk mendukung siswa atau anak mereka.

Kata Kunci : Dismenore, Kesehatan Reproduksi, Pengetahuan, Remaja, Daftar Pustaka 22 (1992-2007)


(7)

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG DISMENOREA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BISNIS MANAJEMEN

DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN 2008 ABSTRAK

Dismenore merupakan rasa nyeri atau sakit pada saat periode menstruasi dimana gangguan ini bersifat subjektif karena berat atau kekuatan nyerinya sukar untuk dinilai. Nyeri haid merupakan masalah yang sudah umum bagi kaum wanita terutama remaja puteri dengan kekuatan yang berbeda-beda pada setiap orang, mulai dari ringan, sedang dan sampai hebat sehingga penderita tidak dapat melakukan kegiatannya sehari-hari. Rasa nyeri pada dismenore biasanya terletak diperut bagian bawah. Dismenore biasanya timbul 2 atau 3 tahun setelah menars. Sekitar 50% dari wanita mengalami dismenore. Karena tingginya angka kejadian, berbagai macam cara penghilang rasa sakit dilakukan. Dalam hal ini sangat diperlukan pengertian dan penerangan dari orang tua untuk tidak terlalu keras atau mengasihani, yang justru sangat membantu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan remaja puteri tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data dari kuesioner yang dianalisa secara deskriptif dengan jumlah sample 67 orang di Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Dharma Bakti Medan.

Dari hasil penelitian ini mayoritas berasal dari kelas I yaitu sebanyak 31 orang (46,3%), dan minoritas berasal dari Kelas II yaitu sebanyak 17 orang (25,4%). Sebagian besar berpengetahuan baik yaitu sebanyak 62 orang (92,5%) dan sisanya berpengetahuan cukup baik yaitu sebanyak 5 orang (7,5%). Untuk media informasi sebagian besar diperoleh dari sekolah dan paling sedikit diperoleh dari petugas kesehatan, hal ini mungkin karena kebanyakan remaja puteri akan pergi kepetugas kesehatan jika nyeri haid tersebut hebat.

Dari pernyataan diatas maka disarankan agar setiap siswa aktif menggali informasi tentang kesehatan reproduksi. Juga bagi instansi dan orangtua untuk mendukung siswa atau anak mereka.

Kata Kunci : Dismenore, Kesehatan Reproduksi, Pengetahuan, Remaja, Daftar Pustaka 22 (1992-2007)


(8)

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Kesehatan reproduksi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tumbuh kembang dan kesejahteraan seorang remaja secara fisik, mental dan social, dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menjembatani proses perkembangan dari mas anak-anak dengan ciri-ciri kemandirian dan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggungjawab bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya ( Mboi, 2007 ).

Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi resiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan social remaja semakin menjadi perhatian seluruh dunia. Remaja seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, keterampilan mengasosiasikan hubungan seksual, dan akses terhadap pelyanan kesehatan reproduksi yang terjangkau serta terjamin kerahasiaannya. Banyak diantara remaja yang kurang atau tidak memiliki hubungan yang stabil dengan orangtuanya maupun dengan orang dewasa lainnya, dengan siapa seyogianya remaja dapat berbicara tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi yang memprihatinkan atau yang menjadi perhtian mereka. Salah satu gangguan yang dialami oleh remaja dalam kesehatan reproduksi yang berkenaan dengan tepat pada saat menstruasi adalah nyeri haid, yang disebut dismenore dalam istilah medis. ( Manuaba, 1999 ).


(9)

Dismenore merupakan haid yang disertai dengan rasa sakit dan biasanya baru timbul pada siklus haid dua atau tiga bulan setelah menarche. Rasa sakit menyerupai kejang ini terasa diperut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang dan berlangsung 12 jam pertama dari masa haid, sesudah itu semua rasa tidak enak tadi hilang ( Llewellyn, 2005 ).

Sampai saat ini patofisiologi dismenore belum jelas, tetapi akhir-akhir ini teori prostaglandin banyak digunakan, pada keadaa dismenore kadar prostaglandin meningkat (Kartono, 1998). Menurut Llewellyn dismenore terjadi akibat kekejangan pada otot rahim yang disebabkan aliran darah yang tidak lancar.

Sekitar 50% dari kaum wanita pernah mengeluh karena rasa sakit waktu haid pada masa remaja. Biasanya gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun dan berkurang atau sembuh setelah pernah mengandung. Kerena tingginya angka kejadian ini maka banyak remaja yang merasa khawatir kalau-kalau dengan adanya dismenore ini kesehatan reproduksi mereka akan terganggu. Bahkan ada yang merasa takut tidak punya anak nantinya ketika sudah berumahtangga. Berbagai pengobatan juga diberikan sampai pada metode yang aneh, mulai dari latihan pinggul, mendi sitz, mandi air dingin, dan pembedahan untuk mengangkat syaraf pinggul kiri ( namun pembedahan ini tidak dilakukan lagi ). Kebanyakan dari remaja yang mengeluh sakit tidak memerlukan pengobatan, tetapi lebih memerlukan pengrtian dan penerangan. Selain itu diperlukan juga sikap orangtua yang tidak terlalu keras atau mengasihani membantu meringankan penderitaan remaja karena nyeri haid tersebut (Llewellyn, 2005 ).


(10)

Remaja puteri yang menjadi sumber potensi terjadinya dismenore ini memiliki ambang rasa sakit yang berbeda-beda tergantung dari remaja yang mengalaminya. Mulai dari nyeri ringan dimana nyeri dapat hilang dengn sendirinya, dibawa tidur atau dengan melakukan aktifitas, sampai nyeri yang berat hingga harus menangis atau dengan posisi bersujud bahkan ada juga yang pergi kedokter atau ketukang pijat refleksi dengan alas an nyeri akan berkurang bahkan hilang setelah dipijat.

Dari pernyataan siswa dan pegawai/ guru Sekolah Menengah Umum (SMKBM) Dharma Bakti Medan, bahwa sebahagian besar siswa mengalami dismenore atau nyeri haid, sehingga tidak jarang siswa tidak hadir atau pemisi pulang karena nyeri haid tersebut.

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana

“ Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore Dalam Kesehatan Reproduksi ”

1.2Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan siswa SMKBM Dharma Bakti Medan tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pendidikan siswa SMKBM Dharma Bakti Medan tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi.

2. Untuk mengetahui media informasi pengetahuan siswa SMKBM Dharma Bakti Medan tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi


(11)

1.3Pertanyaan Penelitian

Bagaimana pengetahuan remaja puteri tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi di SMKBM Dharma Bakti Medan ?

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam memberikan informasi yang akurat dan jelas pada remaja tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi.

2. Bagi mahasiswa

Sebagai bahan refrensi dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan. 3. Bagi penulis

Menambah wawasan dan diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi sumber rujukan.

4. Bagi instansi pendidikan yang lain

Sebagi bahan pertimbangan dalam memberikan penyuluhan kepada remaja puteri tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi.


(12)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, perasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan dominant yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Azwar, 1995).

Pengetahuan yang tercakup dalam dominant kognitif mempunyai 6 tingkatan, antara lain :

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.


(13)

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terjadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi adalah sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagi aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan ( membuat ) bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan


(14)

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari fomulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada kriteria-kriteria yang ada ( Notoadmojo, 2003 ).

2.2 Pengertian Remaja

Remaja adalah mereka yang memiliki masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja yaitu usia 10-19 tahun yang merupakan periode peralihan dari masa anak kemasa dewasa

( Depkes, 2001 )

Pada defenisi lain dinyatakan bahwa resminya masa remaja itu berakhir adalah pada umur 21 tahun. Pada umur ini anak dianggap sudah benar-benar matang ( Mahmud, 1997 )

2.3 Kesehatan Reproduksi

Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan social yang secara utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya (Kartono, 1998)

Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah meningkatkan kemandirian wanita dalam mengatur fungsi dan reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak


(15)

reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya. Sangat dibutuhkan dukungan yang emnunjang wanita untuk membut keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi yang optimal (Manuaba, 1998)

Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu yang relative cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat ( Harahap, 2007 ). Sebagai puncak kedewasaan, wanita akan mengalami perdarahan rahim pertama yang disebut menarche ( menstruasi ). Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun, setelah itu harus sudah teratur. Peristiwa ini menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder pada wanita. Tanda seks sekunder pada wanita meliputi pertumbuhan rambut dengan pola tertentu pada ketiak, rambur kemaluan, pertumbuhan dan petkembangan buah dada, pertumbuhan dan distribusi jaringan lemak terutama pada pinggul wanita ( Manuaba, 1999 ). Sehingga menyebabkan remaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat mempertanggungjawabkan akibat dari proses tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja ( Harahap, 2007 ). Salah satu gangguan dalam


(16)

kesehatan reproduksi yang berkenaan dengan tepat pada masa menstruasi adalah dismenore ( rasa nyeri saat menstruasi ) ( Manuaba, 1999 ).

2.4 Dismenore

Dismenore adalah rasa sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktifitas sehari-hari (Manuaba, 2002).

Dismenore adalah nyeri haid, menjelang atau selama haid sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur (Mansjoer, 1999)

Dismenore adalah munculnya rasa nyeri dalam waktu lama atau pendek sebelum permulaan dari periode menstruasi (Smith, 2002).

Dari beberapa pebgertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dismenore merupakan nyeri atau rasa sakit pada permulaan dan selama haid sampai dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.

Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gannguan ini ada dua bentuk yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder ( Manuba, 1999 ).

2.4.1 Dismenore primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang nyata ( Wiknjosastro, 1999 ).

Nyeri timbul dua sampai tiga tahun setelah menars, biasanya pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama haid. Biasanya terjadi pada usia antara 15-25 tahun dan kemudian frekuensinya menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan ( Derek; Jones, 2002 ).


(17)

Sifat nyeri ialah kejang dan berjangkit-jangkit. Biasanya terbatas pada perut bagian bawah tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, iridibilitas ( Wiknjosastro, 1999 ).

2.4.1.1 Etiologi

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab dismenore primer tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Ada beberapa factor yang memegang peranan penting sebagai penyebab dismenore primer antara lain : 1. Faktor kejiwaan

Remaja secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penjelasan yang baik tentang haid, lebih midah terjadi dismenore.

2. Faktor konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor diatas. Dapat juga menurunkan ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor anemia, penyakit menahun dan sebaginya dapat juga mempengaruhi timbulnya dismenore .

3. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori yang paling tua menerangkan terjadinya dismenore primer adalah stenosis kanalis servikalis. Akan tetapi hal ini tidak dianggap sebagai faktor yang penting penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa ini dan tanpa uterus dalam hiper antefleksi. Sebaliknya banyak wanita tanpa keluhan dismenore walaupun stenosis kanalis servikalis dan letak uterus dalam hiper antefleksi atau hiper retrofleksi. Mioma sub mukosum atau polip


(18)

endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot sub mukosum uterus berkontraksi dalam usaha mengeluarkan kelainan tersebut.

4. Faktor endokrin

Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilis otot usus, dimana Clitoroe dan Pickless berpendapat bahwa karena endometrium dalam fase sekresi prostaglandin yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah yang berlebihan dilepaskan kedalam peredara darah, maka selain dismenore dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea, muntah, flusing. 5. Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronchial. Smith menduga bahwa sebab alergi adalah toksin haid.

Dari uraian diatas, yang memegang peranan penting dalam etiologi dismenore primer adalah peningkatan kadar prostaglandin ( Wiknjosastro, 1999 ).

2.4.1.2 Manifestasi klinik

1. Usia lebih muda

2. Timbul setelah terjadi siklus haid yang teratur 3. Sering pada nullipara

4. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic

5. Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada saat haid pertama atau kedua dari haid

6. Tidak dijumpai keadaan patologik pelvic


(19)

8. Sering memberikan respon terhadap pengobatan mediakmentosa 9. Pemeriksaan pelvic normal

10. Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala (Mansjoer, 1999 )

2.4.1.3 Dignosis

Dibuat berdasarkan keluhan-keluhan yang timbul, selalu berhubungan dengan haid/ dasar utamanya pengeluaran ( Wiknjosastro, 1999 ).

2.4.1.4 Penanganan

1. Penerangan dan nasehat

Menjelaskan pada penderita bahwa dismenore primer ini adalah gangguan haid yang tidak berbahaya bagi kesehatan secara umum atau kasekatan reproduksi secara khusus. Lalu memberikan nasehat mengenai makanan dan pola hidup sehat dan bila perlu psikoterapi.

2. Pemberian obat analgetik

Obat analgetik diberikan sebagai terapi simptomatik. Obat analgetik adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan kefein. Obat-obat paten yang beredar dipasaran antara lain movalgin, ponstan, acet-aminopen dan sebagainya. 3. Terapi horomonal

Tujuannya untuk menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara, dapat diberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4. Terapi NSAIDS ( Non-Steroid-Anti-Inflammatory Drugs/ Obat non-steroid anti prostaglandin )


(20)

NSAIDS ini sering digunakan dan memegang peranan penting terhadap dismenore primer. Termasuk disini nexproxen dan ibuprofen. Pengobatan hendaknya diberikan sebelum haid dimulai satu sampai tiga hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.

5. Dilatasi kanalis servikalis

Dapat memberi keringanan kerena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin didalamnya ( Wiknjosastro, 1999 ).

2.4.2 Dismenore sekunder

Dismenore sekunder terjadi setelah bertahun-tahun dari menstruasi normal dan yang menjadi penyebabnya adalah dari penyakit rahim, saluran telur, atau indung telur. Dismenore sekunder ini jarang sekali terjadi sebelum usia 25 tahun dan jarang ditemukan diusia sebelum 30 tahun ( Llewellyn; Jones 2002 ).

2.4.2.1 Etiologi

Penyebab diantaranya adalah tumor dan pertumbuhannya yang abnormal ( mioma submukosa ), infeksi panggul, kanker rahim, retrofleksi uteri fixae, ginatesi dan endometriosis. Ini disebabkan oleh nyeri karena tekanan oleh tumor atau perlekatan-perlekatan. Nyeri masih ada setelah haid berhenti. Andometriosis ini adalah penyakit serius yang dapat menyebabkan infertilitas ( Depkes, 1992 ; Winata, 1981 ).

2.4.2.2 Manifestasi klinik

1. Usia lebih tua

2. Cenderung timbul setelah dua tahun siklus haid teratur 3. Tidak berhubungan siklus dengan paritas


(21)

4. Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul 5. Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi 6. Seringkali memerlukan tindakan operatif 7. Terdapat kelainan pelvic ( Mansjoer, 1999 )

2.4.2.3 Diagnisis

Dilihat dari keluhan-keluhan yang timbul, pada dugaan adanya endometriosis maupun infeksi kronik perlu dilakukan laparaskopi diagnostic.

2.4.2.4 Penanganan

Penanganan pada dasarnya sama dengan dismenore primer. Untuk infeksi berikan antibiotic yang sesuai. Untuk sndometriosis, pengobatan dengan observasi, pemberian analgetik, hormonal, dan pembedahan konservatif (Mansjoer, 1999 ).


(22)

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara kosep-kosep yang diukur melalui penelitian yang akn dilakukan. Adapun yang menjadi kerangka kosep dalam penelitian ini , dapat dilihat dalam bagan dibawah ini :

3.2 Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah pemahaman remaja puteri tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi. Variabel pengetahuan terdiri dari 25 pertanyaan dengan 5 item pilihan jawaban yaitu :

a. Sangat setuju diberi nilai 4 b. Setuju diberi nilai 3 c. Tidak setuju diberi nilai 2 d. Sangat tidak setuju diberi nilai 1

Berdasarkan total skor jawaban responden, pengetahuan dibagi atas 3 kategori yaitu:

a. Baik, apabila respoden menjawab benar >75 % - pendidikan

- media informasi

Pengetahuan remaja puteri tenteng dismenore dalam kesehatan reproduksi


(23)

b. Cukup, apabila responden menjawab benar 40 -75% c. Kurang, apabila responden menjawab benar < 40%

2. Pedidikan adalah tingkat pendidikan formal yang diikuti atau diselesaikan seseorang denga waktu pendidikannya. Yang terdiri dari kelas I, kelas II dan kelas III.

3. Media informasi adalah keterangan yang diterima oleh remaja dari berbagai sumber atau alat informasi tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi. Variabel ini meliputi :

a. orang tua b. sekolah

c. media massa/ elektronik d. tenaga kesehatan


(24)

METODOLOGI PENELITIAN 4.1Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan remaja puteri tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi.

4.2Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMKBM Dharma Bakti Medan TA 2007/ 2008 sebanyak 201 orang yang terdiri dari 93 siswa kelas I, 52 siswa kelas II dan 56 siswa kelas III.

4.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian populasi siswa SMKBM yang diperoleh melalui rumus dibawah ini (Notoatmodjo, 2002):

 

2

1 N d

N n

  Keterangan:

N = Besarnya populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan ( ketetapan yang diinginkan ) (0,05 )

 

2

1 . 0 201 1 201   n


(25)

Berhubung sampel penelitian terdiri dari 3 kelompok yaitu siswa kelas I, II dan III, maka pengambilan sampel dilakukan dengan cara Propotional Alocation Methode:

a. Kelas I, jumlah seluruh siswa 93 orang

n N Nh

nh  

67 201 93   nh

nh 31 orang

b. Kelas II, jumlah siswa 52 orang

67 201 52   nh

nh 17 orang

c. Kelas III, jumlah siswa 56 orang

67 201 56   nh

nh 18,6 orang ≈ 19 orang

Jadi sampel yang dibutuhkan dalam penelitian sebanyak 67 orang yang terdiri 31 siswa kelas I, 17 siswa kelas II dan 19 siswa kelas III.

4.3Lokasi Penelitian

Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti melaksanakan penelitian di SMKBM Dharma Bakti Medan, dengan pertimbangan bahwa belum pernah ada dilakukan penelitian tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi di tempat tersebut.


(26)

4.4Pertimbangan etik

Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian yang dikeluarkan oleh program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan memperoleh ijin dari pehak kepala sekolah SMKBM Dharma Bakti Medan dalam melakukan penelitian ini.

Nantinya pada data penelitian, peneliti akan mencantumkan kode tertentu untuk identitas responden, sehingga kerahasiaan respoden tetap terjaga. Data yang diperoleh tidak akan dipublikasikan dan penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan wawasan dalm bidang kesehatan khususnya tentang dismenore dalam kesehatan reprduksi. Data yang dikumpulkan akan disimpan ditempat yang aman.

Setelah penelitian ini selesai, peneliti akan menyerahkan satu ekslamper hasil penelitian lepada instansi dimana melakukan penelitian.

4.5Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan instrument berupa lembaran kuesioner yang dibuat oleh peneliti dengan berpedoman pada kosep ataupun variable pada penelitian. Data mengenai tingkat pengetahuan remaja puteri tentang dismenore pada dalam kesehatan reproduksi tersebut mempunyai penilaian yakni dengan menggunakan skala Likert dengan cara menetapkan bobot jalaban pada setiap item.

Skor pertanyaan positif adalah sebagai berikut : Sangat setuju (SS) = 4

Setuju (S) = 3


(27)

Sangat tidak setuju (STS) = 1 Tidak tahu (TT) = 0

Skor pertanyaan negatif adalah sebagai berikut : Tidak tahu (TT) = 0

Sangat setuju (SS) = 1 Setuju (S) = 2

Tidak setuju (TS) = 3

Sangat tidak setuju (STS) = 4

4.6Pengumpulan data

Proses pengumpulan data akan dilakukan beberapa tahap, yaitu :

1. Mengurus surat permohonan penelitian kepada pihak pendidikan yaitu ketua Program D-IV Bidan Pendidik

2. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala sekolah SMKBM Dharma Bakti Medan

3. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

4. Menjelaskan tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner kepada responden

5. Responden diberi waktu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner

6. Pengolahan/ analisa data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul


(28)

4.7Analisa dan presentasi data

Pengolahan data dilakukan dengan proses sebagai berikut : a. Editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data maka diperbaiki

b. Coding

Hasil dari tiap jawaban dari pertanyaan diberi kode c. Tabulating

Untuk memudahkan analisis data maka dilakukan perhitungan sesuai dengan variabel yang membutuhkan, lalu dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.


(29)

5.1.1 Tingkat Pendidikan Remaja

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat kelas remaja di SMKBM yang terdiri kelas I, II dan III. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Remaja Puteri di SMKBM Dharma Bakti Medan Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan f %

1 Kelas I 31 46.3

2 Kelas II 17 25.4

3 Kelas III 19 28.4

Total 67 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui sebanyak 31 orang (46,3%) berasal dari kelas I, sebanyak 17 orang (25,4%) berasal dari kelas II dan 19 orang (28,4%) berasal dari kelas III.

5.1.2 Media Informasi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore

Media informasi remaja untuk mendapatkan pengetahuan seputar dismenore dapat bersumber dari mana saja. Seperti yang tercantum dalan Tabel berikut.


(30)

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Media Informasi Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore di SMKBM Dharma Bakti Medan Tahun 2008

No Media Informasi f %

1 Media massa 9 13.4

2 Keluarga 21 31.4

3 Sekolah 29 43.3

4 Petugas Kesehatan 8 11.9

Total 67 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui sebanyak 29 orang (43,3%) mendapatkan informasi dismenore ini dari mata pelajaran di sekolah, sebanyak 21 orang (31,4%) mendapatkan dari keluarga yaitu umumnya dari ibu atau kerabat perempuan yang terdekat, 9 orang (13,4%) mendapatkan melalui media massa berupa media cetak, elektronik sedangkan dari petugas kesehatan sebanyak 8 orang (11,9%).

5.1.3 Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore

Penelitian pengetahuan tentang seputar dismenore yang diketahui oleh remaja SMKBM bertujuan seberapa jauh yang diketahui para remaja tentang hal dismenore ini. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore di SMKBM Dharma Bakti Medan Tahun 2008

No Pengetahuan f %

1 Baik 62 92.5

2 Cukup baik 5 7.5


(31)

mengetahui mengenai dismenore atau termasuk kategori pengetahuan yang baik. Sementara 5 orang (7,5%) termasuk berpengetahuan cukup baik.

5.1.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat kelas remaja di SMKBM yang terdiri kelas I, II dan III. Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan siswa dengan pengetahuan menunjukkan dari 31 siswa kelas I sebanyak 26 siswa (83,9%) termasuk berpengetahuan baik tentang dismenore sedangkan 5 siswa (16,1%) berpengetahuan cukup baik. Sementara seluruh siswa kelas II berpengetahuan baik (100%), begitu juga dengan 19 siswa kelas III seluruhnya berpengetahuan baik tentang dismenore ini.

Tabel 5.4

Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore di SMKBM Dharma Bakti Medan Tahun 2008

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Baik

f % f % f %

Kelas I 26 83.9 5 16.1 31 100.0

Kelas II 17 100.0 0 0.0 17 100.0

Kelas III 19 100.0 0 0.0 19 100.0

Total 62 92.5 5 7.5 67 100.0

5.1.5 Hubungan Media Informasi dengan Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara Media informasi dengan pengetahuan Dismenore menunjukkan dari 9 siswa yang memperoleh informasi melalui media massa seluruhnya termasuk berpengetahuan baik. Sementara dari


(32)

21 siswa yang memperoleh informasi dari kerabat keluarga ada sebanyak 18 siswa (85,7%) berpengetahuan baik dan cukup baik sebanyak 3 siswa (14,3%). Media informasi dari pihak sekolah sebanyak 27 siswa (93,1%) berpengetahuan baik dan 2 siswa (6,9%) berpengetahuan cukup baik. Sedangkan yang memperoleh informasi dari petugas kesehatan ada sebanyak 8 siswa (100%) berpengetahuan baik

Tabel 5.5

Tabulasi Silang Antara Media Informasi dengan Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore di SMKBM Dharma Bakti Medan Tahun 2008

Media Informasi

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Baik

f % f % f %

Media massa 9 100.0 0 0.0 9 100.0

Keluarga 18 85.7 3 13.3 21 100.0

Sekolah 27 93.1 2 6.9 29 100.0

Petugas kesehatan 8 100.0 0 0.0 8 100.0

Total 62 92.5 5 7.5 67 100.0

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore

Berdasarkan tingkat pengetahuan ditemukan sebanyak 62 orang (92,5%) banyak mengetahui mengenai dismenore atau termasuk kategori pengetahuan yang baik. Sementara 5 orang (7,5%) termasuk berpengetahuan cukup baik. Adapun informasi dismenore ini banyak diketahui oleh remaja melalui pelajaran yang diperoleh dari sekolah (41,8%) dan yang kedua baru bersumber dari orang yang terdekat dikeluarga seperti ibu (31,3%).

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek


(33)

penglihatan, penciuman, perasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pgetahuan memiliki enam tingkatan didalam domain kognitif yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Umumnya siswa mengetahui dismenore setelah mereka mengalami atau merasakan sendiri. Namun sebagian besar dari mereka kurang banyak mengetahui informasi kesehatan reproduksi khusus dismenore primer yakni remaja secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapatkan penjelasan yang baik tentang haid, lebih mudah terjadinya dismenore.

Menurut Harahap (2007), upaya pengenalan dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi khususnya dismenore juga perlu diadakan arahan pada masa remaja, dimana terjadi terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu yang relative cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat.

Manuaba (1999) juga menyatakan agar remaja secara fisik mampu mempertanggungjawabkan atau mengatasi salah satu gangguan dalam kesehatan reproduksi yang berkaitan pada masa haid, maka mereka juga harus mengetahui bagaimana awal terjadinya Menarche (menstruasi pertama sekali).

Sebagai puncak kedewasaan, wanita akan mengalami perdarahan rahim pertama yang disebut menarche. Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun, setelah itu harus sudah teratur. Peristiwa ini menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder pada wanita. Tanda seks sekunder pada wanita meliputi pertumbuhan rambut dengan


(34)

pola tertentu pada ketiak, rambur kemaluan, pertumbuhan dan perkembangan buah dada, pertumbuhan dan distribusi jaringan lemak terutama pada pinggul wanita.

Berdasarkan pernyataan siswa, penanganan mereka jika mengalami dismenore ini berupa mengkonsumsi obat yang meredakan sakit/nyeri seperti obat semacam analgetik yang beredar dipasarkan. Ada juga membiarkan saja dengan alasan nyeri akan hilang dalam 2 atau 3 hari haid pertama datang.

Sangat dibutuhkan dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi yang optimal.

Menurut Winkojastro (1999), penanganan pada dismenore dapat berupa pemberian penerangan dan nasehat dengan menjelaskan bahwa dismenore primer ini adalah gangguan haid yang tidak berbahaya bagi kesehatan umum lalu memberikan nasehat tentang makanan dan pola hidup sehat dan bila perlu diberikan secara psikoterapi. Penanganan yang lain berupa pemberian analgetik, terapi hormonal, NSAIDS, dilatasi kanalis servikalis.

5.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan siswa dengan pengetahuan menunjukkan dari 31 siswa kelas I sebanyak 26 siswa (83,9%) termasuk berpengetahuan baik tentang dismenore sedangkan 5 siswa (16,1%) berpengetahuan cukup baik. Sementara seluruh siswa kelas II berpengetahuan


(35)

baik tentang dismenore ini.

Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa tingkat perbandingan menyeluruh (comprehention) yaitu bila seseorang berada pada tingkat pengetahuan dasar, ia dapat menerangkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang ia pelajari.

Siswa kelas III dan II yang telah paham terhadap masalah dismenore sesuai dengan materi yang didapatkan dari kurikulum pelajaran mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan objek yang telah dipelajarinya.

Tim Jaringan Epidemiologi FKM-UI menyatakan bahwa dari berbagai penelitian ditemukan permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja di Indonesia adalah adanya masalah informasi kesehatan reproduksi, perilaku, pelayanan kesehatan dan peraturan perundangan. Semuanya berpangkal dari rendahnya pendidikan remaja, kurangnya pemahaman dan pengetahuan serta kemampuan orang tua menjelaskan kepada putra-putrinya tentang pendidikan reproduksi kesehatan khususnya masalah dismenore ini.

5.2.3. Hubungan Media Informasi dengan Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Dismenore

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara media informasi dengan pengetahuan, menunjukkan dari 9 siswa yang memperoleh informasi melalui media massa seluruhnya termasuk berpengetahuan baik. Sementara dari 21 siswa yang memperoleh informasi dari kerabat keluarga ada sebanyak 18 siswa (85,7%) berpengetahuan baik dan cukup baik sebanyak 3 siswa (14,3%). Media informasi dari pihak sekolah sebanyak 27 siswa (93,1%) berpengetahuan baik dan 2 siswa


(36)

(6,9%) berpengetahuan cukup baik. Sedangkan yang memperoleh informasi dari petugas kesehatan ada sebanyak 8 siswa (100%) berpengetahuan baik.

Bila dilihat dari hasil penelitian persentase tertinggi sumber informasi didapatkan dari sekolah karena disekolah merupakan lingkungan yang banyak dan mudah untuk mendapatkan informasi tersebut.


(37)

1. Berdasarkan tingkat pendidikan remaja di SMKBM Dharma Bakti Medan diketahui sebanyak 31 orang (46,3%) berasal dari kelas I, sebanyak 17 orang (25,4%) berasal dari kelas II dan 19 orang (28,4%) berasal dari kelas III.

2. Berdasarkan media informasi diketahui sebanyak 28 orang (41,8%) mendapatkan informasi dismenore ini dari sekolah, sebanyak 21 orang (31,3%) mendapatkan dari keluarga, sebanyak 10 orang (14,9%) mendapatkan melalui media massa berupa media cetak, elektronik sedangkan dari petugas kesehatan sebanyak 11 orang (11,9%).

3. Berdasarkan Tingkat pengetahuan diketahui sebanyak 62 orang (92,5%) banyak mengetahui mengenai dismenore atau termasuk kategori pengetahuan yang baik. Sementara 5 orang (7,5%) termasuk berpengetahuan cukup baik.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan sebagai berikut:

1. Bagi siswa diharapkan aktif menggali informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya masalah dismonore dari berbagai sumber yang dipercaya keakuratannya.

2. Bagi pihak Instansi Pendidikan khususnya SMKBM Dharma Bakti Medan Mengadakan kerjasama dengan pihak yang berkompeten dibidang penerangan pendidikan dan konseling tentang kesehatan reproduksi seperti


(38)

Dinas Kesehatan atau Lembaga Swadaya Masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan siswa.

3. Peran orang tua dalam mengontrol dan mengawasi perkembangan seksual yang terjadi pada puterinya serta membina komunikasi yang bersifat terbuka dengan puterinya sehubungan membahas masalah dismenore.


(39)

(40)

(41)

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “ Tingkat Pengetahun Remaja Puteri Tentang Dismenore dalam Kesehatan Reproduksi di Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Dharma Bakti Medan Tahun 2008 “.

Demikian surat persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar dan tanpa peksaan dari pihak manapun.

Responden Peneliti


(42)

I. Data Demografi Kelas :

II. Pengetahuan Petunjuk :

Berilah tanda checklist pada pernyataan yang saudara anggap benar

No Pernyataan SS S TS STS TT

1 Saudara pernah mendengar kata nyeri haid 2 Dismenore juga disebut nyeri haid

3 Dismenore adalah rasa sakit saat haid yang dapat menganggu kegiatan sehari-hari

4 Saudara adalah penderita dismenore

5 Nyeri haid dibagi menjadi tiga menurut tingkat nyerinya ( rasa nyerinya ), yaitu ringan, sedang,dan berat

6 Dismenore ringan akan hilang dengan sendirinya 7 Dismenore sedang membutuhkan pengobatan (

obat penghilang rasa sakit )

8 Dismenore berat membutuhkan pengobatan dan istirahat karena diikuti oleh sakit kepala, nyeri pinggang dan diare

9 Dismenore yang saudara alami dapat hilang dengan sendirinya

10 Dismenore yang saudara alami membutuhkan obat penghilang rasa sakit tetapi masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari


(43)

mendapat haid yang pertama

13 Saudara mengalami dismenore setelah bertahun-tahun mandapat haid pertama

14 Dismenore yang saudara alami selalu dating dalam 24 jam pertama datangnya haid

15 Dengan dismenore yang saudara alami maka sangat dibutuhkan peranan orang tua dalam memberikan pengertian

16 Dengan adanya dismenore yang dialami oleh remaja puteri maka dibutuhkan penyuluhan dari petugas kesehatan mengenai dismenore tersebut 17 Dismenore berkaitan dengan emosional seseorang 18 Penyakit yang dialami seperti anemia

mempengarruhi terjadinya dismenore 19 Alergi dapat mempengaruhi dismenore

20 Dismenore dapat mengganggu kesehatan reproduksi, yaitu dapat menyebabkan seseorang tidak punya keturunan

21 Dismenore yang dapat sembuh dengan sendirinya akan berkurang dengan bertambahnya usia seseorang

22 Dismenore yang dating sesudah bertahun-tahun mendapat haid proses penyembuhannya ditangani sesuai dengan keadaannya


(44)

III. Media Informasi

Saudara mendapat informasi tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi adalah melalui :

a. Media massa

b. Keluarga

c. Sekolah


(1)

(2)

(3)

Persetujuan menjadi responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “ Tingkat Pengetahun Remaja Puteri Tentang Dismenore dalam Kesehatan Reproduksi di Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis Manajemen Dharma Bakti Medan Tahun 2008 “.

Demikian surat persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar dan tanpa peksaan dari pihak manapun.

Responden Peneliti


(4)

KUESIONER

I. Data Demografi Kelas :

II. Pengetahuan Petunjuk :

Berilah tanda checklist pada pernyataan yang saudara anggap benar

No Pernyataan SS S TS STS TT

1 Saudara pernah mendengar kata nyeri haid

2 Dismenore juga disebut nyeri haid

3 Dismenore adalah rasa sakit saat haid yang dapat

menganggu kegiatan sehari-hari

4 Saudara adalah penderita dismenore

5 Nyeri haid dibagi menjadi tiga menurut tingkat

nyerinya ( rasa nyerinya ), yaitu ringan, sedang,dan berat

6 Dismenore ringan akan hilang dengan sendirinya

7 Dismenore sedang membutuhkan pengobatan ( obat penghilang rasa sakit )

8 Dismenore berat membutuhkan pengobatan dan

istirahat karena diikuti oleh sakit kepala, nyeri pinggang dan diare

9 Dismenore yang saudara alami dapat hilang dengan

sendirinya

10 Dismenore yang saudara alami membutuhkan obat penghilang rasa sakit tetapi masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari


(5)

11 Dismenore yang saudara alami membutuhkan pengobatan dan istirahat karena disertai dengan sakit kepala, nyeri pinggang dan diare

12 Saudara mengalami dismenore sejak dua tahun mendapat haid yang pertama

13 Saudara mengalami dismenore setelah bertahun-tahun mandapat haid pertama

14 Dismenore yang saudara alami selalu dating dalam 24 jam pertama datangnya haid

15 Dengan dismenore yang saudara alami maka sangat dibutuhkan peranan orang tua dalam memberikan pengertian

16 Dengan adanya dismenore yang dialami oleh remaja puteri maka dibutuhkan penyuluhan dari petugas kesehatan mengenai dismenore tersebut 17 Dismenore berkaitan dengan emosional seseorang

18 Penyakit yang dialami seperti anemia

mempengarruhi terjadinya dismenore

19 Alergi dapat mempengaruhi dismenore

20 Dismenore dapat mengganggu kesehatan reproduksi, yaitu dapat menyebabkan seseorang tidak punya keturunan

21 Dismenore yang dapat sembuh dengan sendirinya akan berkurang dengan bertambahnya usia seseorang

22 Dismenore yang dating sesudah bertahun-tahun mendapat haid proses penyembuhannya ditangani sesuai dengan keadaannya


(6)

III. Media Informasi

Saudara mendapat informasi tentang dismenore dalam kesehatan reproduksi adalah melalui :

a. Media massa

b. Keluarga

c. Sekolah


Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Anggota Palang Merah Remaja Tingkat Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013 Tentang Bantuan Hidup Dasar

9 123 65

Perbedaan Self Directed Learning Siswa Sekolah Menengah Atas Dan Sekolah Menengah Kejuruan Di Yayasan Dharma Bakti Medan

3 25 91

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Seks Pranikah di SMK Bisnis Manajemen Persatuan Amal Bakti III Medan Estate Tahun 2010

41 141 87

Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Terhadap Kesehatan Mata Di Kota Medan

1 45 74

Hubungan Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Puteri Tentang Dismenorhea di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2010

4 66 60

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri tentang Dismenorea di SMU Negeri 16 Medan Tahun 2010

6 68 64

Tingkat Pengetahuan Remaja Puteri Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Di SMA AL AZHAR Medan Tahun 2010

3 31 55

Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Guru Tentang Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Di Sekolah Menengah Umum Dan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta Pencawan Medan Tahun 2009

2 38 160

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Stres Terhadap Tingkat Kekambuhan Pada Penderita Hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.

0 5 5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MANAJEMEN STRES TERHADAP TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PENDERITA Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Stres Terhadap Tingkat Kekambuhan Pada Penderita Hipertensi di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta.

0 5 15